Unduh PDF Unduh PDF

Mungkin ada satu momen saat temanmu merasa kesal dan kecewa akibat sesuatu yang terjadi kepadanya (dan hal seperti ini suatu saat akan terjadi). Mungkin ia putus dengan kekasihnya, kehilangan pekerjaannya, ditinggal oleh orang tersayang, dan semacamnya. Terlepas dari situasi yang terjadi, kamu perlu menjadi sosok teman yang baik dan memberikannya dukungan. Kamu juga bisa mencari tahu apa yang salah, mendengarkan dan berbicara kepadanya, serta menenangkannya dalam beberapa cara lain.

Bagian 1
Bagian 1 dari 4:

Menenangkannya

Unduh PDF
  1. Ia mungkin merasa sangat kesal dan kecewa, tetapi kamu tidak bisa membantunya secara efektif jika kamu sendiri bersikap histeris dan panik. Tarik napas dalam-dalam satu atau dua kali. Ingatkan diri sendiri bahwa kamu ada untuknya.
  2. Cari tempat yang memungkinkannya untuk mencurahkan semua luka, kekesalan, kebingungan, dan emosi negatifnya.
    • Pilih tempat yang kosong (atau didatangi oleh sedikit orang) agar temanmu tidak perlu khawatir jika ada siapa pun yang melihatnya kesal, dan kalian berdua tidak sampai mengganggu orang lain dengan obrolan yang dibahas. Kalian bisa masuk ke ruangan lain atau pergi ke luar rumah, misalnya.
    • Jika perlu, cari tempat yang aman agar temanmu bisa melepaskan emosinya tanpa terluka atau merusak apa pun. [1] Kalian mungkin perlu masuk ke ruangan yang tidak memiliki banyak furnitur atau justru pergi ke ruang terbuka di luar rumah.
    • Jika kamu mengobrol dengannya melalui telepon, tanyakan apakah ia berada di tempat yang membuatnya merasa aman dan nyaman. Jika tidak (dan jika memungkinkan), jemput dan bawa ia ke tempat lain.
  3. Selama ia tidak melukai diri sendiri atau merusak barang-barang di sekitar, biarkan ia mencurahkan emosinya. Temanmu membutuhkan kehadiranmu pada saat-saat seperti ini.
    • Jika perlu, berikan ia ruang untuk melepaskan ketegangan fisik yang dirasakan secara aman.
    • Cobalah untuk tidak memintanya berhenti menangis atau berteriak, kecuali jika emosinya tampak memuncak.
    • Jika kamu mengobrol dengannya melalui telepon, cukup dengarkan ceritanya dan tunggu hingga ia selesai mengungkapkan emosinya. Sesekali, kamu bisa mengatakan, “Ya, aku tetap mendengarkan” agar ia tahu bahwa kamu tetap terhubung dengannya.
  4. Terkadang, seseorang mengatakan bahwa ia baik-baik saja, tetapi bahasa tubuhnya justru mencerminkan sesuatu yang lain. Beberapa petunjuk fisik dapat menandakan tekanan dan kegundahan yang ia rasakan. Bahasa tubuhnya memberi tahumu bahwa kamu perlu menenangkannya sebelum ia bisa menceritakan apa yang terjadi.
    • Terkadang, bahasa tubuh yang ditunjukkan tampak sangat jelas. Sebagai contoh, perhatikan apakah ia sedang menangis atau tidak. Apakah ia berkeringat atau gemetaran? Apakah ia melemparkan tinju atau berjalan bolak-balik di dalam ruangan?
    • Di sisi lain, bahasa tubuh yang ditunjukkan mungkin tidak terlihat jelas. Apakah tubuhnya tampak tegang atau kaku? Apakah tangannya terkepal? Apakah mulutnya tertutup rapat dan rahangnya tampak tegang? Apakah matanya tampak merah dan sembab seolah-olah ia baru saja menangis?
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 4:

Mencari Tahu Masalahnya

Unduh PDF
  1. Dengan demikian, kamu bisa mendengarkannya secara saksama, tanpa terganggu atau harus berfokus pada hal lain.
    • Akan sulit bagi temanmu untuk menceritakan apa yang terjadi jika ada banyak gangguan atau pengalih perhatian bagi kalian berdua.
    • Coba kunjungi tempat yang sepi jika kalian berada di tempat yang ramai.
    • Matikan perangkat elektronik atau setidaknya aktifkan mode senyap. Ponsel yang berdering dan bergetar setiap beberapa detik tentunya mengganggu obrolanmu.
  2. Tunjukkan bahwa pada saat ini, tidak ada yang lebih penting bagimu selain mendengarkan ceritanya.
    • Kosongkan pikiranmu agar kamu tidak memikirkan hal-hal lain yang bisa mengalihkan perhatian. Fokuskan diri untuk mendengarkan ceritanya, dan pahami apa yang ia ucapkan.
    • Gunakan bahasa tubuh untuk menunjukkan bahwa ia mendapatkan perhatianmu. Hadapkan tubuhmu ke arahnya. Selain itu, tatap matanya.
    • Jelaskan bahwa ia mendapatkan perhatianmu secara penuh. Kamu bisa mengatakan, misalnya, “Aku akan memperhatikan ceritamu dengan saksama dan ada untukmu.”
  3. Dengan tenang, tanyakan apa yang terjadi kepadanya. Sebagai contoh, kamu bisa mengatakan, “Aku ingin tahu apa yang membuatmu kesal dan terluka. Tolong beri tahu aku apa yang terjadi.” Kamu juga bisa mengatakan, “Ada apa? Apa yang terjadi?”
  4. Memaksanya hanya akan membuatnya memendam perasaannya. Selain itu, paksaanmu juga bisa membuatnya merasa kesal atau makin kecewa.
    • Yakinkan ia bahwa kamu mau memberikan kehadiranmu saat ia siap untuk bercerita, dan bangun kepercayaan padanya.
    • Coba katakan, misalnya, “Tidak usah dipaksakan. Aku ada untukmu. Kamu bisa bercerita kapan pun kamu siap.”
    • Duduklah dengan tenang hingga ia siap bercerita.
    • Ia juga mungkin mengawali pertemuan dengan obrolan kecil sambil mengumpulkan keberanian untuk menceritakan apa yang terjadi.
  5. Ia mungkin tidak langsung menceritakan apa yang terjadi, tetapi jika kamu mau memberinya waktu, pada akhirnya ia akan membuka diri dan mengungkapkan hal yang membuatnya kesal atau marah.
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 4:

Mendengarkan dan Berbicara

Unduh PDF
  1. Ada kemungkinan ia perlu berbicara mengenai apa yang sudah (atau masih) terjadi dan perasaannya mengenai hal tersebut. [2] Saat ia membuka diri, biarkan ia bercerita mengenai situasi dan perasaan yang dialami.
    • Dengarkan ucapannya, serta caranya menceritakan kisahnya. Sering kali, cara seseorang bercerita bisa memberikanmu petunjuk, seperti halnya cerita yang dibagikannya.
    • Berusahalah untuk tidak sering memotong atau membuatnya merasa terburu-buru. Terkadang sulit bagi seseorang untuk bercerita tentang sesuatu yang membuatnya kesal dan kecewa.
    • Pikirkan apa yang ia ceritakan, bukan tanggapan yang perlu kamu berikan atas ceritanya.
  2. Jika kamu tidak memahami sesuatu, mintalah ia menjelaskan lebih lanjut atau mengulangi ucapannya dalam cara yang sensitif.
    • Dengan demikian, kamu bisa benar-benar memahami apa yang membuat temanmu kesal dan kecewa.
    • Kamu bisa mengatakan, “Ah, jadi .... Benar begitu?” atau “Sebentar. Jadi, ..... Seperti itu?”
    • Pertanyaanmu juga menunjukkan bahwa kamu benar-benar mendengarkan dan peduli dengan ceritanya.
  3. Sebagai contoh, jika ia mengatakan “Aku tidak berharga” atau “Aku tidak layak mendapatkan kebahagiaan”, ubah pertanyaannya menjadi, “Tentu saja kamu layak mendapatkan kebahagiaan!” dan/atau “Kamu sosok yang berharga. Lihat betapa banyaknya orang-orang yang sayang dan peduli kepadamu. Aku juga menyayangimu dan peduli kepadamu."
  4. Menceritakan situasi yang sama atau lebih buruk, mengingatkannya bahwa ada kejadian yang lebih buruk daripada apa yang menimpanya, atau beberapa orang mengalami hal yang lebih menyakitkan bukanlah tindakan yang baik. Hal tersebut tidak membantu apa pun dan justru memperburuk keadaan. [3]
    • Ucapan seperti itu bisa membuat temanmu merasa bahwa kamu tidak benar-benar memahami atau peduli terhadap situasi yang ia hadapi.
    • Menyepelekan masalahnya membuatmu terdengar seperti menganggapnya “cengeng”. Selain itu, hal tersebut juga seolah memberi kesan bahwa ia merasa kesal atau kecewa atas hal yang sepele. [4]
    • Daripada menyepelekan masalahnya, coba katakan, “Aku paham bahwa kamu merasa kesal” atau “Aku mengerti mengapa kamu merasa kecewa.”
  5. Tahan diri untuk memberi tahunya apa yang akan kamu lakukan dalam situasi yang sama, kecuali dalam keadaan terdesak atau jika ia meminta bantuanmu. [5] Sering kali, seseorang hanya ingin didengarkan oleh orang lain.
  6. Jika ia menjadi korban kekerasan atau kejahatan, beri tahu ia bahwa kamu mau menghubungi pihak berwajib agar ia bisa mendapatkan bantuan yang tepat. [6]
    • Jika ia tidak menginginkannya, jangan memaksanya. Paksaanmu hanya akan membuatnya semakin kesal dan sedih. Untuk saat ini, biarkan situasi yang ada.
    • Tahan ia agar tidak melakukan sesuatu yang bisa mengganggu atau merusak bukti insiden (mis. menghapus pesan singkat dari pelaku, mandi, dan lain-lain).
    • Jika ia tampak lebih tenang, kembali dorong ia untuk menemui pihak berwajib. Beri tahu ia bahwa ada pihak profesional yang bisa melindunginya (jika perlu) dan membantunya menangani masalah yang terjadi.
    • Kamu bisa mengatakan, “Kurasa kita perlu melaporkan hal ini kepada [polisi, dokter, atau pihak berwenang lainnya]. Mereka bisa membantumu dalam masalah ini. Bagaimana kalau kita melaporkan bersama?”
    Iklan
Bagian 4
Bagian 4 dari 4:

Memberikan Ketenangan dalam Cara Lain

Unduh PDF
  1. Berikan ia dukungan verbal dan fisik yang tepat. Tunjukkan kasih sayang dan biarkan ia menangis jika ia mau.
    • Pertama, pastikan ia merasa nyaman untuk melakukan kontak fisik. Kamu bisa mengatakan, “Bolehkah aku memelukmu?” atau “Apakah aku boleh merangkulmu?”
    • Kontak fisik sangat menenangkan, tetapi tanyakan apakah ia merasa nyaman untuk dipeluk, didekap sambil berbaring , atau mendapatkan sentuhan lainnya sebelum melakukannya.
    • Kontak fisik dapat membuat seseorang merasa lebih tenang, tetapi jika ia tidak menginginkannya, jangan lakukan kontak.
  2. Terkadang, sekadar duduk dengan tenang, baik untuk berdoa atau bermeditasi dapat menenangkan orang dan memberikan ketenangan.
  3. Melakukan kegiatan aktif yang membutuhkan tenaga fisik dapat membantu temanmu melepaskan energi fisik negatif. Aktivitas seperti ini bisa menenangkannya atau mengalihkan perhatiannya dari masalah yang ada untuk sejenak.
    • Sebagai contoh, ajaklah ia berjalan-jalan, joging, berenang, atau bersepeda.
    • Lakukan yoga, taici, atau peregangan sederhana.
  4. Terkadang, satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah mencegahnya agar tidak memikirkan sesuatu yang mengganggu pikirannya.
    • Ajak ia melakukan sesuatu yang ia sukai (atau sekadar bawa ia ke tempat yang disukai). Pergilah ke kedai es krim atau tonton film di bioskop.
    • Libatkan ia dalam proyek tertentu (mis. menyortir pakaian untuk disumbangkan atau berkebun).
    • Cari sesuatu yang lucu (mis. meme atau klip video lucu) untuk mencerahkan suasana hatinya.
    Iklan

Tips

  • Berikan kehadiranmu dan dengarkan ceritanya daripada langsung mencoba menyelesaikan masalahnya pada saat itu juga.
  • Jangan bocorkan ceritanya kepada orang lain, kecuali jika ia sudah memberikan izin. Jika kamu menceritakan rahasia pribadi seseorang kepada orang lain, ia tidak akan memercayaimu lagi. Ingatlah bahwa sejak awal temanmu melihatmu sebagai sosok yang bisa dipercaya untuk berbagi perasaan dan keluh kesah!
Iklan

Peringatan

  • Jika temanmu menjadi korban kejahatan atau kekerasan, kamu kemungkinan perlu membuat keputusan untuk melaporkan kasus yang ia alami.
  • Hubungi pihak berwajib atau profesional yang tepat jika temanmu secara serius ingin melukai dirinya sendiri atau orang lain.
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 838 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan