PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Para remaja sering kali dianggap tidak dewasa oleh orang tua atau orang yang lebih tua. Karena itu, kamu mungkin berupaya untuk menjadi lebih dewasa. Secara umum, kedewasaan mengikuti usiamu. Kamu mungkin tidak bisa menjadi sosok yang dewasa sepenuhnya hingga melewati beragam pengalaman hidup. Namun, jika kamu tetap ingin terlihat lebih dewasa di mata orang lain, ada beberapa hal yang bisa kamu ubah. Jadilah sosok yang lebih dewasa dengan memperbaiki perilaku, tanggapan emosional, kemampuan intelektual, dan gaya komunikasimu.

Metode 1
Metode 1 dari 4:

Bersikap Dewasa secara Emosional

PDF download Unduh PDF
  1. Untuk menjadi sosok yang dewasa, kamu harus bisa mengelola emosi negatif yang dialami, seperti kemarahan, kekecewaan, atau rasa malu. Memaki atau berteriak kepada orang lain karena kamu merasakan emosi negatif tidak akan membuatmu terlihat dewasa. Oleh karena itu, cari cara sehat untuk mengeluarkan dan mengekspresikan emosimu .
    • Pertama, pahami hal yang membuatmu merasa demikian. Jawab tiga pertanyaan ini: Apa yang terjadi sebelumnya? Apa yang dirasakan oleh tubuhmu? Bagaimana kamu akan menamai atau melabeli perasaan yang ada?
    • Setelah itu, pikirkan langkah untuk mengekspresikan atau mengungkapkan perasaan tersebut, tanpa melukai diri sendiri dan orang lain. Kamu bisa menulis entri jurnal, membakar “kemarahan” dengan berolahraga atau mencoba permainan olahraga, atau mendengarkan musik yang mencerminkan emosimu. [1]
  2. Saat kamu melakukan kesalahan, menyalahkan orang lain atau berkilah tidak akan membuatmu terlihat dewasa. Kesalahan yang dilemparkan kepada orang lain justru bisa merusak hubunganmu dengan orang yang bersangkutan. Selain itu, kamu juga tidak akan pernah belajar dan berkembang jika tidak mau menghadapi konsekuensi. [2]
    • Ambil langkah dan terima tanggung jawab secara penuh saat kamu melakukan kesalahan. Kamu bisa segera mengakui kesalahanmu. Sebagai contoh, kamu dapat mengatakan “Maaf” atau “Itu kesalahanku.” Jika kamu menyinggung seseorang, mintalah maaf darinya. Setelah itu, cari cara untuk memperbaiki situasi.
    • Sebagai contoh, jika kamu membiarkan pintu belakang terbuka dan kucingmu kabur, akui kesalahanmu. Kamu bisa mengatakan, “Maaf. Aku membiarkan pintu belakang terbuka. Aku akan bertanya kepada tetangga-tetangga apakah mereka melihat kucing kita.”
  3. Untuk menjadi dewasa, kamu harus memikirkan konsekuensi atas tindakanmu. Setiap kali kamu akan mengatakan atau melakukan sesuatu, luangkan beberapa detik untuk memikirkan dampak dari ucapan atau tindakanmu. Mengambil langkah secara impulsif mungkin terasa “melegakan”, tetapi justru bisa membuatmu terjerat dalam masalah untuk jangka waktu yang lama. [3]
    • Untuk mencegah reaksi impulsif, tahan diri sebelum mengambil keputusan atau tindakan. Coba tarik napas dalam-dalam beberapa kali.
    • Tanyakan kepada diri sendiri, “Apa yang kata hatiku katakan? Apakah ini akan melukaiku atau orang lain? Apa yang akan kurasakan jika seseorang melakukan ini kepadaku, atau apa pandanganku mengenai diri sendiri nanti jika aku melakukannya?”
    • Sebagai contoh, temanmu mungkin mengajakmu bolos sekolah. Coba tahan diri dan tarik napas dalam-dalam. Pikirkan hal yang membuatmu ingin membolos. Mungkin kamu hanya ingin meluangkan waktu dan bersenang-senang dengan temanmu. Namun, pikirkan juga apa yang dapat terjadi jika kamu melakukannya. Kamu mungkin akan ketahuan membolos dan terlibat dalam masalah dengan pihak sekolah dan orang tuamu.
    • Dengan melewati proses ini setiap kali kamu dihadapkan dengan pilihan, kamu bisa mengambil keputusan yang lebih bijak.
  4. Orang dewasa akan lebih menghormati dan mengagumimu jika kamu belajar mengapresiasi hal-hal yang kamu miliki. Sebisa mungkin, kurangi keluhan mengenai apa yang tidak kamu miliki. Sebagai gantinya, latih dan kembangkan rasa syukur. [4]
    • Di malam hari, tulis tiga hal positif yang kamu alami sepanjang hari dalam buku catatan. Luangkan waktu untuk memikirkan momen atau hasil positif tersebut. Coba rasakan emosi positif dari hal-hal tersebut.
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 4:

Berperilaku dengan Tepat

PDF download Unduh PDF
  1. Jika kamu ingin bersikap secara dewasa, kamu perlu menghormati pihak berwenang. Ke mana pun kamu pergi atau di mana pun kamu berada—rumah, sekolah, atau tempat kerja—ikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh pihak berwenang. Sering kali, aturan dibuat untuk menjaga keselamatanmu dan orang lain. Oleh karena itu, ikuti aturan yang berlaku.
    • Wajar jika remaja terkadang ingin melawan otoritas atau aturan. Jika kamu ingin membahas aturan yang berlaku dengan pihak berwenang, kemukakan pendapat atau argumenmu secara terhormat. Dengan demikian, orang dewasa akan atau mau mendengarkanmu. [5]
    • Sebagai contoh, kamu bisa mengatakan, “Bu, Yah, aku sudah berusia lima belas tahun sekarang dan kurasa aku berhak mendapatkan jam malam yang lebih lama. Selama ini, aku selalu pulang tepat waktu dan tidak terlibat masalah. Bagaimana menurut Ibu dan Ayah?”
  2. 2
    Bertanggungjawablah atas tindakanmu sendiri. Tepati komitmenmu dan sebisa mungkin, jaga diri dan kelola aktivitasmu sendiri. Jika kamu terlibat masalah karena satu dan lain hal, jujurlah dan terima konsekuensi yang ada. Dengan bertanggung jawab atas tindakanmu sendiri, kamu bisa menunjukkan kedewasaanmu kepada orang tuamu dan orang lain.
    • Sebagai contoh, jika temanmu mengajakmu menginap di rumahnya, tetapi kamu sejak awal sudah sepakat untuk menjaga adikmu saat orang tuamu pergi, tolak ajakan temanmu dengan sopan. Meskipun sulit, untuk menjadi sosok yang dewasa kamu harus memegang komitmenmu, serta menunjukkan bahwa kamu dapat dipercaya dan mau memenuhi janjimu.
  3. Tunjukkan sopan santun . Sikap atau sopan santun yang baik menunjukkan rasa hormat. Berperilaku baik membuat orang dewasa melihatmu sebagai sosok yang dewasa. Sopan santun mencakup beragam perilaku, seperti mengatakan “Ya, Pak/Bu”, menjawab telepon dengan salam (mis. “Assalamualaikum” atau “Halo”), tidak memotong obrolan orang lain, mengunyah makanan dengan mulut tertutup, dan menahan pintu untuk seseorang yang berada di belakangmu. [6]
    • Mungkin sudah banyak aturan etiket yang diajarkan kepadamu. Namun, kamu bisa bertanya kepada orang tua atau orang dewasa lainnya (mis. “Seperti apa sopan santun yang baik yang harus kutunjukkan?”) untuk mempelajari lebih lanjut.
  4. Sosok yang dewasa tidak mengharapkan atau “bergantung” kepada orang lain untuk membersihkan atau merapikan barang bekas pakai. Jika kamu adalah seorang remaja yang ingin menjadi dewasa, awali dengan membuang sampah atau membersihkan barang bekas pakaimu sendiri. Ini artinya kamu harus mencuci piringmu setelah makan dan mengelap tumpahan minuman atau makanan. Kamu juga harus mengembalikan permainan, DVD atau kaset film, dan buku ke tempatnya setelah selesai menggunakannya.
    • Pastikan kamarmu tetap rapi dengan memasukkan pakaian kotor ke keranjang cucian kotor dan memasukkan pakaian bersih ke laci atau lemari pakaian. Rapikan tempat tidurmu setiap pagi, segera setelah bangun tidur. Gantung tasmu di belakang pintu agar tidak tergeletak di lantai. Masukkan sepatu ke kolong ranjang (atau simpan di rak) agar kamu atau orang tuamu tidak sampai tersandung.
    • Agar makin mudah bagimu untuk merapikan kamar, atur penghitung waktu selama 20 menit dan lakukan pembersihan kamar secara mendalam sekali sehari. Putar musik agar waktu tidak terasa berjalan lambat. [7]
  5. Remaja yang berpola pikir dewasa tahu cara menolak perilaku-perilaku buruk. Konsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan, berbohong, mencuri, berkelahi, mengambil langkah sembarangan, atau merusak barang milik orang lain hanya akan melibatkanmu dalam masalah dan membahayakanmu. Oleh karena itu, hindari narkoba, kenakan sabuk pengaman saat berkendara, dan jauhi pengaruh-pengaruh buruk. [8]
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 4:

Mengembangkan Kedewasaan Intelektual

PDF download Unduh PDF
  1. Baca isu dan acara terkini di koran dan sumber daring terpercaya. Jangan bergantung pada informasi yang ada di umpan media sosial. Berusahalah untuk mencari sumber berita lain dan mengetahui beragam peristiwa yang terjadi di sekitarmu. [9]
    • Saat mempelajari atau mengetahui peristiwa terbaru, bahas peristiwa tersebut dengna orang tua atau orang dewasa lain. Kamu bisa mengatakan, misalnya, “Apa pendapat Ayah/Ibu mengenai rancangan undang-undang baru dari Presiden?”
    • Kunjungi sumber-sumber berita daring seperti Tirto, Kumparan, Kompas, dan Republika Online. Baca koran di pagi hari dan lihat beberapa jurnal akademik mengenai topik-topik yang kamu minati dari perpustakaan.
  2. Baik buku mengenai fakta dunia atau fiksi, membaca buku merupakan hobi yang menyenangkan. Selain membuatmu lebih bijak, membaca juga memperkaya kosakatamu. Dengan demikian, kemampuan memahami dan bahkan keahlian menulismu dapat dikembangkan. Selain itu, membaca juga bisa meredakan stres. [10]
    • Baca buku di luar bacaan yang ditugaskan dari sekolah. Agar kamu bisa menikmati kebiasaan membaca, pilih buku-buku yang berkaitan dengan minatmu (mis. pesawat terbang atau kebudayaan Mesir kuno).
  3. Gunakan kemampuan berpikir kritis . Kemampuan ini menjelaskan caramu menyelesaikan masalah. Kamu bisa langsung memilih jawaban tercepat yang muncul di benakmu, atau justru meluangkan waktu untuk meninjau semua sudut pandang terhadap masalah sebelum menentukan jawaban. Menjadi pemikir kritis membantumu menilai konsekuensi tindakan, mengevaluasi kebenaran informasi, dan berpikir di luar cara biasa secara lebih baik.
    • Cara cermat untuk membangun kemampuan berpikir kritis adalah memainkan permainan papan. Jadwalkan acara malam permainan bersama keluarga dan/atau sahabatmu. Beberapa opsi permainan papan yang cocok mencakup Apples to Apples dan Scrabble . [11]
    Iklan
Metode 4
Metode 4 dari 4:

Berkomunikasi secara Dewasa

PDF download Unduh PDF
  1. Berkomunikasilah secara jelas . Banyak remaja (termasuk anak-anak yang menginjak usia remaja) berkomunikasi dalam gaya yang membuat para guru dan orang tua kebingungan. Jika kamu ingin dianggap dewasa, bicaralah dalam cara yang dipahami oleh orang lain. Gunakan kata yang tepat, dan bukan singkatan atau akronim. Tulis kalimat lengkap dengan ejaan yang baik.
    • Jika kamu ingin mempelajari cara yang tepat untuk berinteraksi atau mengobrol dengan orang lain, mintalah orang tuamu untuk bermain peran komunikasi denganmu.
  2. Banyak remaja menganggap bahwa mereka mengetahui segalanya sehingga tidak mau mendengarkan orang lain. Salah satu tanda kedewasaan adalah menyadari bahwa kamu bisa belajar sesuatu dari seseorang. Berusahalah untuk lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. [12]
    • Sebagai panduan umum, dengarkan ucapan orang lain agar kamu bisa memahaminya, dan bukan untuk membalas perkataannya. Coba cari tahu apa yang ia coba katakan. Jangan memotong atau terburu-buru membuat kesimpulan. Dengarkan ucapannya secara lengkap. Setelah itu, coba simpulkan apa yang ia katakan.
    • Sebagai contoh, ibumu mungkin mengatakan, “Ibu akan keluar kota akhir pekan ini dan tidak mau kamu sendirian di rumah. Sepertinya, kamu harus menginap di rumah Paman/Bibi.” Kamu bisa membalasnya, misalnya, “Aku paham jika Ibu khawatir aku sendirian di sini. Aku setuju. Aku akan tanyakan apakah aku bisa menginap di rumah Paman/Bibi.”
    KIAT PAKAR

    Klare Heston, LCSW

    Pekerja Sosial Klinis
    Klare Heston adalah pekerja sosial klinis independen berlisensi. Dia mendapatkan gelar Master dalam bidang pekerjaan sosial dari Virginia Commonwealth University pada 1983.
    Klare Heston, LCSW
    Pekerja Sosial Klinis

    Jika kamu tidak memahami apa yang orang lain katakan, ajukan pertanyaan. Klare Heston, pegawai dinas sosial klinis berizin menyarankan: “Latih diri untuk mendengarkan orang lain. Agar kamu bisa memahami apa yang ia katakan, coba parafrasa ucapannya dan ajukan pertanyaan.”

  3. Penggunaan slang atau istilah populer lain di kalangan teman-teman saja memang tidak masalah. Namun, jika kamu berkomunikasi dengan orang dewasa, coba gunakan kata-kata dalam bentuk yang tepat atau baku. Jangan berbicara kepada orang dewasa menggunakan istilah-istilah yang mereka tidak pahami. Selain itu, jangan gunakan umpatan karena menunjukkan tanda ketidakhormatanmu kepada orang lain.
    Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 33.886 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan