Unduh PDF Unduh PDF

Ketika membuat keputusan untuk mengakhiri pertemanan dengan orang yang negatif, sejatinya Anda telah memilih untuk mengutamakan harga diri, dan bahkan kesehatan pribadi, di atas segala-galanya, terutama karena berteman dengan sosok yang negatif dapat membuat Anda stres dan sakit. [1] Setelah membuat keputusan tersebut, Anda boleh menyampaikannya kepada orang yang bersangkutan. Atau, jika Anda enggan melakukannya, Anda juga bisa menjaga jarak darinya karena cepat atau lambat, dia pasti akan menangkap sinyal pengabaian tersebut. Jika seluruh usaha yang dilakukan tidak berhasil, Anda bisa mengambil langkah terakhir, yaitu memutuskan seluruh jalur komunikasi dengannya! Menyingkirkan teman yang negatif memang tidak mudah, tetapi sadarilah bahwa upaya yang harus dilakukan akan berbanding lurus dengan perbaikan kualitas hidup yang Anda rasakan setelahnya.

Metode 1
Metode 1 dari 3:

Mengomunikasikan Masalah

Unduh PDF
  1. Sebelum melakukan konfrontasi, cobalah meluangkan waktu untuk memperjelas emosi yang Anda rasakan dan merefleksikan alasan yang membuatnya terlihat “buruk” di mata Anda. Ingat, “buruk” adalah istilah yang bermakna sangat luas! Pertimbangkan pula apakah hubungan pertemanan Anda berdua masih bisa diselamatkan atau memang harus diakhiri. Untuk mempermudah prosesnya, cobalah mengajukan berbagai pertanyaan berikut sebelum melakukan konfrontasi:
    • Apakah perilakunya berseberangan dengan prinsip hidup Anda?
    • Apakah dia terus-menerus merendahkan Anda?
    • Apakah dia tidak bisa dipercaya?
  2. Luangkan waktu untuk menemuinya, lalu cari tempat yang sepi dan privat untuk berdiskusi dengannya.
    • Anda bisa berkata, “Bisa nggak , kita ngobrol sebentar sepulang sekolah? Aku tunggu di pintu depan, ya.”
    • Lakukan obrolan di tempat yang tidak bisa didengar oleh orang lain. Jika ada orang yang tiba-tiba datang, mintalah kesediaannya untuk memberikan ruang privat bagi Anda berdua.
  3. Sejatinya, kadar keberanian setiap orang ketika dihadapkan kepada situasi semacam ini sangatlah bervariasi. Oleh karena itu, berkatalah sejujurnya mengenai emosi yang Anda rasakan, tetapi sesuaikan kejujuran tersebut dengan tingkat kenyamanan Anda.
    • Lakukan konfrontasi dengan sopan dan tenang. Meski ingin mengonfrontasi perilakunya, tetaplah menunjukkan penghargaan Anda kepadanya. [2]
    • Gunakan ujaran “aku”. Misalnya, Anda bisa berkata, “Aku merasa sangat tersakiti oleh leluconmu,” atau “Aku merasa dimanfaatkan sama kamu.” Kedua pernyataan tersebut lebih berfokus pada perasaan Anda, alih-alih pada keinginan untuk menyalahkannya. Hindari kalimat yang bernada menuduh, seperti, “Kamu memanfaatkanku karena aku punya mobil” atau “Kamu selalu mengejekku” agar orang tersebut tidak bersikap defensif.
  4. Jika Anda ingin mengakhiri pertemanan akibat perilaku orang yang bersangkutan (misalnya, teman Anda menunjukkan perilaku yang berisiko, memiliki performa akademis yang buruk, atau mengalami kecanduan terhadap zat-zat terlarang), cobalah membantunya dengan menunjuk perilaku yang dianggap bermasalah. Tunjukkan kepedulian Anda, tetapi tegaskan bahwa Anda tidak ingin ada di sampingnya ketika dia melakukan aktivitas yang negatif. [3]
    • Anda bisa berkata, “Shannon, aku sebetulnya sangat peduli sama kamu. Tapi sepertinya akhir-akhir ini kamu lebih sering minum alkohol daripada biasanya, ya. Aku nggak suka berteman dengan orang seperti itu, makanya aku harap kamu bisa mencari bantuan untuk mengatasi masalahmu.”
    • Jika merasa proses diskusi hanya akan memperburuk situasi di antara Anda berdua, jangan melakukannya.
  5. Alih-alih berfokus untuk menyalahkan atau mengkritik orang tersebut, cobalah untuk lebih berfokus pada sudut pandang, perasaan, dan prinsip personal Anda. Selain itu, menyalahkan diri sendiri juga dapat menjadi salah satu cara untuk menghindari perdebatan yang tidak perlu dengan orang tersebut. Misalnya, Anda boleh beranggapan bahwa pertemanan tersebut tidak bisa membawa Anda ke arah yang lebih baik, atau bahwa Anda tidak menyukai emosi yang muncul di dalam hubungan tersebut. [4]
    • Anda bisa berkata, “Setelah kita pergi bareng , aku selalu merasa stres. Aku nggak mau menjalin hubungan pertemanan seperti ini.”
    • Akui peran Anda dalam proses berakhirnya pertemanan tersebut. Cobalah berkata, “Sebetulnya aku nggak nyaman dengan hal-hal yang sering kita lakukan bersama. Hanya saja, aku nggak pernah bilang apa-apa. Maaf ya, aku sudah nggak jujur selama ini.” [5]
  6. Jelaskan hal-hal yang Anda inginkan di masa depan kepadanya. Misalnya, Anda mungkin ingin mengakhiri segala bentuk komunikasi dengannya, atau sekadar ingin menjaga jarak sejenak darinya. Apa pun itu, pastikan Anda mengomunikasikannya dengan jelas dan lugas agar mudah dipahami olehnya.
    • Anda bisa berkata, “Yang akan aku sampaikan setelah ini mungkin nggak enak untuk didengar. Sebetulnya aku juga nggak enak mau bilang begini, tapi sepertinya pertemanan kita harus disudahi. Artinya, aku nggak akan lagi membalas pesanmu atau bepergian denganmu. Maaf ya, situasinya harus menjadi seperti ini, tapi aku betul-betul nggak bisa berteman lagi denganmu.”
  7. Tidak ada salahnya merasa sedih setelah kehilangan seorang teman. Meski dia bukanlah teman yang terbaik, kemungkinan besar Anda berdua tetap memiliki kenangan yang menyenangkan dan hubungan yang bermakna. [6]
    • Pahamilah bahwa Anda mungkin akan merasakan emosi yang bercampur aduk di akhir hubungan. Misalnya, Anda mungkin akan merasa sedih, senang, marah, dan damai sekaligus. Jika ingin, Anda boleh mencoba menulis jurnal pribadi untuk mengevaluasi emosi yang muncul, atau mencurahkan isi hati kepada teman atau orang dewasa yang tepercaya.
    • Luangkan waktu untuk menyenangkan diri sendiri. Dengarkan musik favorit Anda, luangkan waktu untuk berolahraga atau berjalan santai, pergilah minum kopi dengan teman-teman terdekat, atau sisihkan waktu untuk berdoa. Lakukan itu untuk mempererat jalinan dengan diri Anda sendiri!
  8. Meski sudah tidak berteman lagi dengan orang tersebut, bukan berarti Anda harus bersikap dingin atau kasar kepadanya. Toh sekalipun tidak menyukainya, Anda tidak akan kehilangan apa pun jika memperlakukannya dengan sopan.
    • Jika diperlukan, tetaplah bekerja sama dengannya di dalam kelas. Berfokuslah pada tugas yang harus diselesaikan! Jika dia mulai menciptakan drama, Anda bisa berkata, “Kita fokus untuk menyelesaikan tugas saja, ya.”
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 3:

Menjaga Jarak

Unduh PDF
  1. Jika Anda ingin menjaga jarak dari seseorang yang tidak membuat Anda nyaman, cobalah menentukan batasan mengenai waktu yang perlu Anda habiskan dengannya. Dengan kata lain, tentukan tingkat kenyamanan Anda, dan berpeganglah pada batasan tersebut.
    • Misalnya, Anda hanya bersedia menemuinya ketika ada teman-teman yang lain. Atau, Anda hanya mau mengobrol dengannya di sekolah.
    • Jika ingin, Anda juga boleh memutuskan untuk tidak menjawab teleponnya atau membaca pesannya.
    • Jika dia mempertanyakan sikap Anda yang terasa menjauh darinya, cobalah berkata, “Aku cuma perlu waktu untuk menyendiri, kok ,” atau “Aku sedang banyak pikiran, nih .” Tidak perlu menguraikan alasan tersebut.
  2. Jika orang tersebut mengajak Anda untuk bepergian ke suatu tempat, tetapi Anda tidak ingin mengiakan ajakannya, cobalah mengarang alasan yang terdengar masuk akal. Misalnya, katakan bahwa Anda harus menghadiri acara keluarga, mengerjakan tugas akademis, atau sedang tidak enak badan. Namun, selalu ingat bahwa kebohongan tersebut mungkin akan ketahuan, terutama jika Anda berdua memiliki beberapa teman bersama. Keharusan untuk menjaga konsistensi alasan itulah yang terkadang akan teras membingungkan.
    • Jika dia bertanya, “Eh, mau pergi bareng nggak , akhir pekan ini?” Anda bisa menjawab, “ Sori , aku harus kerja dan pergi ke acara keluarga.”
    • Jika orang tersebut tidak menyadari keengganan Anda untuk terus berteman dengannya, kemungkinan besar Anda perlu terus-menerus mengarang alasan dan sejatinya, perilaku tersebut sangatlah melelahkan. Selain itu, Anda juga tidak ingin terus-menerus membohonginya, bukan? Itulah mengapa, cepat atau lambat Anda harus menyampaikan keengganan tersebut dengan jujur kepadanya. Lagi pula, kewajiban untuk terus-menerus mengarang alasan justru dapat membuat Anda stres. Oleh karena itu, gunakan metode ini hanya sebagai solusi temporer jika benar-benar diperlukan.
    • Jangan melakukan aktivitas yang bertentangan dengan alasan yang diberikan. Jika Anda mengaku sakit, tetaplah di rumah alih-alih bepergian dengan teman-teman yang lain atau berkunjung ke rumah teman satu jam kemudian. Orang lain akan menganggap Anda sudah berperilaku tidak jujur.
  3. Dengan kata lain, mintalah mereka “memaksa” Anda untuk berhenti bergaul dengan orang tersebut dengan menentukan berbagai batasan yang mampu membuat hubungan pertemanan Anda berdua semakin berjarak. Metode ini sejatinya lebih mudah dilakukan jika orang tua Anda memang tidak menyukai orang tersebut. [7]
    • Setelahnya, jelaskan kepada orang tersebut bahwa Anda diminta untuk lebih berfokus terhadap pekerjaan sekolah, atau bahwa Anda dilarang untuk pulang terlalu malam di akhir pekan oleh orang tua. Berikan alasan apa pun yang dapat membantu Anda untuk melarikan diri darinya! Percayalah, sebagian besar orang tua tidak keberatan dianggap konservatif untuk membantu mengeluarkan anaknya dari situasi yang menyulitkan tersebut.
    • Sampaikan masalah yang Anda alami kepada orang tua. Jelaskan alasan di balik keengganan Anda untuk kembali berteman dengannya, dan berikan contoh spesifik mengenai perilakunya yang mengganggu Anda. Kemudian, mintalah bantuan orang tua Anda untuk mengelola situasi tersebut.
    • Anda bisa berkata, “Akhir-akhir ini Tara menyebalkan sekali. Dia selalu mengajakku bertengkar dan mulai berteman dengan orang-orang yang nggak membuatku nyaman. Aku benar-benar nggak mau bepergian lagi sama dia di luar sekolah, dan butuh bantuan Ayah dan Ibu untuk melakukannya. Besok-besok, kalau dia mengajakku melakukan sesuatu, maukah Ayah dan Ibu membantuku mencari cara untuk menolaknya?”
  4. Jika ingin menyampaikan perasaan Anda kepada orang yang bersangkutan secara tidak langsung, cobalah menuangkannya ke dalam selembar surat. Melalui proses tersebut, Anda memiliki waktu sebanyak-banyaknya untuk merangkum kata-kata yang ingin diucapkan. Alhasil, Anda pun berkesempatan untuk memproses perasaan yang muncul dengan lebih baik. [8]
    • Anda bisa berkata, “Hei Juan, aku tahu kamu bertanya-tanya kenapa akhir-akhir ini kita nggak mengobrol sesering dulu . Semoga surat ini bisa menjawab pertanyaanmu, ya.” Kemudian, sampaikan perasaan Anda kepadanya dan tegaskan ekspektasi Anda di kemudian hari mengenai hubungan tersebut.
  5. Sekalipun Anda tidak ingin berteman lagi dengannya, tetaplah bersikap positif dengan tidak menggosipkannya di hadapan orang lain, atau memengaruhi orang lain untuk membencinya. Jika pertemanan berakhir karena dia memperlakukan Anda dengan buruk, yakinlah bahwa cepat atau lambat, orang lain pun akan menyadari kenegatifannya tanpa harus Anda pengaruhi. [9]
    • Jika ada yang bertanya, “ Kok kamu nggak pernah ngobrol lagi sama Bennet, sih ?” Anda bisa menjawab, “Aku nggak mau membicarakan dia di belakang, ah ,” atau “ Sori , aku nggak kepingin menceritakannya ke siapa-siapa untuk saat ini.”
    • Jika ingin mencurahkan isi hati Anda kepada orang lain, cari orang yang tidak berasal dari lingkaran pertemanan Anda. Misalnya, Anda bisa mencurahkan isi hati kepada teman dari sekolah lain, atau sepupu yang tinggal di kota lain.
  6. Jika ada ketegangan atau masalah yang belum terselesaikan di dalam sebuah hubungan pertemanan, kemungkinan besar pihak-pihak di dalamnya akan merasa canggung terhadap satu sama lain. Itulah mengapa, melakukan konfrontasi atau mengomunikasikan masalah secara langsung adalah opsi yang lebih baik daripada mendiamkan teman Anda, terutama karena setelah menegaskan posisi Anda di dalam hubungan, risiko kecanggungan pun niscaya akan berkurang.
    • Jika Anda merasa kurang nyaman di dekatnya, cobalah menjauhkan diri dan menjaga jarak fisik dengannya. Jika Anda berdua sedang bepergian dengan teman-teman yang lain, cobalah mengobrol secara terpisah dengan orang lain.
  7. Ingat, setiap orang perlu menjalin pertemanan dengan sosok yang mampu menghargai dan memedulikannya. Secara khusus, orang-orang yang masih berusia remaja perlu merasa terlibat di dalam kelompok pertemanan tertentu. Jika tidak lagi merasa cocok dengan lingkaran pertemanan Anda saat ini, cobalah menjalin pertemanan baru atau mencari kelompok pertemanan baru. [10]
    • Jika Anda sudah menjalin hubungan baik dengan sekelompok orang yang jarang beraktivitas bersama Anda di luar sekolah, seperti anggota klub olahraga atau grup musik yang diikuti di sekolah, cobalah menanyakan kesediaan mereka untuk bepergian bersama Anda di luar sekolah atau kegiatan ekstrakurikuler.
    • Jika Anda juga melakukan berbagai aktivitas nonakademis di luar sekolah, seperti bekerja paruh waktu atau bergabung dengan komunitas, cobalah menghabiskan waktu dengan orang-orang yang Anda kenal dari komunitas atau tempat kerja tersebut.
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 3:

Memutuskan Kontak

Unduh PDF
  1. Memutuskan kontak secara tiba-tiba memang terlihat seperti solusi yang termudah. Namun, pahamilah bahwa keputusan tersebut tidaklah adil bagi teman Anda, terutama karena dia tidak memiliki kesempatan untuk memahami situasi yang terjadi. Meski teman Anda adalah sosok yang sangat negatif dan menyebalkan, dia tetap berhak untuk mengetahui masalah yang sesungguhnya terjadi. [11]
    • Jangan tiba-tiba menghilang hanya untuk menghindari konfrontasi. Faktanya, konfrontasi boleh terjadi, sejauh Anda berdua tidak mengakhirinya dengan perkelahian fisik. Mengakhiri hubungan dengan seorang teman pasti akan terasa kurang nyaman dan menyakitkan untuk Anda. Namun, bukan berarti Anda harus menghindarinya.
    • Menghilang secara tiba-tiba juga dapat membuat Anda kehilangan sebagian pengaruh di dalam lingkungan sosial. Dengan kata lain, Anda akan dipandang negatif karena dianggap ingin mencari cara yang termudah untuk melarikan diri dari masalah. Selain itu, teman yang ditinggalkan pun mungkin akan merasa tersinggung dan tenggelam dalam ketidakpastian.
    • Pikirkan metode yang terbaik untuk menghentikan komunikasi dengannya. Misalnya, Anda bisa melakukan konfrontasi secara langsung, melalui ponsel, atau melalui surel.
  2. Sering kali, menyampaikan keinginan untuk mengakhiri pertemanan dengan orang yang bersangkutan adalah langkah yang terbaik, meski prosesnya berlangsung dengan sangat singkat atau ambigu. Namun, adakalanya menghilang secara tiba-tiba adalah opsi yang terbaik, terutama jika:
    • Teman Anda memberikan pengaruh yang sangat buruk, terutama yang berhubungan dengan masalah kecanduan. [12]
    • Anda merasa dikontrol atau dimanipulasi olehnya, dan mengkhawatirkan reaksinya ketika Anda mengakui keengganan untuk tetap berteman dengannya. [13]
    • Keamanan dan kesejahteraan fisik Anda dipertaruhkan jika proses konfrontasi atau komunikasi dilakukan secara langsung.
  3. Tutup semua akses yang bisa membuatnya memasuki hidup Anda di media sosial. Jangan pula mengirimkan pesan kepadanya atau membalas pesannya! [14]
    • Jika Anda tetap ingin berteman dengannya di media sosial, sembunyikan unggahan yang menurut Anda tidak perlu dilihat olehnya. Selain itu, jangan pula mengomentari unggahannya.
    • Jika ingin, Anda juga bisa berhenti mengikutinya di media sosial agar tidak lagi melihat berbagai unggahan terbarunya.
  4. Jika tidak nyaman mengomunikasikan masalah yang terjadi kepadanya, cobalah meminta bantuan orang tua Anda untuk berkomunikasi dengan orang tuanya. Jika merasa keselamatan Anda terancam olehnya, pilih opsi ini. Jika tidak, Anda bisa mencoba mengatasinya sendiri terlebih dahulu. [15]
    • Mintalah bantuan orang tua Anda untuk menginformasikan situasi yang terjadi kepada orang tuanya. Mintalah pula bantuan mereka untuk menjelaskan bahwa Anda tidak lagi ingin berteman dengan orang tersebut. Misalnya, Anda bisa berkata, “Aku kan sudah berusaha untuk menjaga jarak dari Jamal, ya, tapi dia tetap nggak mau meninggalkanku, lho . Apa Ayah dan Ibu bisa membantuku untuk berbicara dengan orang tuanya?”
    • Selain itu, Anda juga bisa meminta bantuan dan pendampingan dari guru atau konselor di sekolah.
    • Anda bisa berkata, “Saya sudah berusaha mengatasi masalah yang terjadi dengan David, tapi dia tetap saja berulah. Saya kepingin mengakhiri pertemanan ini, tapi nggak tahu harus berbuat apa. Apakah Bapak/Ibu bisa membantu mencarikan solusinya?”
    Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 1.780 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan