PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Menyaksikan seorang teman yang mengalami serangan panik atau panic attack bisa menjadi hal yang menggegerkan. Anda akan merasa tidak berdaya untuk menghadapi situasi yang kelihatannya sederhana (tetapi sering kali tidak begitu). Untuk membantu episode ini berlalu semulus mungkin, ikutilah panduan di bawah ini.

Metode 1
Metode 1 dari 3:

Mengenali Situasi

PDF download Unduh PDF
  1. Orang-orang dengan gangguan kepanikan atau panic disorder memiliki serangan ketakutan yang tiba-tiba dan terus berulang selama beberapa menit, sampai satu jam, tetapi jarang ada yang melebihi waktu tersebut karena tubuh tidak memiliki tenaga yang cukup untuk merasa panik dalam waktu yang lama. Serangan panik dicirikan dengan ketakutan terhadap sebuah kekacauan atau kehilangan kontrol diri bahkan saat tidak ada bahaya. [1] Serangan panik bisa terjadi tanpa peringatan atau alasan yang jelas. Dalam beberapa kasus ekstrem, gejala ini bisa disertai dengan rasa takut yang berlebihan terhadap kematian. Meskipun keadaan ini sangat menyiksa dan bisa berlangsung dari 5 menit sampai sekitar 1 jam, serangan panik sebenarnya tidak mengancam jiwa.
    • Serangan panik mendorong tubuh sampai ke titik puncak kegemparan yang membuat orang tersebut kehilangan kontrol dirinya sendiri. Benak orang tersebut mulai bersiap-siap terhadap serangan palsu atau mode “ flight or flight ” (menyerang atau kabur) palsu yang memaksa untuk mengambil alih tubuh Anda dan membuat sang korban menghadapi situasi atau lari dari bahaya yang ia persepsikan, baik nyata atau tidak.
    • Hormon kortisol dan adrenalin dilepaskan dari kelenjar adrenal ke dalam aliran darah dan proses pun dimulai—hormon ini membentuk inti dari serangan panik. Otak tidak bisa membedakan antara bahaya yang nyata dari bahaya yang hanya bayangan semata. Jika Anda mempercayainya, bahaya itu memang nyata selama benak Anda menganggapnya begitu. Si korban bersikap seakan-akan jiwanya terancam, dan mereka memang merasa seperti itu. Berusahalah untuk menggunakan sudut pandang yang berbeda; bayangkan ada seseorang yang memegang pisau di depan leher Anda dan berkata “Aku akan menggorok tenggorokanmu. Tapi aku akan menunggu dan membuatmu mengira-ngira kapan aku akan melakukannya. Aku bisa melakukannya kapan saja”.
    • Tidak ada catatan yang menerangkan bahwa ada seseorang yang meninggal karena serangan panik. [2] Serangan panik hanya akan berisiko kematian jika disertai dengan masalah kesehatan, seperti asma, yang dimiliki oleh si korban, atau jika diikuti dengan perilaku ekstrem seperti melompat ke luar jendela.
  2. Jika orang tersebut belum pernah mengalami serangan panik sebelumya, ia akan merasa panik karena dua hal—hal yang kedua adalah karena tidak mengetahui apa yang sedang terjadi. Jika Anda bisa menjelaskan bahwa ia sedang mengalami serangan panik, Anda akan mengurangi setengah masalah yang ia hadapi. Gejala-gejala tersebut antara lain: [3]
    • Jantung berdebar atau rasa sakit di dada
    • Detak jantung yang meningkat
    • Hiperventilasi atau napas berlebih
    • Gemetar
    • Pusing/pening/merasa akan pingsan (hal ini biasanya terjadi dari hiperventilasi)
    • Kesemutan atau kebas di jari tangan dan kaki
    • Bunyi dering di telinga atau kehilangan pendengaran sementara
    • Berkeringat
    • Mual
    • Kram perut
    • Merinding atau merasa panas
    • Mulut kering
    • Kesulitan menelan
    • Merasa dikucilkan
    • Sakit kepala
  3. Saat merasa ragu, sebaiknya carilah bantuan medis sesegera mungkin. Hal ini sangat penting jika si korban memiliki penyakit diabetes, asma, atau masalah kesehatan lainnya. Ingatlah bahwa tanda-tanda dan gejala serangan panik hampir sama dengan serangan jantung. Ingatlah hal ini saat menilai situasi yang Anda hadapi.
  4. Bicaralah kepada si korban dan pastikan apakah ia mengalami serangan panik dan bukan keadaan medis yang darurat (seperti serangan jantung atau asma) yang membutuhkan bantuan medis sesegera mungkin. Jika ia sudah pernah mengalaminya, ia bisa memberikan petunjuk tentang apa yang sedang ia hadapi.
    • Kebanyakan serangan panik tidak memiliki sebab atau orang yang mengalaminya tidak mengetahui secara sadar apa penyebabnya. Karena hal ini, menentukan penyebab serangan panik mungkin tidak bisa dilakukan. Jika si korban tidak mengetahui sebabnya, percayailah ia. Tidak semua hal memiliki penjelasan. JANGAN TERUS-MENERUS BERTANYA .
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 3:

Menenangkan Korban

PDF download Unduh PDF
  1. Orang tersebut mungkin ingin segera meninggalkan tempat. Untuk mengikuti kemauannya, tetapi tetap membuatnya aman, bawalah ia ke tempat yang berbeda—lebih baik ke tempat yang terbuka dan tenang. Jangan pernah menyentuh seseorang yang mengalami serangan panik tanpa meminta izin atau mendapatkan izin yang jelas untuk melakukannya . Dalam beberapa kasus, menyentuh si korban tanpa meminta izin bisa menambah kepanikan dan membuat situasi semakin buruk.
    • Terkadang seseorang dengan gangguan panik akan memiliki teknik atau obat yang akan membantunya melalui serangan tersebut, jadi tanyakan apakah ada sesuatu yang bisa Anda lakukan. Ia mungkin ingin pergi ke suatu tempat tertentu.
    KIAT PAKAR

    Lauren Urban, LCSW

    Psikoterapis Berlisensi
    Lauren Urban adalah pakar psikoterapi di Brooklyn, New York, dengan lebih dari 13 tahun pengalaman terapi bersama anak-anak, keluarga, pasangan, dan individu. Dia meraih gelar Master dalam Kerja Sosial dari Hunter College pada 2006, dan bekerja dengan memberdayakan klien-kliennya untuk mengubah keadaan dan hidup mereka.
    Lauren Urban, LCSW
    Psikoterapis Berlisensi

    Tanyakan apa yang dibutuhkannya sebelum mencoba membantu. Anda bisa menawarkan air minum, makanan, ruang, genggaman tangan, atau panduan pernapasan. Meskipun begitu, Anda sebaiknya bertanya terlebih dahulu apa yang paling bisa membantunya, setelah itu hormati jawabannya.

  2. Bersiaplah jika orang tersebut berusaha kabur. Meskipun Anda berusaha keras, Anda sebaiknya tetap tenang. Mintalah orang tersebut untuk tetap tenang, tetapi jangan pernah mencengkram, memegang, atau bahkan menahannya dengan lembut; jika ia ingin bergerak-gerak, sarankan untuk melakukan peregangan, jumping jack , atau berjalan-jalan dengan ditemani.
    • Jika ia sedang berada di rumahnya, sarankan untuk mengatur lemari atau melakukan bersih-bersih untuk beraktivitas. Saat tubuhnya mulai merespons “ fight or flight ” dan mengarahkan energinya kepada benda fisik, melakukan hal bermanfaat bisa membantunya mengatasi efek psikologis dari apa yang ia alami. Hasil dari aktivitas tersebut bisa mengubah suasana hatinya, sementara berfokus pada aktivitas lain dapat membantu mengurai kecemasan.
    • Jika ia sedang tidak berada di rumah, sarankan aktivitas yang bisa membantunya berfokus. Aktivitas ini bisa berupa aktivitas yang sederhana seperti menggerakkan tangannya naik dan turun. Setelah ia mulai kelelahan (atau bosan karena melakukannya terus-menerus), benak mereka tidak akan terlalu berfokus pada kepanikan.
    KIAT PAKAR

    Lauren Urban, LCSW

    Psikoterapis Berlisensi
    Lauren Urban adalah pakar psikoterapi di Brooklyn, New York, dengan lebih dari 13 tahun pengalaman terapi bersama anak-anak, keluarga, pasangan, dan individu. Dia meraih gelar Master dalam Kerja Sosial dari Hunter College pada 2006, dan bekerja dengan memberdayakan klien-kliennya untuk mengubah keadaan dan hidup mereka.
    Lauren Urban, LCSW
    Psikoterapis Berlisensi

    Jika ia tidak bisa menyampaikan apa yang dibutuhkannya, cukup temani saja. Orang yang mengalami serangan panik mungkin tidak bisa menjawab apa yang dibutuhkannya. Jika demikian, cukup sampaikan bahwa Anda akan menemani dan mendampinginya di sana, terkecuali jika ia meminta Anda pergi.

  3. ketakutan mereka. Mengatakan, “tidak ada yang perlu dikhawatirkan”, “semua ini hanya bayanganmu saja”, atau “kamu terlalu berlebihan” akan memperparah masalah. Ketakutan yang ia alami terlihat nyata di matanya dan saat ia mengalami serangan panik, yang bisa Anda lakukan hanya membantunya mengatasi kepanikan tersebut—meminimalisasi atau mengabaikan ketakutan mereka akan memperparah serangan panik. Katakan, “tidak apa-apa” dan bantu ia bernapas lebih baik.
    • Ancaman emosional terasa nyata seperti hidup dan mati bagi tubuhnya. Itulah alasannya Anda tidak boleh menyepelekan rasa takutnya. Jika rasa takutnya tidak dibatasi oleh realitas dan menyangkut masa lalunya, menyampaikan beberapa hal yang nyata secara spesifik bisa membantunya. “Kita sedang ngomongin Doni, dia enggak pernah ngebentak orang. Dia enggak kayak Firman. Dia hanya bereaksi kayak yang biasanya dia lakukan. Hal ini akan berlalu dan dia enggak akan menganggapnya masalah yang besar”.
    • Ajukan pertanyaan dengan cara yang tenang dan netral. Bertanya, “Apa kamu bereaksi pada hal yang terjadi sekarang atau masa lalu?” mungkin bisa membantu korban serangan panik untuk mengatur pemikirannya dan menyadari perbedaan antara ingatan masa lalu dan hal berbahaya yang sedang ia rasakan. Dengarkan dan terimalah jawaban apa pun yang ia berikan—terkadang, orang-orang yang mengalami kekerasan sebelumnya memiliki reaksi kuat terhadap sinyal bahaya yang nyata. Bertanya dan membiarkan ia memilih dan memilah apa yang ia rasakan adalah cara terbaik untuk membantunya.
  4. Wow, jenius sekali. Ia belum pernah memikirkan cara itu! Merendahkannya hanya akan membuatnya lebih siaga. Terlebih lagi, memberi tahu bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan hanya akan mengingatkannya bahwa ia telah melangkah jauh dari realitas, sehingga membuat mereka lebih merasa panik. Sebaliknya, cobalah katakan, “Aku ngerti kamu lagi sedih. Enggak apa-apa. Aku di sini untuk bantu kamu” atau “Nanti juga berlalu, aku di sini buat kamu. Aku tahu kamu ketakutan, tapi kamu aman karena ada aku di sini”. [4]
    • Sangat penting untuk memandang hal ini sebagai masalah yang nyata, seperti saat kakinya terluka parah dan mengalami pendarahan hebat. Meskipun Anda tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi, hal yang sangat menakutkan sedang dialami korban. Situasi ini sangatlah nyata bagi orang tersebut. Memperlakukan serangan panik seperti keadaan darurat adalah satu-satunya cara untuk bisa membantunya.
    KIAT PAKAR

    Lauren Urban, LCSW

    Psikoterapis Berlisensi
    Lauren Urban adalah pakar psikoterapi di Brooklyn, New York, dengan lebih dari 13 tahun pengalaman terapi bersama anak-anak, keluarga, pasangan, dan individu. Dia meraih gelar Master dalam Kerja Sosial dari Hunter College pada 2006, dan bekerja dengan memberdayakan klien-kliennya untuk mengubah keadaan dan hidup mereka.
    Lauren Urban, LCSW
    Psikoterapis Berlisensi

    Pertama-tama, tenangkan diri Anda sendiri. Anda tidak akan bisa membantu seseorang yang mengalami serangan panik jika Anda sendiri tampak jelas khawatir.

  5. Sekarang bukan saatnya untuk mendorong si korban untuk menjawab atau melakukan sesuatu yang membuat kepanikannya semakin menjadi-jadi. Kurangi tingkat stres dengan sikap yang menenangkan dan biarkan ia tenang. Jangan bersikeras memintanya untuk mencari tahu penyebab serangan panik terjadi karena bisa membuatnya semakin parah.
    • Dengarkan dengan baik jika ia berusaha mencari tahu penyebab reaksinya tersebut. Jangan menghakiminya, dengarkan saja dan biarkan ia berbicara.
  6. Mendapatkan kembali kontrol diri melalui pernapasan bisa membantu menghilangkan gejala kepanikan dan akan membuatnya tenang. Kebanyakan orang bernapas dengan cepat dan pendek saat sedang panik, dan beberapa orang akan menahan napasnya. Hal ini akan mengurangi asupan oksigen yang akan menyebabkan jantung berdetak kencang. Gunakan salah satu teknik di bawah ini untuk membuat pernapasannya normal kembali:
    • Berusahalah menghitung napas. Salah satu cara menolong orang tersebut adalah dengan memintanya menarik napas dan mengembuskannya sesuai hitungan Anda. Mulailah berhitung keras-keras sehingga bisa mendorong orang tersebut untuk bernapas dalam 2 hitungan dan mengembuskannya saat hitungan ke dua, lalu naikkan hingga 4 hitungan, 6 hitungan, hingga napasnya melambat dan teratur.
    • Doronglah ia untuk mencoba bernapas menggunakan kantong kertas . Jika orang tersebut mau menerima saran, tawarkan kantong kertas. Tetapi, waspadalah karena bagi sebagian orang, kantong kertas bisa memicu rasa takut, terutama jika ia memiliki pengalaman negatif karena dipaksa bernapas menggunakan kantong kertas pada saat serangan panik sebelumnya.
      • Karena cara ini dilakukan untuk mencegah hiperventilasi, cara ini tidak cocok jika Anda berhadapan dengan seseorang yang menahan atau melambatkan napasnya saat sedang panik. Namun, jika dibutuhkan, cara ini harus dilakukan dengan menarik dan mengembuskan napas sebanyak 10 kali menggunakan kantong kertas, diikuti dengan bernapas tanpa kantong kertas selama 15 detik. Jangan sampai terlalu berlebihan ketika mengandalkan kantong kertas untuk bernapas untuk berjaga-jaga jika tingkat karbon dioksida naik terlalu tinggi dan tingkat oksigen menurun drastis yang bisa menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius.
    • Mintalah ia bernapas melalui hidung dan mengembuskan napas melalui mulut seperti ketika meniup balon. Lakukan teknik pernapasan ini bersamanya.
  7. Banyak serangan panik disertai dengan sensasi panas, terutama di sekitar leher dan wajah. Benda yang dingin, biasanya lap basah, bisa membantu mengurangi gejala ini dan juga mengurangi kedahsyatan serangan ini.
  8. Tetaplah bersamanya sampai ia sembuh dari serangan tersebut. Jangan pernah meninggalkan seseorang yang kesulitan bernapas. Seseorang dengan serangan panik bisa terlihat tidak ramah atau kasar, tetapi pahamilah apa yang sedang ia rasakan dan tunggulah sampai ia kembali normal. Tanyakan cara apa yang berhasil diterapkan sebelumnya untuk menenangkannya, dan apakah atau kapankah ia harus meminum obat.
    • Meskipun Anda tidak merasa berguna, ketahuilah bahwa keberadaan Anda bisa membuat perhatiannya teralihkan. Jika ia ditinggalkan sendirian, yang akan ia lakukan hanyalah membenci diri dan pemikirannya sendiri. Anda berada di sampingnya sudah cukup berguna untuk membuatnya tetap berada di dunia nyata. Sendirian saat mengalami serangan panik sangatlah menakutkan. Tetapi, jika terjadi di tempat umum, pastikan orang-orang menjauh darinya. Orang-orang di sekitarnya mungkin berniat baik, tetapi mereka hanya akan membuat kondisinya semakin parah.
  9. Meskipun serangan itu terasa sangat lama (bahkan bagi Anda dan terutama bagi mereka), episode ini akan berakhir . Serangan panik yang umum terjadi cenderung memuncak saat sekitar 10 menit dan akan terus membaik dengan menurunnya tingkat kepanikan secara perlahan tetapi pasti. [5]
    • Tetapi, serangan panik yang lebih kecil cenderung berlangsung lebih lama . Namun, si korban akan mengatasinya lebih baik, jadi waktu berlangsungnya serangan tersebut bukan masalah besar. [5]
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 3:

Mengatasi Serangan Panik yang Parah

PDF download Unduh PDF
  1. Jika gejala-gejala serangan panik belum mereda sampai beberapa jam, pertimbangkan untuk meminta pendapat medis. Meskipun serangan panik bukanlah situasi hidup dan mati, hubungi bantuan medis, meskipun hanya untuk meminta saran. Dokter gawat darurat kemungkinan besar akan memberikan Valium atau Xanax kepada pasien serangan panik, atau mungkin Beta-Blocker seperti Atenolol untuk menenangkan jantung dan menurunkan tingkat adrenalin di dalam tubuh.
    • Jika saat ini adalah kali pertama ia mengalami serangan panik, ia kemungkinan besar akan meminta bantuan medis karena ia merasa takut dengan apa yang ia alami. Jika ia sudah pernah mengalami serangan panik, ia akan mengetahui bahwa mendapatkan perawatan darurat akan membuat keadaannya semakin parah. Tanyakan sang korban. Keputusan ini akan bergantung sepenuhnya terhadap pengalaman orang tersebut dan interaksi yang Anda lakukan kepadanya.
  2. Serangan panik adalah bentuk kecemasan yang harus ditangani dengan bantuan medis yang profesional. Ahli terapi yang baik harus bisa menentukan pemicu serangan panik tersebut, atau sekurang-kurangnya, membantu penderitanya memahami sisi psikologis situasi tersebut. Jika ia mulai memahaminya, biarkan ia melanjutkannya sesuai temponya sendiri.
    • Beri tahu bahwa terapi bukan untuk orang gila. Terapi adalah bentuk bantuan resmi yang dipercayai jutaan orang. Selain itu, ahli terapi bisa meresepkan obat yang bisa menangkis masalah tersebut. Obat ini mungkin tidak akan menghentikan serangan sepenuhnya, tetapi bisa menurunkan jumlah terjadinya serangan.
  3. Anda mungkin merasa sangat bersalah karena Anda panik saat teman Anda mengalami serangan panik, tetapi hal ini normal terjadi. Ketahuilah bahwa merasa waspada dan sedikit takut adalah respons yang baik saat menyaksikan episode ini. Jika dapat membantu, tanyakan orang tersebut apakah ia bisa membicarakannya nanti sehingga Anda bisa mengatasinya dengan lebih baik di masa depan.
    Iklan

Tips

  • Jika orang tersebut memiliki fobia dan fobia itu memicu terjadinya serangan, jauhkan orang tersebut dari pemicu serangannya.
  • Bawalah ia ke luar jika serangan panik dimulai di tempat yang ramai atau bising. Ia harus merasa rileks dan berada di tempat yang terbuka.
  • Jika ia memiliki hewan peliharaan, penelitian menunjukkan bahwa mengelus anjing bisa mengurangi tekanan darah.
  • Jika orang terdekat Anda memiliki gangguan panik dan serangan panik sering terjadi, hal tersebut bisa mengganggu hubungan Anda. Cara Anda menangani efek dari gangguan panik dalam hubungan Anda berada di luar jangkauan artikel ini, tetapi hal tersebut membutuhkan bantuan profesional.
  • Gejala yang jarang terjadi antara lain:
    • Pemikiran yang mengganggu atau negatif
    • Pemikiran yang berpacu
    • Perasaan seperti tidak berada di dunia nyata
    • Perasaan seperti akan ada bencana yang datang
    • Perasaan seperti kematian akan datang dengan cepat
    • Kulit berubah warna
  • Jika orang tersebut ingin sendirian, berikan ia waktu untuk sendiri.
  • Mintalah ia untuk membayangkan hal yang indah seperti lautan atau padang rumput hijau untuk menenangkan pikirannya.
  • Jika kantong kertas tidak tersedia, berusahalah untuk membuat orang tersebut membentuk tangannya seperti mangkuk. Bernapaslah melalui lubang kecil di antara jempol kedua tangan Anda.
  • Jangan ragu untuk menelepon unit gawat darurat untuk meminta bantuan. Ini adalah tugas para dokter di sana!
  • Sarankan untuk memfokuskan otak pada warna, pola, dan hitungan. Otak tidak bisa berfokus pada hal-hal tersebut dan juga pada serangan panik yang terjadi. Selain itu, jika serangan ini sering terjadi, yakinkan orang tersebut bahwa ia akan baik-baik saja. Mintalah ia mengulangi kata-kata, “Aku akan baik-baik saja”.
  • Doronglah mereka untuk pergi ke kamar mandi. Buang air bisa melepaskan racun dari dalam tubuh dan akan membantunya berkonsentrasi pada hal lain.
  • Melakukan child’s pose (posisi yoga) juga bisa menenangkan seseorang.
Iklan

Peringatan

  • Saat mengalami serangan panik, penderita asma akan merasa bahwa ia membutuhkan inhaler (alat bantu pernapasan) karena dadanya terasa sesak dan napasnya tersenggal-senggal. Pastikan ia benar-benar mengalami serangan panik bukan asma yang sedang kambuh karena menggunakan inhaler ketika tidak dibutuhkan bisa membuat serangan panik lebih parah (karena obat tersebut dibuat untuk meningkatkan detak jantung).
  • Bernapas menggunakan kantong kertas membuat karbon dioksida dapat terhirup, sehingga bisa menyebabkan asidosis respiratorik. Asidosis respiratorik adalah kondisi berbahaya yang bisa menghancurkan ikatan oksigen dan hemoglobin (darah). Tindakan untuk mengontrol serangan panik menggunakan kantong kertas harus diawasi dengan saksama, atau tidak digunakan sama sekali.
  • Serangan panik, terutama pada seseorang yang belum pernah mengalaminya, terkadang terlihat seperti serangan jantung. Tetapi, serangan jantung bisa membahayakan jiwa, dan jika Anda bingung untuk membedakannya, sebaiknya hubungi unit gawat darurat.
  • Periksalah bahwa penyebab kesulitan bernapas bukanlah asma , karena asma adalah kondisi yang jauh berbeda dengan serangan panik, dan asma membutuhkan penanganan yang berbeda.
  • Jika menggunakan metode kantong kertas, kantong tersebut hanya boleh menutupi daerah hidung dan mulut untuk memastikan hasil embusan napas tidak terhirup lagi. Jangan tutupi seluruh bagian kepala orang tersebut dan jangan pernah gunakan kantong plastik.
  • Harus diingat bahwa kebanyakan penderita asma memiliki serangan panik. Sangat penting bagi penderita ini untuk mengontrol pernapasannya. Jika orang tersebut tidak bisa mengembalikan napasnya ke pola pernapasan yang normal dan tidak mencari penanganan medis darurat sesegera mungkin, serangan asma bisa memiliki konsekuensi yang mengerikan dan dalam beberapa kasus bisa berujung pada kematian.
  • Meskipun sebagian besar serangan panik tidak fatal, jika serangan panik terjadi karena alasan tertentu, seperti Tachycardia, Arrhythmia, asma, dan/atau proses psikologis dari sistem saraf otonom yang tidak berkesinambungan, risiko kematian bisa terjadi. Tachycardia yang tidak terkontrol bisa menyebabkan kematian.
Iklan

Hal yang Anda Butuhkan

  • Kantong kertas ( pilihan )
  • Kain atau lap basah

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 8.545 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan