Di dalam sebuah hubungan romantis, Anda tentu sepakat bahwa kedua belah pihak yang terlibat harus mampu bekerja sama sebagai tim yang solid. Namun, bagaimana jika pasangan kesulitan untuk memberikan perlakuan yang adil kepada dua pihak terpenting dalam hidupnya, yaitu Anda dan keluarganya? Saat terjebak dalam situasi semacam itu, tentu saja wajar jika Anda merasa terkhianati atau tersakiti, terutama ketika pasangan tidak bisa membela Anda yang menerima kritik atau penghakiman dari keluarganya. Ingat, kesulitan menyikapi konflik kekerabatan dengan bijaksana dapat menghancurkan hubungan Anda dengan pasangan. Itulah mengapa, Anda wajib mengetahui kiat-kiat praktisnya, seperti memperbaiki pola komunikasi dengan pasangan, menentukan batasan dengan keluarga pasangan, dan belajar membela diri tanpa bantuan pasangan ketika dihadapkan pada masalah!
Langkah
-
Pilih waktu yang tepat. Ingat, keluarga adalah topik yang sensitif. Itulah mengapa, Anda baru boleh menyinggungnya ketika suasana hati pasangan sedang baik. Dengan kata lain, jangan mengangkat topik tersebut ketika pasangan sedang marah, lelah, atau stres. Alih-alih, pilih momen ketika suasana hati Anda berdua sedang baik dan relaks..
- Sejatinya, proses diskusi akan berlangsung dengan lebih ideal jika dilakukan ketika Anda berdua sedang beraktivitas secara bersisian alih-alih berhadap-hadapan. Untuk meredakan ketegangan yang mungkin muncul, cobalah mengangkat topik tersebut ketika Anda berdua sedang duduk di dalam mobil atau melipat pakaian. Ketika situasinya terasa tepat, cobalah berkata, “Sayang, ada yang kepingin aku bicarakan tentang keluargamu. Terkadang, aku merasa mereka bisa sangat menghakimiku, dan aku merasa nggak kamu dukung dalam situasi-situasi semacam itu."
- Selain itu, pahamilah bahwa pasangan mungkin membutuhkan waktu untuk mencerna kata-kata Anda. Oleh karena itu, Anda juga bisa memecah proses diskusi ke dalam beberapa sesi. Cobalah untuk bersikap lebih sensitif terhadap kebutuhan pasangan dan memberikan waktu yang dia butuhkan untuk mencerna maksud Anda dengan pikiran yang jernih.
-
Jelaskan perasaan Anda mengenai keluarga pasangan. Sampaikan secara jujur mengenai hal-hal yang mengganggu Anda, terutama karena pasangan mungkin tidak menyadari pengaruh perilaku keluarganya terhadap Anda selama ini.
- Gunakan ujaran “aku” untuk mengekspresikan perasaan Anda. Misalnya, cobalah berkata, “Aku merasa frustrasi saat menghabiskan waktu dengan keluargamu karena mereka selalu melontarkan kata-kata yang tidak menyenangkan untuk didengar.”
- Jaga nada bicara Anda agar tetap netral di sepanjang percakapan, sekalipun sedang merasa benar-benar frustrasi. Hati-hati, pasangan dapat bersikap defensif jika mencium kemarahan Anda.
- Cobalah berkata, “Aku tahu maksud ibumu baik dan kamu pasti sayang sama dia. Tapi , aku benar-benar merasa terganggu setiap kali Ibu mengkritik caraku membesarkan anak kita. Aku jadi malas pergi ke acara keluarga karena Ibu selalu mengucapkan hal-hal yang negatif tiap ketemu sama aku.”
-
Sampaikan kebutuhan Anda untuk dibela oleh pasangan. Sering kali, pasangan harus dibiarkan untuk mengonfrontasi keluarganya demi menyikapi masalah yang terjadi. Beri tahu pasangan bahwa dukungannya sangat Anda butuhkan! [1] X Teliti sumber
- Anda bisa berkata, “Lain kali, kalau ibumu mulai mengkritik caraku membesarkan Olivia, bisa nggak , kamu membela keputusan yang sudah kita sepakati bersama? Dukunganmu sangat penting lho , buatku .”
- Jangan menyalahkan pasangan karena tidak mendukung Anda di masa lalu. Alih-alih, berfokuslah pada apa yang perlu dilakukannya di masa depan.
-
Jangan menyinggung karakter siapa pun. Ketika Anda melakukan serangan yang bersifat personal kepada keluarga pasangan, jangan heran jika pasangan akan memihak keluarganya secara instingtif. Oleh karena itu, berusahalah untuk berfokus pada situasi yang spesifik alih-alih mencoba menghakimi karakter mereka. [2] X Teliti sumber
- Selain itu, jangan pula menggunakan kata “selalu” dan “tidak pernah” dalam setiap pernyataan Anda. Ingat, klaim semacam itu biasanya tidak benar dan berisiko memicu terjadinya perdebatan.
- Ingat, pasangan pasti mencintai keluarganya, dan rasa cinta itulah yang mendasari kesetiaannya kepada mereka.
-
Diskusikan solusinya dengan pasangan. Oleh karena pasanganlah yang paling mengenal keluarganya, jangan ragu meminta bantuannya agar Anda dapat lebih mudah menghadapi mereka di kemudian hari. Dengan kata lain, bekerja samalah dengan pasangan untuk menghindari konflik dan mencegah perasaan Anda kembali tersakiti ketika harus kembali bertemu dengan keluarganya. [3] X Teliti sumber
- Misalnya, Anda berdua bisa duduk bersama dan mengevaluasi situasi yang terjadi. Setelah itu, bekerja samalah untuk menemukan pendekatan yang paling tepat kepada setiap anggota keluarga yang tentunya memiliki kepribadian yang berbeda. Kemungkinan, pasangan memiliki kiat yang bisa Anda terapkan untuk memperbaiki interaksi dengan keluarganya, seperti “Tante Sarah memang selalu menghakimi semua perempuan yang aku kencani. Makanya, lebih baik semua komentarnya kamu abaikan saja."
- Jika ingin, Anda bahkan bisa menyusun dialog yang akan diucapkan dalam situasi tertentu dan melatihnya dari jauh-jauh hari. Dengan demikian, pasangan pun akan terbantu untuk melakukan konfrontasi dengan lebih mudah ketika benar-benar diperlukan.
-
Latih kemampuan mendengarkan secara aktif. Faktanya, topik yang sangat sensitif sekalipun dapat dibicarakan dengan lebih baik jika komunikator dan komunikan di dalamnya mampu mendengarkan secara aktif. Secara khusus, itu artinya Anda berdua harus lebih berfokus untuk mendengarkan alih-alih merespons. Jika pasangan sedang berbicara, cobalah menerapkan beberapa hal berikut:
- Melakukan kontak mata dengannya
- Menjauhkan gangguan seperti ponsel atau televisi
- Menunjukkan bahasa tubuh yang terbuka, seperti menggantung tangan di sisi tubuh dan menjaganya agar tetap relaks
- Mengajukan pertanyaan untuk memperjelas maksud pasangan, seperti “Maksudmu…?”
- Merangkum kata-kata pasangan untuk menunjukkan pemahaman Anda, seperti “Tadi kamu bilang…"
- Memastikan pasangan selesai berbicara sebelum memberikan respons
-
Pertimbangkan untuk melakukan konseling pasangan. Jika Anda dan pasangan kesulitan mencapai kesepakatan mengenai cara menyikapi masalah dalam keluarga, cobalah mengikuti konseling pasangan untuk memperbaiki pemahaman terhadap satu sama lain. Percayalah, konselor yang profesional dapat mengajarkan berbagai strategi komunikasi yang Anda berdua butuhkan, serta membantu mencarikan solusi yang ampuh. [4] X Teliti sumber
- Anda bisa berkata, “Sayang, aku tahu kamu kesulitan membela kepentingan kita di depan keluargamu. Biar solusinya cepat ketemu, kamu keberatan nggak , kalau kita ikut terapi pasangan?”
Iklan
-
Pisahkan hubungan Anda berdua dari keluarganya. Ingat, Anda sedang mengencani atau menikah dengan pasangan, bukan dengan keluarga besarnya. Oleh karena itu, jangan biarkan masalah dengan keluarga besar mempersulit hubungan romantis Anda berdua. [5] X Teliti sumber
- Jika merasa konflik yang terjadi memengaruhi hubungan Anda berdua, luangkan waktu untuk mengingat segala hal yang Anda syukuri dari pasangan dan tidak berhubungan dengan keluarganya. Tuliskan seluruhnya di atas secarik kertas dan cobalah membacanya secara berkala.
- Misalnya, jika pertemuan Anda dan keluarganya hanya terjadi di momen-momen spesial atau hari besar tertentu, tidak perlu terlalu memusingkan situasi yang terjadi karena toh masalah tersebut tidak terus-menerus Anda jumpai.
-
Diskusikan batasan yang tepat dengan pasangan. Duduklah bersama pasangan dan tentukan batasan yang masuk akal secara bersama-sama. Secara khusus, pikirkan apa saja yang bisa Anda berdua lakukan untuk mengurangi konflik dan menjaga kedamaian di dalam keluarga. [6] X Teliti sumber
- Misalnya, salah satu batasan yang bisa ditentukan adalah melarang keluarga pasangan untuk menginap ketika berkunjung ke rumah Anda berdua.
- Batasan lainnya adalah melarang keluarga untuk ikut campur dalam berbagai keputusan penting dalam hidup Anda dan pasangan, seperti keputusan untuk memiliki anak, beragama, atau memilih tempat tinggal.
-
Mintalah bantuan pasangan untuk mengomunikasikan batasan yang sudah disepakati kepada keluarganya. Agar keluarga pasangan mengetahui dan memahami berbagai batasan yang sudah ditentukan, tentu saja pasangan (atau Anda berdua) harus mengomunikasikannya secara langsung kepada mereka. Sampaikan keinginan Anda berdua dengan tegas tanpa mengabaikan kesopanan. [7] X Teliti sumber Namun, jangan ragu membela diri jika ada pihak yang mengkritik atau mencemooh Anda setelah mendengar batasan tersebut.
- Pastikan keluarga pasangan memahami alasan di balik batasan tersebut.
- Anda atau pasangan bisa berkata, “Terima kasih untuk perhatian Ayah dan Ibu. Tapi , topik keuangan adalah masalah yang personal sehingga sepertinya nggak perlu kita diskusikan bersama-sama lagi lain kali.”
-
Pertahankan batasan yang ada. Jika perlu, ingatkan keluarga pasangan mengenai batasan-batasan yang telah disepakati secara berkala, terutama karena sebagian besar orang mengalami kesulitan saat harus berperilaku di luar kebiasaannya. [8] X Teliti sumber
- Jika ada batasan yang dilanggar, jangan lupa memprotesnya dengan berkata, “Bu, kami kan sudah memutuskan untuk tidak punya anak. Bisa nggak , Ibu mendukung keputusan kami walaupun merasa keberatan?"
Iklan
-
Tunjukkan ketegasan dan kepercayaan diri Anda. Ingat, Anda bukan lagi anak-anak. Meski masalah dengan keluarga yang berusia lebih dewasa, seperti orang tua pasangan, dapat membuat Anda kesal karena merasa diperlakukan seperti anak kecil, jangan sampai terpengaruh. Jika merasa diperlakukan dengan tidak baik oleh mereka, jangan ragu membela diri untuk alasan yang benar! [9] X Teliti sumber
- Ingat, bersikap tegas bukan berarti kurang ajar. Dengan kata lain, Anda tetap bisa membela diri dengan cara yang baik, sopan, dan tidak mengabaikan norma.
- Misalnya, Anda bisa berkata dengan tegas, “Aku tahu Om tidak mengerti budayaku. Tapi , hari besar ini sangat penting untuk kami rayakan. Tolong hargai kepercayaanku sebagaimana aku juga menghargai kepercayaan kalian."
-
Komunikasikan keluhan Anda kepada keluarga pasangan. Jika merasa terganggu dengan sosok yang spesifik, cobalah menyampaikan keluhan tersebut secara langsung. Keberanian untuk mengambil inisiatif sejatinya akan menunjukkan kedewasaan Anda. Bahkan, mereka mungkin akan semakin menghargai Anda karena sudah berani bersuara dengan jujur! [10] X Teliti sumber
- Sebaiknya, segera suarakan keluhan Anda setelah masalah terjadi, alih-alih mendiamkannya selama bertahun-tahun. Misalnya, Anda bisa berkata, “Kalau kamu terus-menerus menyela kata-kataku, aku merasa sepertinya pendapatku nggak terlalu penting dalam keluarga ini. Lain kali, tolong biarkan aku selesai bicara dulu baru berpendapat, ya."
-
Abaikan komentar atau nasihat yang datang tanpa diminta. Jika keluarga pasangan terus-menerus memberikan nasihat atau kritik tanpa diminta, cobalah menyiapkan respons yang ambigu untuk mengalihkan topik percakapan dalam sekejap. Jangan lupa melatih seluruh respons tersebut sebelum benar-benar menggunakannya dalam situasi yang nyata. Dengan melakukannya, niscaya Anda akan merasa lebih tenang dan terkontrol ketika terjebak dalam situasi yang tidak menyenangkan tersebut. [11] X Teliti sumber
- Jika keluarga pasangan berusia lebih tua, cara terbaik untuk menyikapi nasihat yang tidak diminta adalah dengan memberikan respons yang sopan seperti, “Menarik sekali!” atau “Wah, keren!” Misalnya, ketika mertua perempuan mengkritik cara Anda menyuapi anak, cobalah menanyakan caranya menyuapi anak-anaknya ketika kecil.
- Respons lain yang bisa dicoba adalah, “Menarik sekali. Kapan-kapan aku coba ya, Bu.” dan “Terima kasih untuk nasihatnya, tapi aku sudah nyaman dengan cara ini.”
-
Batasi interaksi dengan keluarga pasangan, jika memungkinkan. Jika tak kunjung menemukan solusinya, langkah terbaik yang bisa Anda lakukan adalah membatasi interaksi dengan mereka. Misalnya, melewatkan acara keluarga mungkin merupakan cara yang ampuh untuk membuat situasinya terasa lebih damai, pun mencegah hubungan Anda dan pasangan memburuk. [12] X Teliti sumber Namun, jika Anda merasa enggan atau segan untuk melewatkan acara keluarga, cobalah menentukan durasi maksimal yang bersedia Anda dan pasangan luangkan untuk bertahan di sana.
- Membatasi interaksi mungkin adalah ide yang bijaksana untuk dicoba, terutama jika keluarga pasangan selalu memperlakukan Anda dengan tidak adil atau tidak hormat. Percayalah, orang-orang semacam ini hampir mustahil untuk mengubah perilakunya!
Iklan
Referensi
- ↑ http://www.huffingtonpost.com/2014/10/01/in-law-advice_n_5911416.html
- ↑ http://www.huffingtonpost.com/xochitl-gonzalez/5-tips-for-handling-a-dif_b_3946844.html
- ↑ https://captainawkward.com/2012/08/14/329-my-partner-wont-set-boundaries-with-his-horrible-family/
- ↑ https://www.thestar.com/life/2016/10/26/my-husband-wont-stand-up-to-his-mother-for-me-ellie.html
- ↑ http://psychcentral.com/blog/archives/2013/10/08/how-healthy-couples-deal-with-their-in-laws/
- ↑ https://www.theguardian.com/lifeandstyle/2015/nov/06/tense-relationship-in-laws-husband-wont-stick-up-for-me
- ↑ http://www.grandparents.com/family-and-relationships/family-matters/how-to-deal-with-difficult-in-laws
- ↑ http://www.huffingtonpost.com/samantha-rodman-phd/how-to-deal-with-parents-_b_8193012.html
- ↑ http://www.hitchedmag.com/article.php?id=799