Unduh PDF Unduh PDF

Dalam proses pembuatan karya tulis (baik itu berupa esai, pidato, atau karya ilmiah), salah satu unsur penting yang wajib Anda hadirkan adalah “kemenarikan”. Kemenarikan teks inilah yang nantinya akan menjaga fokus pembaca sehingga membuat mereka ingin membaca tulisan Anda sampai selesai. Oleh karena itu, unsur tersebut sebaiknya dihadirkan di bagian pendahuluan; jika bagian awalnya saja sudah menarik, seharusnya isi dan kesimpulannya pun pasti akan menarik, bukan? Cobalah menarik perhatian pembaca dengan memaparkan kutipan atau fakta yang mengejutkan. Selain itu, Anda juga bisa mengawali tulisan dengan pernyataan atau pertanyaan yang provokatif, dan menggunakan teknik bercerita untuk memerangkap perhatian dan emosi pembaca.

Metode 1
Metode 1 dari 3:

Mengawali dengan Kutipan, Definisi, atau Fakta

Unduh PDF
  1. Idealnya, kutipan tersebut mampu mengeksplorasi topik secara lebih mendetail dan/atau mengembangkan tema tulisan. Anda juga bisa memilih kutipan yang berisi latar belakang informasi terkait topik yang dipilih. Cobalah mencari kutipan dari materi yang Anda diskusikan atau dari materi-materi pendukung lainnya. [1]
    • Jika esai Anda membahas karya Shakespeare, cobalah mengawali esai dengan kutipan drama yang mampu menarik minat pembaca. Misalnya, Anda bisa menulis, “Di awal pertunjukan Hamlet karya William Shakespeare, sang pangeran yang bermasalah berkata: ‘ This above all: to thine own self be true (Satu hal yang terpenting: jujurlah kepada dirimu sendiri).’ Di sepanjang pertunjukan, tema yang berkali-kali ditampakkan adalah kualitas individual dan identitas diri.”
    • Selalu cantumkan sitasi dengan format yang benar; biasanya, pihak yang memberi tugas (seperti pengajar Anda) akan menyampaikan syarat penulisan sitasi yang wajib Anda terapkan dalam esai tersebut.
  2. Hindari pula kutipan yang bermakna samar dan tidak relevan dengan topik seperti, “Hidup itu menyulitkan” atau “Cinta itu buta.” Alih-alih, pilih kutipan yang mampu menjelaskan hal klise secara lebih spesifik dan mendetail. [2]
    • Misalnya, Anda bisa menulis, “Dalam kisah Othello karya Shakespeare, dijelaskan bahwa cinta itu tidak buta dan mahamelihat. Selayaknya yang Othello katakan, ‘ For she had eyes and she chose me (Dia mencintaiku dan memilihku dengan matanya).’”
  3. Cantumkan fakta yang akan mengejutkan atau meresahkan pembaca; fakta berupa data atau statistik tersebut bisa Anda cari dari sumber-sumber informasi yang digunakan atau dari teks yang didiskusikan. [3]
    • Misalnya, Anda bisa menulis, “Di Amerika, 25.000 orang meninggal setiap tahunnya karena berkendara saat mabuk” atau “Satu dari lima perempuan di Amerika Serikat menjadi korban pemerkosaan.”
  4. Sekadar mencantumkan definisi yang diambil dari kamus akan membuat tulisan Anda “kering” dan membosankan. Oleh karena itu, pastikan Anda selalu memarafrasa setiap definisi yang dicantumkan menggunakan bahasa Anda sendiri. Percayalah, melakukannya akan membuat tulisan Anda terasa lebih hidup dan menarik bagi pembaca. [4]
    • Misalnya, Anda bisa menulis, “Saat pemerintah kota melakukan upaya renovasi, pada dasarnya mereka telah merombak dan mengembangkan kawasan tersebut agar lebih sesuai dengan selera masyarakat kelas menengah.” Anda juga bisa menulis, “Saat sebuah kawasan direnovasi, pada dasarnya kawasan tersebut menjadi lebih beradab bagi sebagian masyarakat. Sayangnya, tidak semuanya merasa demikian.”
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 3:

Mengawali dengan Pernyataan atau Pertanyaan

Unduh PDF
  1. Awali tulisan dengan kata tanya “Bagaimana jika,” “Mengapa,” atau “Bagaimana.” Ingat, pertanyaan yang diajukan harus relevan dengan topik, tema, atau ide utama esai Anda! Selain itu, pertanyaan tersebut harus mampu menarik perhatian pembaca dan mendorong mereka untuk berpikir kritis. [5]
    • Misalnya, Anda bisa bertanya, “Bagaimana jika wanita hidup di dunia yang bebas dari ancaman kekerasan?” atau “Mengapa tidak semua orang bisa menikmati akses kesehatan gratis di Amerika?”
  2. Hindari pertanyaan yang bersifat terlalu umum dan berpotensi membuat pembaca malas membaca keseluruhan isi esai Anda. [6]
    • Misalnya, alih-alih mengawali tulisan dengan pertanyaan, “Pernahkah Anda memikirkan konsekuensi atas segala tindakan Anda?” cobalah menulis, “Mengapa kita harus mempertimbangkan konsekuensi dari setiap tindakan?”
  3. Dengan kata lain, rangkum perspektif Anda dalam pernyataan yang singkat dan deklaratif; selain menjelaskan perspektif Anda, diskusikan pula pokok-pokok bahasan yang membantu membentuk sudut pandang karya tulis Anda. [7]
    • Misalnya, Anda bisa menulis, “ Othello karya Shakespeare adalah drama yang mengangkat isu mengenai kebodohan cinta dan kekuatan hasrat,” atau, “Di Amerika, berkendara dalam keadaan mabuk sudah menjadi wabah yang memakan semakin banyak korban setiap tahunnya.”
  4. Pastikan Anda menerapkan metode ini saat menulis opini atau esai pribadi.
    • Misalnya, Anda bisa menulis, “Saya percaya bahwa negara perlu lebih pandai dalam memahami berbagai isu fundamental di balik bendera demokrasi,” atau “Menurut perspektif saya, tidak perlu ada berbagai partai politik dalam praktik berdemokrasi.”
  5. Setelah itu, Anda bisa mengeksplorasi bagaimana bentuk pertentangannya dan mengapa Anda menentang posisi tersebut di dalam esai. Opsi ini tepat jika Anda ingin membuat pendahuluan yang mengejutkan dan membuat pembaca penasaran. [8]
    • Misalnya, Anda bisa menulis, “Kaum konservatif sayap kanan meyakini bahwa para imigran adalah pihak yang patut dipersalahkan dalam berbagai masalah yang dihadapi Amerika saat ini. Dalam esai ini, saya akan menjelaskan mengapa dan bagaimana argumentasi tersebut lemah di mata saya.”
  6. Opsi ini tepat jika Anda bertujuan untuk menulis opini atau esai pribadi. Melebih-lebihkan detail cerita ampuh memerangkap ketertarikan pembaca, lho ! Cobalah memberikan gambaran visual dalam benak pembaca melalui pernyataan yang dramatis dan hiperbolis. [9]
    • Misalnya, Anda bisa menulis, “Kematian sudah menarik perhatianku sejak aku berusia 16 tahun” atau “Bagiku, kebahagiaan terbesar adalah ketika aku bisa mengisolasi diri dan menjauh dari hiruk pikuk dunia.”
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 3:

Menggunakan Teknik Bercerita

Unduh PDF
  1. Pilih anekdot atau cerita singkat yang mampu mengenalkan topik Anda melalui latar, adegan, dan detail penceritaan yang menarik. Pandu pembaca untuk meningkatkan keterlibatan mereka dalam cerita Anda! Pastikan Anda memilih anekdot yang singkat dan lugas (kira-kira sebanyak 2-4 kalimat). [10]
    • Misalnya, Anda bisa menulis, “Beberapa hari lalu di sebuah supermarket, aku mendengar seorang anak kecil bertanya kepada ibunya, ‘Kenapa kita nggak beli yang ada marshmallow -nya?’, sembari menunjuk kotak serealia di hadapannya. Dia bahkan tidak berhenti merengek dan menuntut di sudut rak serealia sampai ibunya menyerah dan memasukkan sekotak serealia bergula ke keranjang belanja mereka. Melihat pemandangan tersebut, satu-satunya hal yang terpikir olehku adalah betapa buruknya pola makan anak-anak dewasa ini.”
  2. Cantumkan fakta atau statistik yang relevan dengan topik Anda, dan deskripsikan dalam bentuk karya tulis. Cobalah mendalami perspektif orang-orang yang diacu dalam fakta atau statistik tersebut; deskripsikan pula suara, emosi, dan visual yang ditangkap sosok dalam cerita tersebut. [11]
    • Misalnya, Anda bisa mengangkat fakta mengenai sopir yang mabuk dan menulis cerita singkat seperti, “Masih terjebak dalam euforia pesta yang baru saja diikutinya, sopir muda itu tersenyum lebar sembari mengeraskan volume radio di mobilnya. Berbotol-botol bir dingin dan wiski pun masih merajai sistem peredaran darahnya. Tiba-tiba, seonggok pohon besar muncul di hadapannya; upayanya membanting setir sekuat tenaga tidak berbuah manis. Beberapa saat setelahnya, polisi menemukannya tewas di balik kemudi karena berkendara di bawah pengaruh alkohol.”
  3. Jika Anda menulis opini atau esai pribadi, cobalah memerangkap emosi pembaca dengan menceritakan pengalaman hidup yang intens dan berpengaruh besar dalam hidup Anda. Misalnya, Anda bisa memfokuskan tulisan pada pengalaman hidup semasa kecil atau pada peristiwa di masa lalu yang sarat akan emosi. [12]
    • Jika Anda tertarik untuk mengangkat topik gangguan makan, cobalah mendeskripsikan pengalaman pribadi yang berhubungan dengan citra tubuh Anda. Misalnya, Anda bisa menulis, “Sewaktu kecil saya sangat suka membaca majalah-majalah mode milik Ibu saya. Saat itu, saya memiliki pemahaman bahwa wanita yang menarik, elegan, dan disukai oleh orang-orang di sekitarnya adalah mereka yang bertubuh sangat langsing. “Fakta” itu berhasil menghantui masa remaja saya; akibatnya, saya pun jadi terobsesi dengan berat badan dan citra tubuh yang dianggap menarik oleh kebanyakan orang.”
    Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 8.909 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan