Unduh PDF Unduh PDF

Jatuh cinta memang berjuta rasanya. Namun ada kalanya, satu dari jutaan rasa itu adalah kecewa, terutama jika kamu memiliki orang tua yang terlalu protektif dan melarangmu menjalin hubungan romantis dengan lelaki mana pun. Jika kamu masih berusia remaja, mendiskusikan topik-topik sensitif seperti "kapan saat yang tepat untuk berpacaran" kepada orang tuamu memang sulit; terlebih lagi, sebagian besar orang tua merasa tidak siap jika anaknya berpacaran saat masih duduk di bangku sekolah. Lantas apakah kamu harus menyerah? Tentu tidak. Cobalah meyakinkan orang tuamu dengan menunjukkan kedewasaanmu; bicaralah dengan tenang dan sopan, lalu jelaskan perasaanmu secara jujur. Niscaya, jalanmu untuk berpacaran dengan sang pujaan hati pun akan lebih lapang!

Metode 1
Metode 1 dari 3:

Berbicara kepada Orang Tua

Unduh PDF
  1. Pastikan kamu melakukannya saat suasana hati mereka sedang baik; dengan kata lain, jangan melakukannya saat mereka sedang sibuk bekerja atau diserang stres akibat pekerjaan kantor yang menumpuk. Evaluasi suasana hati mereka dengan bertanya, “Bagaimana kabar Ayah/Ibu hari ini?”. Pastikan kamu juga memilih waktu yang memungkinkan mereka untuk mencurahkan perhatian sepenuhnya kepadamu. Waktu bersantai setelah makan malam atau sebelum tidur malam adalah contoh yang sempurna.
    • Jika kamu kesulitan mengajak mereka berbicara di rumah, cobalah melakukannya di dalam mobil atau ketika kalian sedang berjalan-jalan. Misalnya, kamu bisa berkata, “Jalan-jalan yuk, Yah! Ada hal penting yang ingin aku bicarakan kepada Ayah.”. [1]
    • Jika kamu lebih dekat dengan ibumu daripada ayahmu, tidak ada salahnya menceritakan situasimu hanya kepada ibumu. Setelah itu, mintalah ibumu yang menceritakan situasi tersebut kepada ayahmu.
  2. Menyampaikan segala sesuatunya dengan jujur dan gamblang adalah salah satu cara untuk menunjukkan kedewasaanmu. Jangan berbohong, sekalipun kebohongan itu dilakukan untuk kebaikan. Jika kamu sudah beberapa kali berkencan dengan calon pacarmu tanpa sepengetahuan orang tuamu, beri tahu mereka ketika ditanya. Hati-hati, satu kebohongan saja dapat merusak kepercayaan orang tuamu seumur hidup.
    • Jangan mengarang cerita. Misalnya, jangan mengatakan kepada orang tuamu bahwa sahabatmu pun sudah berpacaran selama 2 tahun jika fakta itu tidak benar. Ingat, orang tuamu dapat mencium kebohonganmu dalam sekejap; mereka bahkan dapat mengecek kebenaran ceritamu dengan mudah.
  3. Untuk mendapatkan sesuatu, kamu harus bersedia memberikan. Jika orang tuamu mengizinkanmu berpacaran, kemungkinan besar mereka akan menentukan beberapa syarat yang harus kamu patuhi. Jika syarat-syarat tersebut masuk akal dan bisa kamu patuhi, jangan ragu menyepakatinya. Kamu pun bisa mengajak mereka berkompromi jika mereka menolak memberikan izinnya kepadamu.
    • Kemungkinan besar, salah satu syarat mereka adalah performa akademismu tidak boleh menurun. Misalnya, kamu harus mengakhiri hubungan jika mendapatkan nilai D; atau kamu harus belajar setidaknya 1 jam setiap malam. Tidak ada salahnya mematuhinya, toh syarat-syarat semacam itu juga akan membawa dampak positif bagi kehidupanmu.
    • Kemungkinan besar, mereka juga akan memintamu membatasi waktu berkencan dengan pacar barumu. Kemungkinan, kalian hanya bisa pergi berkencan di akhir pekan dan tidak boleh pulang terlalu malam setelahnya.
    • Mungkin mereka juga akan memintamu berkonsultasi dengan ahli medis profesional. Untuk syarat ini, pastikan kamu membuat keputusan yang paling nyaman untukmu.
  4. Jaga emosimu ketika sedang berbicara dengan orang tua. Jangan berteriak, menangis, menggerutu, atau merengek. Respons emosional semacam itu hanya akan membuat mereka kesulitan menghargai posisimu. Agar kamu mampu tetap tenang, cobalah mengulangi kata-kata “kontrol” atau “tenang” di dalam benakmu. Sebelum melontarkan respons yang negatif, pastikan kamu juga menghitung sampai lima terlebih dahulu; jangan memberikan respons impulsif yang nantinya akan kamu sesali.
    • Jaga pula nada bicaramu. Hati-hati, jangan menyampaikan kata-kata bermakna positif dengan nada yang sarkastis. Misalnya, kata “Baguslah” bisa menimbulkan kesan yang berbeda jika diucapkan dengan nada yang berbeda. [2]
    • Jika pembicaraan tersebut membuatmu frustrasi, luangkan waktu untuk menenangkan diri setelahnya. Misalnya, kamu bisa berlari selama satu jam di taman depan rumah, berenang, atau pergi berbelanja bersama teman-temanmu.
  5. Dengarkan baik-baik respons yang diberikan orang tuamu dan tatap mata mereka ketika mereka sedang berbicara. Sikap tersebut menunjukkan bahwa kamu tidak malu membicarakan kemungkinan hubungan yang akan kamu jalani. Anggukkan kepalamu dan tersenyum jika kamu sepakat dengan kata-kata mereka. [3]
    • Bagian terpenting dari menjadi pendengar yang aktif adalah mengajukan pertanyaan lanjutan. Jika mereka menolak memberikan izin, tanyakan, “Mengapa tidak?”. Tunjukkan bahwa kamu benar-benar ingin memahami perspektif mereka dalam situasi tersebut. Dengan melakukannya, kamu akan benar-benar memahami kekhawatiran yang mengganjal benak mereka; niscaya, kamu juga akan terbantu untuk meredakan kekhawatiran tersebut. [4]
  6. Jika kamu belum pernah melakukannya, cobalah mengajak orang tuamu duduk bersama dan membicarakannya. Tidak perlu malu; mereka pasti juga khawatir kamu akan melakukan hal-hal yang “belum saatnya” dilakukan, seperti berhubungan seksual sebelum menikah. Pembicaraan ini sangat membantumu untuk memahami batasan-batasan yang ada. Oleh karena itu, jika ada kesempatan, pastikan kamu mengekspresikan kekhawatiranmu atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang selama ini mengganjal di benakmu. [5]
  7. Jika kamu kesulitan berbicara langsung kepada orang tuamu, cobalah menuliskan perasaan dan pendapatmu dalam sepucuk surat. Kiat ini juga layak dicoba jika kamu tahu orang tuamu akan memberikan reaksi yang ekstrem dan negatif. [6]
    • Pastikan kalimat-kalimatmu tersusun dengan baik dan tidak memunculkan kesan yang negatif. Jangan menuliskan apa pun yang nantinya akan kamu sesali. Misalnya, alih-alih menulis, “Terserah kalian akan setuju atau tidak, pokoknya aku tetap akan pacaran,”, tuliskan, “Aku benar-benar ingin kalian memahami keputusanku.”.
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 3:

Meyakinkan Orang Tua lewat Tindakan

Unduh PDF
  1. Kenalkan calon pacarmu lewat berbagai cara; misalnya, kamu bisa menunjukkan fotonya kepada orang tuamu, menunjukkan pesan singkat yang dikirimkannya kepadamu, atau mengajaknya ke rumah untuk berkenalan langsung dengan orang tuamu. Biarkan mereka mengenal kepribadian dan kualitas-kualitas positif dalam diri calon pacarmu. Jika dia termasuk anak yang pandai di sekolah, pamerkan fakta tersebut kepada orang tuamu. Jelaskan pula rencana-rencana jangka panjang calon pacarmu kepada mereka.
    • Jika kamu ingin mempertemukan mereka secara langsung, susun perencanaan dari jauh-jauh hari. Jangan mempertemukan mereka secara tiba-tiba; kemungkinan orang tuamu akan merasa terkejut dan malah memberikan reaksi yang negatif. [7]
    • Calon pacarmu juga harus mau dan mampu mendukung mimpi-mimpimu. Pastikan kamu menjelaskan fakta tersebut kepada orang tuamu dengan berkata, “Dia selalu menanyakan perkembangan persiapan SAT-ku.”.
  2. Katakan kepada orang tuamu bahwa selama satu bulan, kamu hanya akan berpacaran beramai-ramai dengan teman-temanmu yang lain. Dengan melakukannya, orang tuamu akan merasa lebih lega karena tahu kamu aman; mereka juga akan memiliki waktu lebih banyak untuk mengenal calon pacarmu tanpa dibebani berbagai praduga yang negatif. [8]
    • Kencan berkelompok memang akan membuatmu lebih “aman”, namun terkadang juga rentan membuatmu mengalami tekanan dari teman sebaya. Jelaskan kekhawatiran tersebut kepada orang tuamu dan ingatkan mereka bahwa mereka sudah mendidikmu dengan baik. Katakan kepada mereka, “Jangan khawatir. Walaupun pergi beramai-ramai, aku berjanji tidak akan minum alkohol hanya karena dipengaruhi oleh teman-temanku.”. [9]
  3. Ikuti seluruh aturan yang dibuat oleh orang tuamu. Tunjukkan kepada mereka bahwa kamu selalu bersedia mematuhi komitmen yang sudah dibuat, semenyebalkan apa pun komitmen tersebut. Misalnya, berusahalah untuk selalu pulang tepat waktu, mengerjakan tanggung jawab rumah tangga tanpa diminta, dan menghindari perdebatan-perdebatan yang tidak penting dengan orang tuamu. [10]
  4. Tunjukkan kepada orangtuamu bahwa kamu mampu mengontrol diri; tunjukkan bahwa kamu tahu mereka membutuhkan waktu untuk memberikan keputusan yang terbaik. Untuk membuktikan kesabaranmu, setidaknya tunggulah sampai dua minggu berlalu sebelum kembali mengangkat topik tersebut. [11]
    • Misalnya, jika mereka berkata, “Ibu dan Ayah perlu memikirkannya terlebih dahulu”, cobalah merespons, “Aku mengerti, toh ini memang keputusan yang serius.”.
  5. Tunjukkan penghargaanmu terhadap segala hal yang sudah mereka lakukan untukmu. Misalnya, belajarlah untuk lebih sering mengucapkan “Terima kasih!”. Selain itu, kamu juga bisa menunjukkan rasa syukurmu melalui tindakan-tindakan sederhana, seperti memasakkan sarapan untuk mereka. Jika mereka berkata, “Kau pasti melakukan ini hanya agar mendapatkan izin dari kami, kan?”, jawab saja, “Tentu saja aku berharap kalian akan memberikan izin. Namun ini juga kulakukan karena aku menghargai pendapat kalian, aku ingin kalian tahu itu.”. [12]
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 3:

Mengelola Pikiran dan Perasaan

Unduh PDF
  1. Jangan meminta izin sebelum kamu menemukan orang yang benar-benar kamu sukai. Risikonya, kamu justru akan terlibat dalam perdebatan kosong yang tidak bermakna dengan orang tuamu. Tunggu sampai kamu benar-benar menemukan orang yang tepat. Setelah menemukannya, jelaskan secara spesifik mengenai hal-hal yang kamu sukai dari orang tersebut kepada orang tuamu. [13]
    • Kamu juga bisa memanfaatkan argumentasi tersebut untuk meyakinkan orang tuamu. Misalnya, kamu bisa berkata, “Selama ini, aku menunggu orang yang benar-benar tepat sebelum meminta izin Ayah dan Ibu.”.
  2. Apakah kamu benar-benar siap berpacaran? Atau kamu hanya tidak ingin dianggap payah oleh teman-teman seusiamu karena masih melajang? Apakah kamu siap membuat batasan-batasan (termasuk batasan seksual) untuk melindungi dirimu? Apakah kamu siap menerima penolakan? Pikirkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut mulai sekarang; percayalah, orang tuamu juga akan menanyakannya nanti. [14]
    • Pikirkan baik-baik apakah calon pacarmu merupakan sosok yang baik secara umum atau memang tepat untukmu? Mungkin dia memang orang yang hebat, namun sesungguhnya kurang tepat untukmu karena perbedaan usia yang terlalu jauh, dsb. [15]
  3. Sahabat-sahabat dekatmu pasti sudah mengenal orang tuamu dan memahami perasaanmu; jadi mereka adalah pihak yang tepat untuk dimintai nasihat. Mintalah pendapat mereka mengenai cara terbaik untuk mendekati orang tuamu; mintalah pula pendapat mereka mengenai cara mendeskripsikan calon pacarmu kepada orang tuamu. Kamu bahkan bisa mengajak beberapa teman ke rumah dan meminta bantuan mereka untuk menceritakan hal-hal positif mengenai calon pacarmu kepada orang tuamu.
  4. Jika orang tuamu tetap bersikeras tidak memberikan izin, mungkin sudah saatnya kamu mencari bantuan dari orang lain. Temui pemuka agama, kerabat yang sudah berusia dewasa, atau sahabat orang tuamu, dan cobalah menceritakan situasimu. Mintalah pendapat mereka dan tanyakan, “Kira-kira kompromi seperti apa yang harus kulakukan agar orang tuaku senang?” [16]
    Iklan

Tips

  • Terimalah respons orang tuamu. Beberapa orang tua akan tetap bersikeras melarang anak-anaknya menjalin hubungan romantis dengan orang lain. Jika orang tuamu juga demikian, jangan memaksakan diri untuk menjalin hubungan tanpa sepengetahuan mereka; jangan pula terus-menerus memaksa mereka karena risikonya, hubunganmu dan mereka justru bisa rusak. Tetaplah teguh pada pendirianmu, namun cobalah untuk bersabar. Seiring berjalannya waktu, batu sekeras apa pun pasti akan terkikis. [17]
  • Cobalah mengajak orang tuamu pergi berempat dengan orang yang kamu sukai. Meski terasa memalukan, faktanya metode ini akan membuka mata orang tuamu mengenai hubungan kalian, pun apa saja yang kalian lakukan jika sedang berkencan.
  • Jika restu belum didapatkan, cobalah untuk tetap berteman dengan orang yang kamu sukai. Kenali dia lebih jauh dan biarkan orang tuamu juga mengenalnya lebih jauh. Cepat atau lambat, perubahan pasti bisa terjadi.
  • Pastikan orang tua calon pacarmu juga mengizinkannya berpacaran. Jika tidak, lantas apa gunanya kamu berusaha meyakinkan orang tuamu?
Iklan

Peringatan

  • Pastikan kamu selalu mengutamakan kepentingan diri sendiri di atas kepentingan orang lain. Jangan pernah mengubah dirimu hanya untuk menyenangkan orang lain; jangan pula bertahan dengan seseorang yang tidak mampu memperlakukanmu dengan baik. [18]
  • Orang tuamu akan jauh lebih khawatir jika kamu tertarik untuk menjalin hubungan dengan orang yang jauh lebih tua. Beberapa negara (salah satunya Amerika) bahkan memiliki aturan hukum yang melarang anak di bawah umur untuk menjalin hubungan dengan orang dewasa. Sayangnya, hingga saat ini hukum Indonesia hanya memiliki peraturan spesifik terkait pernikahan di bawah umur; dalam Pasal 7 UU No. 1 Tahun 1974, dijelaskan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika sang pria sudah mencapai umur 19 tahun, dan sang wanita sudah mencapai umur 16 tahun. [19]
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 49.197 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan