Unduh PDF
Unduh PDF
Memvalidasi perasaan mengharuskan Anda memahami isi hati orang lain dan mengakui bahwa perasaan mereka penting. Di sebuah hubungan yang sehat, sangat penting untuk memvalidasi perasaan seseorang saat ia marah. Mulailah dengan mendengarkan dan merespons secara sederhana. Setelah itu, cobalah untuk berempati sesering mungkin. Ingat, Anda tidak perlu setuju dengan perasaan atau pilihan seseorang untuk memvalidasi perasaan orang tersebut!
Langkah
-
1Berikan respons secara verbal untuk menunjukkan bahwa Anda mendengarkan. Validasi dimulai dari kemampuan untuk mendengarkan. Sangat penting untuk merespons saat seseorang bicara agar ia tahu Anda mendengarkan. Katakanlah “Oke”, “uh-huh”, dan “Oh begitu” saat seseorang bicara agar ia merasa didengarkan. [1] X Teliti sumber
-
2Gunakan bahasa tubuh untuk menunjukkan bahwa Anda mendengarkan. Tatap matanya, lalu palingkan kepala atau seluruh tubuh Anda ke arahnya saat ia bicara. Anda mungkin ingin menghentikan apapun yang sedang dilakukan. Tunjukkan bahwa Anda hadir dan memperhatikan.
- Jika Anda melakukan hal lain saat mendengarkan (seperti melipat cucian atau memasak), lihatlah lawan bicara Anda sesekali dan berikan isyarat bahwa Anda memperhatikan. Menatap matanya sesekali adalah cara yang baik melakukan hal ini.
- Jika bahasa tubuh Anda terhalang oleh disabilitas, Anda masih bisa menunjukkan perhatian. Cobalah untuk mengakomodasi kebutuhan Anda (misalnya memainkan satu tangan sambil melihat ke arah dagu lawan bicara) atau jelaskan saja bahwa Anda memiliki bahasa tubuh yang berbeda, tetapi tetap bersedia mendengarkan.
-
3Tetaplah memperhatikan lawan bicara. Bentuk validasi yang paling dasar adalah menjaga perhatian Anda ke lawan bicara, sekalipun perasaan yang ia sampaikan sulit dicerna atau tidak enak didengar. Kesampingkan dulu ketidaknyamanan Anda, dan fokuslah total ke lawan bicara. Inilah beberapa cara untuk menunjukkan bahwa Anda mendengarkan:
- Memengang tangannya
- Menatap langsung matanya
- Duduk bersama atau mengelus punggungnya
- Mengatakan “Aku di sini untukmu”
-
4Responslah suasana hati dan energi lawan bicara. Jika seseorang tampak girang, biarkan diri Anda merasa senang atau girang juga. Jika ia sedih, bersikaplah simpatik. Jika ia gugup, tenangkan dan pahami perasaannya. Meniru energi yang dipancarkan dan merespons suasana hati lawan bicara akan membuatnya merasa dimengerti.
- Sebagai contoh, jika teman baik Anda sangat senang dengan janji kencannya bersama orang baru, ia akan mengapresiasi jika Anda ikut menunjukkan reaksi senang atau bahagia. Sementara itu, jika ia merasa biasa saja, tingkah Anda yang terlalu heboh akan membuatnya gugup. Sangat penting untuk membaca suasana hati dan antusiasme seseorang.
-
5Ajukan pertanyaan untuk memperjelas sesuatu. Saat seseorang selesai mengekspresikan isi hatinya, ajukan pertanyaan untuk memperjelas perkataannya. Hal ini akan membuat seseorang berkesempatan mengelaborasi perasaan dan pikiran sehingga ia merasa benar-benar diperhatikan. [2] X Teliti sumber
- Sebagai contoh, katakanlah sesuatu seperti “Jadi, bagaimana perasaanmu setelah hal itu terjadi?” atau “Bagaimana pandanganmu terhadap hal itu?”
-
6Ulangi perkataan lawan bicara. Setelah seseorang selesai menyampaikan isi hati dan pikirannya, ulangi kata-katanya sekali lagi. Hal ini mungkin terdengar konyol, tetapi bisa memvalidasi pikirannya dengan cara mengakui bahwa Anda mendengar dan memahami apa yang disampaikan. Cobalah untuk mengatakan sesuatu seperti: [3] X Teliti sumber
- "Jadi kamu frustrasi karena profesor itu memberikan sedikit peringatan.”
- "Wow, kamu benar-benar tampak gembira!"
- "Hal itu pasti sulit bagimu."
- "Koreksi jika aku salah. Kamu merasa sakit hati saat adikku mengolok-olok gaya bicaramu dan aku tidak melakukan apa-apa kepadanya?”
-
7Pastikan Anda lebih banyak mendengar daripada berbicara. Anda mungkin ingin mengomentari perasaan dan pikiran seseorang. Sekalipun opini Anda bermanfaat, saat seseorang mengungkapkan perasaannya, Anda sebaiknya cukup menjadi pendengar yang baik. Jangan menyela atau menginterupsi sampai ia menyelesaikan perkataannya. [4] X Teliti sumber
- Jangan berkomentar dulu karena orang tersebut akan merasa bahwa respons Anda palsu dan Anda tidak mau mengakui perasaannya. Fokuslah untuk mendengarkan dan memperhatikannya. Ia mungkin akan menemukan sendiri jawaban dari masalahnya hanya karena Anda bersedia mendengarkan.
Iklan
-
1Bantu ia mengelaborasi perasaanya. Setelah seseorang mengekspresikan isi hatinya, lihat apakah Anda bisa membantunya mengelaborasi perasaan dan penyebab hal tersebut. Sebagai contoh, Anda bisa mengatakan sesuatu seperti “Sepertinya kamu merasa sangat sakit hati?” Cara ini menunjukkan bahwa perasaan lawan bicara Anda penting dan Anda memahami situasinya. [5] X Teliti sumber
- Jika tebakan Anda akurat, ia biasanya akan mengatakan “ya, dan...”, kemudian mengelaborasi perasaannya. Jika tebakan Anda salah, ia akan bilang “tidak, sebenarnya....”, lalu menjelaskan perasaan yang sebenarnya. Apa pun pilihannya, Anda membuat orang tersebut mampu mengelaborasi dan memproses segalanya.
-
2Ingatlah pengalaman serupa yang pernah Anda alami. Jika mungkin, tunjukkan bahwa Anda memahami seseorang dengan cara menceritakan pengalaman serupa. Kemudian, ceritakan bagaimana perasaan Anda, dan jelaskan bahwa Anda memahami perasaan si lawan bicara. Ini akan membuatnya merasa mendapat validasi. [6] X Teliti sumber
- Sebagai contoh, jika seorang teman tidak diundang ke acara liburan adiknya sendiri, Anda bisa mengatakan “Ya, rasa sepi memang menakutkan. Kakak dan sepupuku pergi berkemah setiap tahun, dan aku tak pernah diundang. Aku merasa kecewa karena tidak diajak. Aku mengerti kenapa kamu merasa sedih karena tidak diundang ke acara adikmu. Tidak enak untuk diabaikan.”
-
3Anggap reaksinya sebagai hal normal. Jika Anda belum memiliki pengalaman serupa, Anda masih bisa memvalidasi perasaan seseorang. Anda bisa mengatakan sesuatu seperti “Aku rasa sebagian besar orang di situasi ini akan memiliki perasaan sama sepertimu.” Hal ini menunjukkan bahwa Anda pikir reaksinya beralasan dan ia punya hak untuk merasakan emosi tersebut. Cobalah beberapa hal berikut ini: [7] X Teliti sumber
- "Tak apa untuk merasa gusar tentang prosedur suntik flu. Tidak ada orang yang menyukainya.”
- "Tentu saja Anda takut meminta promosi ke atasan. Hal-hal semacam ini memang menakutkan untuk banyak orang.”
- "Ya, tidak heran kamu tidak ingin pergi keluar hari ini.”
-
4Akui sejarah pribadi seseorang. Anda juga bisa membantu seseorang dengan cara mengakui bahwa sejarah pribadi berhubungan dengan emosinya. Hal ini sangat membantu jika orang tersebut khawatir bahwa ia bersikap irasional atau berlebihan. Meskipun ada kemungkinan orang tersebut memang bersikap berlebihan, Anda tetap harus membantunya memahami bahwa ia bebas merasakan apapun. Cobalah hal-hal berikut ini: [8] X Teliti sumber
- "Melihat cara Ani memperlakukanmu, aku sangat mengerti kenapa kamu tidak mau berpacaran dulu. Luka ini sangat sulit disembuhkan.”
- "Setelah permainan roller coaster tadi, aku bisa memahami mengapa kamu ragu memainkan wahana ini. Ingin naik komidi putar saja?”
- "Mengingat kamu pernah digigit anjing tahun lalu, aku paham kenapa anjing baru tetanggamu membuat dirimu gugup.”
Iklan
-
1Jangan mengoreksi pikiran seseorang. Jangan pernah mengoreksi pikiran atau perasaan seseorang, terutama jika ia sedang marah. Jika seseorang bersikap irasional, Anda mungkin akan mencoba menyadarkannya. Namun, hal ini bisa dilihat sebagai sebuah penolakan terhadap perasaan seseorang. [9] X Teliti sumber
- Sebagai contoh, jangan katakan “Masalah ini seharusnya tidak membuatmu marah.” Anda mungkin tidak menyukai respons seseorang, tetap memvalidasi berbeda dengan menyetujui. Hal ini hanya sebatas mengakui perasaan seseorang. Cobalah untuk mengatakan sesuatu seperti “Aku mengerti kenapa hal ini membuatmu marah” atau “Kamu terdengar sangat marah.”
-
2Jangan sampaikan nasihat yang tidak diminta. Sering kali, saat seseorang menceritakan masalahnya kepada Anda, ia hanya ingin didengar. Sebelum membuka mulut dan mengatakan “abaikan saja hal itu” atau “lihatlah sisi baiknya”, berhentilah. Dengarkan baik-baik apa yang disampaikan, dan fokuslah untuk bersimpati. Ia harus memproses emosinya terlebih dahulu.
- Jika Anda ingin membantu, dengarkan dulu. Setelah itu, tanyakan bagaimana cara Anda bisa membantunya.
- Jika Anda tidak yakin, cobalah bertanya “Apakah kamu meminta nasihat atau hanya ingin menyalurkan amarah?”
-
3Pastikan Anda menggunakan tipe validasi yang tepat. Ingatlah, Anda tidak bisa memvalidasi secara sembarangan. Pilihlah opsi validasi terbaik. Jika Anda tidak mampu bersimpati secara personal, contohnya, jangan mencoba membanding-bandingkan. Namun, tunjukkan validasi yang lebih umum. [10] X Teliti sumber
- Sebagai contoh, katakanlah bahwa seorang teman merasa stres karena perceraiannya. Jangan mencoba bersimpati langsung jika Anda tidak pernah bercerai, misalnya dengan cara membandingkan perceraiannya dengan kisah putus cinta yang pernah Anda alami. Namun, berikan validasi yang lebih umum. Sebagai contoh, “Sangat bisa dipahami mengapa kamu merasa demikian. Perceraian memang sulit dihadapi oleh siapapun.”
-
4Jangan menyalahkan. Jangan menyalahkan perasaan seseorang, terutama jika ia merasa sangat marah. Menyalahkan sama dengan menunjukkan bahwa Anda menganggap perasaannya tidak valid. Hindari respons seperti: [11] X Teliti sumber
- "Mengeluh tidak memperbaiki apa-apa. Jadilah kuat dan hadapi masalahmu.”
- "Reaksimu berlebihan."
- "Jadi, kamu marah kepada sahabat baikmu. Apa hal ini tidak menyusahkanmu?”
- "Mungkin ia tidak akan melakukan hal itu jika kamu tidak mengenakan rok mini.”
-
5Jangan mencoba untuk “menyedot” perasaannya. “Menyedot” dalam konteks ini bermakna bahwa Anda berpura-pura masalahnya tidak ada atau tidak pernah terjadi. [12] X Teliti sumber Contoh dari hal ini adalah: [13] X Teliti sumber
- "Oh, kedengarannya tidak terlalu parah."
- "Ini bukan masalah besar."
- "Tetaplah bersikap positif."
- "Semuanya akan baik-baik saja pada akhirnya! Jangan khawatir."
- "Teguhkan hatimu."
- "Lihatlah sisi baiknya."
-
6Jangan mencoba memperbaiki perasaannya. Terkadang, orang-orang mencoba membantu seseorang yang disayangi sembuh dari sakit hati karena tidak ingin melihatnya marah. Sekalipun tujuannya baik, hal ini tidak akan membantunya dalam jangka panjang, dan ia akan merasa bersalah karena masih bersedih setelah mendapat bantuan. [14] X Teliti sumber
- Jika ingin membantu, cobalah untuk mendengarkan keseluruhan ceritanya dan memvalidasi perasaannya seiring waktu. Kemudian, tanyakan apakah ia butuh bantuan atau tawarkan untuk mencari solusinya bersama-sama.
- Jika mereka menerima bantuan Anda, pastikan untuk tidak mengatur apa yang harus ia lakukan. Sebagai contoh, daripada berkata “kamu harus merelakannya”, cobalah untuk mengatakan “Secara pribadi, aku mencoba melupakan orang yang tidak ingin berada di sampingku, dan fokus kepada orang yang menyayangiku.” Cara ini akan membantunya menentukan apakah ia mau melakukannya atau tidak.
Iklan
Tips
- Ingatlah bahwa membantu seseorang memproses emosinya adalah hal baik. Sekalipun Anda tidak bisa memperbaiki situasinya, Anda bisa banyak membantu dengan cara mendengarkan seseorang bicara dan memvalidasi perasaannya.
Iklan
Referensi
- ↑ http://eqi.org/valid.htm
- ↑ http://eqi.org/valid.htm
- ↑ https://blogs.psychcentral.com/emotionally-sensitive/2012/02/practicing-validation/
- ↑ http://eqi.org/valid.htm
- ↑ https://www.psychologytoday.com/blog/pieces-mind/201204/understanding-validation-way-communicate-acceptance
- ↑ https://www.psychologytoday.com/blog/pieces-mind/201204/understanding-validation-way-communicate-acceptance
- ↑ https://www.psychologytoday.com/blog/pieces-mind/201204/understanding-validation-way-communicate-acceptance
- ↑ https://www.psychologytoday.com/blog/pieces-mind/201204/understanding-validation-way-communicate-acceptance
- ↑ https://blogs.psychcentral.com/emotionally-sensitive/2012/02/reasons-you-and-others-invalidate-your-emotional-experience/
- ↑ https://blogs.psychcentral.com/emotionally-sensitive/2012/02/practicing-validation/
- ↑ https://blogs.psychcentral.com/emotionally-sensitive/2012/02/reasons-you-and-others-invalidate-your-emotional-experience/
- ↑ https://www.psychologytoday.com/blog/pieces-mind/201204/understanding-validation-way-communicate-acceptance Understanding Validation: A Way to Communicate Acceptance
- ↑ 75 Nice Things People Say to Shut Up Your Feelings
- ↑ Validation: A wonderful way to be supportive
Tentang wikiHow ini
Halaman ini telah diakses sebanyak 20.087 kali.
Iklan