Unduh PDF Unduh PDF

Dalam setahun pertama usianya, sebagian besar bayi mengalami pilek sebanyak 7 kali. Oleh karena sebagian besar obat batuk dan pilek tidak diujikan penggunaannya pada bayi, Anda sebaiknya tidak memberikan obat batuk kepada bayi. Faktanya, sebagian besar obat batuk dan pilek dapat menyebabkan efek samping pada bayi, terutama jika dosisnya tidak ditakar dengan benar. Namun, Anda harus membuat bayi merasa nyaman. Di sisi lain, batuk adalah cara yang normal dan penting bagi bayi untuk mengeluarkan bahan pengiritasi dan lendir dari tubuhnya. Jadi, berusahalah untuk membantunya bernapas meskipun sedang batuk. Konsultasikan perawatan mengisap hidung bayi dengan dokter. Selain itu, buatlah bayi serta kamarnya lebih nyaman dengan melembapkan, memberinya obat serta lebih banyak cairan.

Bagian 1
Bagian 1 dari 3:

Membantu Bayi Bernapas

Unduh PDF
  1. Untuk membuat larutan salin (garam), didihkan air keran dan biarkan hingga dingin, atau belilah air suling. Campur 1 cangkir air dengan 1/2 sendok teh garam dan 1/2 sendok teh soda kue. Aduk larutan hingga rata, lalu tuang ke dalam stoples tertutup. Anda boleh menyimpan larutan ini dalam suhu ruang selama maksimal 3 hari hingga waktunya digunakan. [1]
    • Anda bisa membeli larutan salin dan tetes hidung salin di sebagian besar apotek dan toko obat. Jika digunakan dengan benar, larutan dan tetes hidung salin ini aman bagi bayi. [2]
  2. Isi pipet isap biru khusus bayi dengan larutan salin. Baringkan bayi dalam posisi telentang dan miringkan kepalanya sedikit. Pegangi kepala bayi dengan lembut sehingga Anda bisa mengatur tetesan larutan. Tuang 2-3 tetes larutan salin perlahan-lahan dengan lembut ke dalam kedua lubang hidung bayi. [3]
    • Berhati-hatilah agar ujung pipet tidak masuk terlalu dalam ke lubang hidung bayi. Ujung pipet sebaiknya hanya masuk hingga tepat di lubang hidung bayi.
    • Jangan cemas jika bayi bersin dan mengeluarkan sebagian larutan salin.
  3. Usap area sekitar hidung bayi karena sebagian larutan mungkin keluar saat bayi bersin. Biarkan bayi berbaring telentang selagi menunggu larutan salin bekerja. Tunggulah sekitar satu menit kemudian buang sisa larutan dalam pipet ke wastafel atau bak cuci piring.
    • Jangan biarkan bayi sendirian atau menggerak-gerakkan kepalanya sebelum larutan salin diisap kembali.
  4. Tekan pelan pipet dan letakkan ujungnya kembali pada hidung bayi. Ujung pipet sebaiknya hanya masuk sekitar 0,5 cm ke dalam hidung bayi. Lepaskan tekanan dalam pipet sehingga ingus bayi terisap. Usap ujung pipet dengan tisu. Anda boleh mengisi pipet dengan larutan salin dan mengisap ingus bayi melalui kedua lubang hidungnya lagi. Bersihkan pipet secara menyeluruh dengan air sabun hangat setelah selesai. [4]
    • Meskipun sebagian besar rumah sakit membawakan pipet isap dalam perlengkapan bayi, jangan gunakan alat ini terlalu sering. Cukup gunakan pipet 2 atau 3 kali sehari saja. Jangan mengisap hidung bayi lebih dari 4 kali sehari atau dinding rongga hidungnya yang lembut bisa teriritasi. [5]
    • Waktu paling optimal untuk mengisap hidung bayi adalah sebelum tidur atau menyusu.
    • Konsultasikan dengan dokter apabila Anda memiliki pertanyaan mengenai perawatan ini.
  5. Jika Anda takut mengisap ingus dari hidung bayi, Anda bisa membeli semprot hidung. Belilah semprot hidung untuk bayi di apotek atau toko obat. Sediaan semprot ini dirancang sehingga bisa digunakan tanpa penggunaan pipet maupun perlu diisap. [6]
    • Pastikan untuk membeli sediaan semprot salin, bukan obat.
    • Ikuti petunjuk pemakaian dalam kemasannya, dan pastikan untuk membersihkan percikan salin di sekitar hidung bayi setelah selesai menggunakannya.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 3:

Membuat Bayi Tetap Nyaman

Unduh PDF
  1. Meninggikan kepala bayi dengan bantal tipis atau handuk gulung bisa membantunya tidur lebih nyenyak saat pilek. Namun, sebaiknya jangan letakkan selimut atau bantal dalam boks bayi. Untuk meninggikan kepala bayi dengan aman, letakkan bantal tipis atau handuk gulung di bawah kasurnya. Sedikit meninggikan kepala bayi di malam hari bisa membantunya lebih mudah bernapas. [7]
    • Selalu tidurkan bayi dalam posisi telentang untuk mengurangi risiko sindrom kematian bayi mendadak ( Sudden Infant Death Syndrome /SIDS).
  2. Jika bayi Anda demam, pastikan untuk tidak memakaikannya pakaian yang terlalu tebal. Cukup pakaikan pakaian tipis, tetapi sering-sering periksa apakah ia tetap hangat. Pegang telinga, wajah, kaki, dan tangan bayi. Jika bagian tubuh ini terasa hangat atau berkeringat, kemungkinan ia merasa kepanasan. [8]
    • Jika bayi mengenakan pakaian yang terlalu panas atau tebal, ia akan merasa tidak nyaman dan lebih sulit melawan demam, atau demamnya mungkin justru akan semakin parah.
  3. Selama sakit, bayi mungkin akan sedikit rewel dan ingin lebih berdekatan dengan Anda. Berusahalah untuk meluangkan waktu dan berikan bayi perhatian ekstra untuk membuatnya merasa nyaman saat sedang sakit. Jika bayi masih sangat kecil, cobalah untuk tidur berpelukan dan menggendongnya sepanjang hari. Sementara itu, jika bayi Anda sudah sedikit lebih besar, Anda bisa mencoba berbaring berdekatan sambil membacakan cerita atau menyusun gambar bersama. [9]
    • Ajaklah bayi untuk beristirahat. Bayi perlu lebih banyak istirahat untuk memulihkan diri dari batuk.
  4. Nyalakan alat vaporizer atau humidifier udara sejuk untuk melembapkan ruangan. Uap air bisa membantu membuka saluran napas bayi sehingga membuatnya lebih mudah bernapas. Anda juga bisa meningkatkan kelembapan udara dengan meletakkan beberapa mangkuk air di ruangan agar menguap. [10]
    • Jika Anda tidak punya vaporizer , nyalakan keran air panas dan bawalah bayi ke kamar mandi. Tutup pintu dan jendela kamar mandi, lalu duduklah di sana sehingga bayi bisa menghirup uapnya. Jauhkan bayi dari air panas dan jangan pernah biarkan ia sendirian di kamar mandi.
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 3:

Menyusui dan Mengobati Bayi

Unduh PDF
  1. Bayi membutuhkan lebih banyak cairan selama sedang sakit untuk tetap terhidrasi dan mencegah batuk, terutama jika ia juga demam. Jika Anda menyusui bayi atau memberinya susu formula, usahakan untuk memberinya susu lebih sering agar ia lebih banyak mendapatkan cairan. Susui bayi kapan pun ia menunjukkan tanda-tanda merasa lapar. Ia mungkin perlu menyusu lebih sering dalam jumlah lebih sedikit, terutama jika ia kesulitan bernapas. Jika bayi Anda sudah mengonsumsi makanan padat, pastikan makanannya cukup lunak dan mudah dicerna.
    • ASI serta cairan lain dapat mengencerkan lendir dalam saluran napas bayi sehingga lebih mudah dikeluarkannya melalui batuk. [11]
  2. Jika bayi masih mengonsumsi ASI, terus berikan ia ASI. Namun, jika bayi Anda minum susu formula atau mengonsumsi produk olahan susu, Anda mungkin perlu mengurangi produk olahan susu untuknya. Susu dan produk olahan susu dapat mengentalkan lendir pada bayi. Tawarkan air atau sari buah encer jika usia bayi Anda sudah lebih dari 6 bulan. [12]
    • Jika usia bayi Anda kurang dari 6 bulan dan minum susu formula, lanjutkan pemberian susu formula sekalipun bahan dasarnya adalah susu sapi. Bayi harus tetap mendapatkan nutrisi penting dari sumber makanan utamanya.
    • Anda juga sebaiknya tidak memberikan madu pada bayi yang berusia kurang dari 1 tahun untuk mencegah botulisme bayi.
  3. Jika bayi Anda batuk dan demam, Anda boleh memberikannya parasetamol bayi. Pastikan untuk mengikuti petunjuk dosis dalam kemasannya dan hanya berikan obat ini setelah usia bayi mencapai paling tidak 2 bulan. Jika bayi Anda sudah berusia paling tidak 6 bulan, Anda boleh memberikannya parsetamol atau ibuprofen. Hubungi dokter dan mintalah sarannya jika: [13]
    • Usia bayi Anda kurang dari 3 bulan dan mengalami demam melebihi 38°C
    • Usia bayi Anda lebih dari 3 bulan dan mengalami demam melebihi 38,9°C
    • Bayi demam selama lebih dari 3 hari
  4. Sebagian besar batuk akibat pilek akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 10-14 hari. Namun, bayi Anda mungkin membutuhkan pertolongan medis jika: [14]
    • Bibir, jari tangan atau kakinya berwarna kebiruan. Gejala ini membutuhkan pertolongan medis darurat. Segera hubungi layanan gawat darurat.
    • Usia bayi kurang dari 3 bulan dan mengalami demam 38°C atau lebih, atau melebihi 38,9°C jika usianya lebih dari 3 bulan
    • Bayi batuk berdarah
    • Batuknya semakin parah dan sangat sering
    • Bayi kesulitan bernapas (megap-megap, bernapas cepat, mengi, atau bernapas dengan aneh)
    • Bayi tidak mau menyusu ASI atau minum susu formula (atau jika Anda jarang mengganti popoknya)
    • Bayi muntah-muntah
    Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 10.292 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan