Unduh PDF Unduh PDF

Berkomunikasi via telepon dengan orang yang disukai, terlepas dari siapa pun yang menginisiasi percakapan tersebut, dapat menjadi pengalaman yang benar-benar menyeramkan sekaligus tidak terlupakan! Anda pun mengakuinya? Namun, seluruh kecemasan tersebut akan terbayar setelah hubungan Anda dan orang tersebut menjadi semakin dekat dan intim, bukan? Oleh karena itu, persiapkan diri sebaik-baiknya untuk menciptakan kesan pertama yang positif, menjaga ketertarikan lawan bicara, dan mengakhiri percakapan dengan baik. Alhasil, hubungan Anda berdua pun dapat semakin dekat dan menyenangkan setelahnya!

Bagian 1
Bagian 1 dari 3:

Menciptakan Kesan yang Baik

Unduh PDF
  1. Jika Anda memiliki kemewahan untuk menghubunginya terlebih dahulu, jangan lupa menyiapkan diri sebaik mungkin. Tarik napas dalam dan stabil melalui hidung hingga tubuh terasa benar-benar relaks. Setelah merasa siap, tenang, dan terkontrol, ambil ponsel Anda dan segeralah menghubunginya. Jika dia yang menelepon Anda, tarik napas dalam selama beberapa detik sebelum mengangkatnya. [1]
    • Jika rasa gugup Anda terlalu besar, jangan mengangkat teleponnya! Alih-alih, berikan ruang dan waktu kepada diri Anda untuk menenangkan diri, dan hubungi dia kembali ketika Anda sudah benar-benar siap dengan mengucapkan, “ Sori , tadi aku nggak melihat ponselku.” Jangan lupa mengecek pesan suara untuk berjaga-jaga seandainya dia meninggalkan pesan.
  2. Tidak perlu melontarkan kalimat sapaan yang terlalu panjang. Faktanya, sapaan sesingkat, “Halo, apa kabar?” pun sudah lebih dari cukup. Setelah menyapanya, cobalah mengidentifikasi perasaan atau emosinya melalui tanggapannya. Ingin melontarkan sapaan yang unik? Sebaiknya, simpan sapaan tersebut setelah Anda berdua sudah berkomunikasi beberapa kali melalui telepon.
    • Sering kali, suara seseorang akan terdengar berbeda di telepon. Oleh karena itu, jangan lupa menjelaskan identitas Anda.
  3. Berbeda dengan komunikasi empat mata, percakapan melalui telepon umumnya selalu dilakukan dengan tujuan tertentu. Kecuali tujuan tersebut sudah “disediakan” oleh lawan bicara, cobalah mengajukan pertanyaan terbuka yang jawabannya lebih dari sekadar “Iya” atau “Tidak”, seperti: [2]
    • “Pertanyaan di kelas tadi maksudnya apa, ya?”
    • “Konser orkestranya bagus, nggak ?”
    • “Menurutmu, gimana trailer Star Wars yang baru?”
  4. Selagi mendengar jawabannya, cobalah mencari topik yang bisa Anda olah menjadi percakapan utuh. Topik tersebut bisa berhubungan dengan pertanyaan yang diajukan, seperti mengenai tugas akademis, atau diangkat dari isu yang benar-benar berbeda. Jika dia tidak memberikan tanggapan, cobalah menjawab sendiri pertanyaan yang Anda ajukan dan menanyakan pendapatnya.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 3:

Menjaga Kelangsungan Percakapan

Unduh PDF
  1. Cobalah berfokus pada topik yang menarik minatnya. Dengan kata lain, hindari topik yang bersifat personal untuk Anda dan sulit ditanggapi oleh lawan bicara. Jika tidak mengetahui topik yang tepat, cobalah mengangkat topik yang “mempertemukan” Anda berdua, seperti sosok teman, kelas, atau lingkaran sosial yang sama. [3]
    • Jika dia gemar berolahraga, cobalah bertanya, “Sudah siap bertanding hari Jumat nanti?”
    • Jika dia kerap menyumbang tulisan untuk majalah sekolah, cobalah berkata, “Artikel terakhirmu keren banget! Kok bisa sih, dapat topik itu?”
    • Jika dia mengikuti kelas dansa atau komunitas marching band , cobalah bertanya, “Sekarang lagi belajar gerakan apa?”
  2. Ingat, semua orang gemar bercerita tentang dirinya sendiri, dan mereka akan merasa lebih senang jika mengetahui bahwa ceritanya didengarkan oleh orang lain. Oleh karena itu, dengarkan kata-katanya dengan baik dan berusahalah untuk tidak menyelanya. Alhasil, dia pun dapat lebih menikmati interaksi yang terjalin! [4]
  3. Setelah lawan bicara menceritakan sesuatu, cobalah menanggapinya. Misalnya, jika dia menceritakan grup musik favoritnya, cobalah membahas beberapa lagu yang Anda tahu dari grup tersebut. Jika dia menceritakan acara sekolahnya, cobalah mengemukakan pendapat Anda mengenai acara tersebut. Dengan melakukannya, niscaya komunikasi yang terjalin akan tetap aktif. Selain itu, Anda pun mampu menunjukkan ketertarikan dan kepedulian terhadap minatnya.
  4. Tidak seorang pun suka diinterogasi. Namun, menyelipkan beberapa pertanyaan sejatinya dapat mengurangi kecanggungan suasana dan menjaga kelangsungan percakapan. Jika kesulitan menemukan pertanyaan yang tepat, cobalah meminta lawan bicara mengelaborasi informasi yang baru-baru ini dia sampaikan.
  5. Perbaiki suasana hati pasangan bahkan sebelum pembicaraan dimulai! Caranya, tunjukkan kepositifan dan optimisme Anda, meski lawan bicara tidak melakukan hal yang sama, dan hindari kalimat yang terdengar terlalu negatif atau kritis. Jika ingin, Anda boleh melontarkan lelucon yang ringan sambil tertawa untuk mencairkan suasana. Jika sesuai dengan topiknya, Anda juga boleh memberikan pujian yang bersifat personal untuk menceriakan suasana hatinya, tetapi siapkan pula subjek baru seandainya upaya Anda tidak ditanggapi olehnya. [5]
    • Jangan mengangkat topik yang kontroversial, seperti politik dan agama, kecuali lawan bicara Anda adalah ketua tim debat!
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 3:

Mengakhiri Telepon dengan Baik

Unduh PDF
  1. Berusahalah mengakhiri percakapan dengan topik yang menyenangkan atau lelucon yang menarik. Dengan demikian, lawan bicara Anda akan ditinggalkan dengan emosi yang positif dan bersedia untuk kembali mengobrol dengan Anda di kemudian hari. Jika sudah kehabisan topik, percakapan diwarnai dengan jeda yang terlalu panjang, atau jika lawan bicara terdengar kurang tertarik untuk melanjutkan percakapan dengan Anda, segeralah mengakhiri pembicaraan. Meski ketiganya tidak serta-merta menandakan bahwa percakapan Anda berdua berakhir dengan buruk, tetaplah mewaspadainya untuk menyadari saat yang tepat untuk berhenti. [6]
    • Jika Anda berdua baru pertama kali mengobrol melalui telepon, tidak perlu berbincang terlalu lama. Umumnya, 10 sampai 15 menit sudah cukup untuk mempererat hubungan tanpa membuat situasinya terasa canggung.
  2. Mengakhiri percakapan dengan kalimat yang lugas dan sopan adalah opsi yang bijaksana. Dengan kata lain, cukup katakan bahwa Anda harus pergi, dan ucapkan terima kasih karena dia sudah mau mengobrol dengan Anda. Umumnya, lawan bicara tidak akan menanyakan alasan di baliknya, tetapi Anda bisa menyiapkan alasan yang sederhana jika dia menanyakannya, seperti “Aku harus cari makan malam” atau “Harus kerja tugas, nih ." [7]
  3. Umumnya, mengajak seseorang berkencan setelah meneleponnya satu kali bukanlah tindakan yang bijaksana. Namun, Anda tetap boleh mengatur jadwal untuk kembali berkomunikasi dengannya setelah itu. Misalnya, jika Anda berdua belajar di institusi pendidikan yang sama, cobalah berkata, “Nanti kita ngobrol lagi di kelas?” agar Anda memiliki alasan untuk kembali berinteraksi dengannya. Jika tidak, tanyakan waktu yang tepat untuk kembali menelepon atau melakukan obrolan daring dengannya. Dengan kata lain, manfaatkan peluang yang ada untuk kembali melakukan interaksi dan, jika Anda beruntung, berkencan dengannya.
    • Jika tanggapannya positif, menghilanglah dari radarnya selama beberapa hari sebelum kembali menghubunginya, agar Anda tidak terlihat putus asa atau posesif.
    • Jika tanggapannya negatif, jangan panik! Kemungkinan, dia juga merasa gugup, malu, atau terganggu oleh peristiwa lain yang sedang mewarnai hidupnya. Alih-alih putus asa, berikan ruang dan waktu baginya untuk menyendiri, dan cobalah menghubunginya kembali setelah beberapa minggu.
  4. Kemungkinan besar, Anda akan merasakan euforia, kecemasan, atau kombinasi berbagai jenis emosi lain setelah menelepon orang yang disukai. Apa pun situasinya, tetaplah meluangkan waktu untuk menenangkan diri dan kembali menapak ke bumi. Jangan stres! Ingat, Anda telah berhasil melangkah lebih dekat ke hati pasangan, dan kondisi tersebut tentunya layak untuk dirayakan.
    Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 3.441 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan