PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Kehidupan adalah proses untuk mempelajari cara memperbaiki diri sendiri yang berlangsung terus-menerus. Sementara ada orang-orang yang terus berusaha membuat dirinya semakin terpelajar atau mendapatkan promosi di tempat kerja, terkadang kita lupa memperbaiki cara kita memperlakukan diri sendiri dan orang lain di sekeliling kita. Karena tergesa-gesa ingin berhasil, gagasan tentang ingin menjadi orang yang lebih baik akhirnya lenyap ditelan ambisi dan egoisme. Anda bisa mulai belajar cara memperbaiki diri dan meningkatkan kemampuan untuk mencintai diri sendiri dan orang lain dengan membaca artikel ini.

Metode 1
Metode 1 dari 3:

Mulai Memperbaiki Diri

PDF download Unduh PDF
  1. “Menjadi orang yang lebih baik” adalah proses yang akan Anda jalani seumur hidup. Dalam proses ini, tidak pernah ada istilah bahwa Anda sudah berhasil dan tidak ada kesempatan lagi untuk berkembang. Kesediaan Anda untuk membuka diri selama menjalani proses perubahan dan pertumbuhan akan meningkatkan fleksibilitas Anda. Fleksibilitas adalah faktor penting agar Anda bisa secara konsisten membentuk diri menjadi seseorang yang Anda inginkan dalam situasi apa pun. [1]
    • Terimalah kenyataan bahwa tujuan dan nilai-nilai dalam kehidupan Anda bisa berubah dengan berjalannya waktu. Perubahan juga bisa terjadi jika ada masalah dan ini adalah hal yang biasa. [2]
  2. Niat terbaik sekalipun tidak akan pernah bisa tercapai, kecuali jika Anda memahami dengan baik nilai-nilai yang Anda yakini. [3] “Nilai” adalah apa yang paling penting dalam hidup Anda. Nilai adalah keyakinan mendasar yang membentuk diri Anda sebagai manusia dan cara Anda menjalani kehidupan. [4] Dengan melakukan refleksi, Anda bisa menentukan apa yang benar-benar penting bagi Anda.
    • Contohnya, “menjadi orang tua yang baik” atau “menghabiskan waktu bersama teman-teman” bisa menjadi nilai. Anda bisa mengenali perasaan menjadi yang terbaik berdasarkan nilai-nilai tersebut.
    • “Selaras dengan nilai” menunjukkan sampai sejauh mana perilaku Anda sesuai dengan nilai-nilai Anda. Contohnya, jika nilai Anda adalah “menghabiskan waktu dengan teman-teman”, tetapi Anda selalu mengutamakan bekerja ketimbang bersosialisasi, ini bukanlah keselarasan dengan nilai. Perilaku yang tidak selaras dengan nilai bisa menimbulkan kekecewaan, rasa tidak bahagia, atau rasa bersalah. [5]
  3. Identitas kita ditentukan juga oleh orang-orang di sekeliling kita. [6] Contohnya, beberapa penelitian di bidang psikologi telah sering menunjukkan bahwa seseorang sudah mulai berprasangka pada usia yang sangat dini. [7] Perilaku dan keyakinan yang dipelajari ini akan memengaruhi cara kita memandang diri sendiri dan orang lain di sekeliling kita. Dengan mengetahui dari mana asalnya gagasan Anda tentang diri sendiri, Anda bisa mengubah keyakinan yang tidak berguna dan memilih keyakinan yang benar.
    • Kita juga belajar cara menilai diri sendiri dari orang lain saat kita berada dalam kelompok yang lebih besar, misalnya berdasarkan ras atau gender tertentu. Cara ini bisa menjadi faktor penting yang menentukan identitas kita. [8]
  4. Cobalah mengingat lagi cara Anda bereaksi saat sedang stres, menghadapi kehilangan, mengatasi kemarahan, memperlakukan orang-orang terkasih. Berusahalah mengenali perilaku Anda saat ini agar Anda bisa menentukan cara untuk mengembangkan diri.
    • Setelah melakukan refleksi atas perilaku Anda, tentunya Anda bisa menentukan secara spesifik perubahan apa yang harus Anda lakukan.
  5. Alih-alih mengatakan, “Aku ingin menjadi teman yang lebih baik”, bagilah menjadi beberapa rencana kecil. Apa artinya? Apakah Anda mau lebih sering bertemu dengan orang lain? Apakah Anda mau menyediakan lebih banyak waktu untuk berkumpul dengan teman-teman?
    • Steve Jobs, seorang inventor dan wiraswasta, pernah mengatakan bahwa ia selalu mengajukan pertanyaan ini kepada dirinya sendiri setiap pagi: “Jika hari ini adalah hari terakhir dalam hidupku, apakah aku mau melakukan apa yang harus aku lakukan hari ini?” Jika ia tidak bisa menjawab “ya”, ia akan melakukan perubahan. Pertanyaan ini akan bermanfaat juga jika Anda tanyakan kepada diri sendiri. [9]
    • Buatlah gagasan tentang perubahan yang masuk akal. Contohnya, jika Anda adalah pribadi yang introver, mungkin tidak tepat atau tidak ada keselarasan nilai jika Anda ingin “menjadi orang yang lebih baik” dengan cara “pergi ke pesta”. Alih-alih, ubahlah gagasan Anda untuk melakukan perubahan menjadi keinginan yang bisa Anda capai dan selaras dengan diri sendiri, misalnya dengan: “Berlatih mengatakan halo kepada orang yang belum aku kenal”.
  6. Tulislah tujuan Anda pada sehelai kertas atau akan lebih baik lagi jika Anda bisa mulai membuat jurnal. Dengan cara ini, Anda akan lebih mudah melakukan introspeksi dan mengenal diri sendiri lebih baik lagi dari sudut pandang yang objektif. [10]
    • Menulis jurnal harus menjadi kegiatan reflektif yang dilakukan secara aktif. Tidak akan banyak gunanya jika Anda hanya menulis pikiran secara acak. Alih-alih, tulislah tentang masalah yang pernah Anda alami, apa yang Anda rasakan pada waktu itu, cara Anda bereaksi, apa yang Anda rasakan setelahnya, dan apa cara lain yang ingin Anda lakukan. [11]
    • Coba ajukan beberapa pertanyaan ini untuk memulainya: Apakah ada hubungan tertentu yang ingin Anda perbaiki dengan orang terkasih? Apakah Anda ingin bersikap lebih dermawan? Apakah Anda ingin lebih berkontribusi bagi lingkungan? Apakah Anda ingin belajar menjadi suami/istri atau kekasih yang lebih baik?
  7. Riset telah membuktikan bahwa Anda akan lebih mudah berhasil mencapai tujuan jika tujuan Anda dirumuskan secara “positif” (apa yang ingin Anda lakukan) dan bukan secara negatif (apa yang tidak ingin Anda lakukan). [12] Rumusan tujuan yang negatif akan menimbulkan sikap menilai diri sendiri atau perasaan bersalah selama proses pencapaiannya. Pikirkan tujuan Anda sebagai suatu hal yang ingin Anda perjuangkan, alih-alih Anda hindari.
    • Contohnya, jika Anda ingin lebih berterima kasih, rumuskan keinginan ini secara positif: “Aku akan berterima kasih kepada orang-orang yang sudah berbuat baik kepadaku”. Jangan merumuskan tujuan sebagai penilaian atas perilaku di waktu yang lalu, misalnya, “Aku tidak mau lagi bersikap tidak tahu berterima kasih”.
  8. Tokoh panutan bisa menjadi sumber inspirasi yang baik dan kisah pengalaman mereka bisa memberikan kita kekuatan pada saat yang sulit. Anda bisa memilih rohaniwan, politikus, artis, atau orang dekat yang Anda kagumi.
    • Biasanya akan lebih baik jika kita memilih orang yang kita kenal sebagai tokoh panutan. Anda bisa membentuk pandangan yang keliru jika meneladani perilaku seseorang yang tidak Anda kenal. Selain itu, Anda akan memandang diri sendiri dengan cara yang salah. Bagaimanapun juga, tokoh-tokoh agama juga sekalipun tidak ada yang benar-benar bebas dari kesalahan. [13]
    • Tokoh panutan tidak harus seorang yang bisa mengubah dunia. Mahatma Gandhi dan Bunda Teresa adalah figur yang sangat menginspirasi, tetapi bukan hanya mereka yang perilakunya pantas kita jadikan panutan. Melalui kejadian kecil sehari-hari, sering kali ada orang-orang yang perilaku dan cara berpikirnya pantas kita teladani. Contohnya, jika ada teman kerja Anda yang selalu terlihat gembira, coba tanyakan apa sebabnya. Tanyakan juga apa pendapatnya tentang kehidupan dan apa yang biasa ia lakukan. Mungkin Anda akan terkejut karena banyaknya hal-hal yang bisa Anda pelajari dengan bertanya.
    • Bukannya ingin mengatakan bahwa Anda tidak bisa mencari inspirasi melalui kisah tentang pengalaman orang lain, tetapi cobalah mencari seseorang yang kisah hidupnya bisa Anda hubungkan dengan pengalaman Anda sendiri, terutama jika tidak banyak orang yang bisa Anda jadikan tokoh panutan.
    • Neil deGrasse Tyson, seorang ilmuwan astrofisika yang terkenal, menentang pandangan tradisional yang menjadikan tokoh panutan sebagai seseorang yang Anda idam-idamkan . Alih-alih, ia menyarankan agar Anda mencari tahu apa yang sudah dilakukan oleh tokoh panutan ini sehingga ia bisa mencapai apa yang Anda idam-idamkan. Buku apa yang ia baca? Kebiasaan apa yang ia lakukan? Bagaimana ia bisa berada di posisi yang Anda inginkan? Dengan mengajukan pertanyaan tersebut dan mencari jawabannya, Anda bisa menentukan cara sendiri, alih-alih hanya menjiplak cara orang lain. [14]
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 3:

Menumbuhkan Cinta Kasih

PDF download Unduh PDF
  1. Anda harus belajar mencintai diri sendiri sebelum Anda mampu mencintai orang lain. Cinta kepada diri sendiri bukan berarti hanya mementingkan diri sendiri yang sia-sia, melainkan cinta yang membuat Anda mampu menerima diri sendiri apa adanya. Cinta ini tumbuh dari dalam diri untuk mengembangkan seluruh kemampuan dan nilai-nilai yang benar-benar bisa membentuk Anda menjadi diri Anda yang sesungguhnya. Ingatkan diri sendiri bahwa Anda adalah orang baik yang penuh kasih sayang dan yang terpenting, Anda sangatlah berharga. Dengan bersikap bijak dan baik, Anda akan lebih mampu menerima dan memahami diri sendiri.
    • Cobalah mencatat semua pengalaman Anda dengan menempatkan diri Anda di posisi seorang teman yang sangat penyayang dan penuh pengertian, bukannya dari sudut pandang Anda sendiri. Beberapa studi sudah membuktikan bahwa dengan mengambil jarak, Anda bisa memproses emosi negatif, alih-alih mengabaikan atau menekannya. Kemampuan mengakui perasaan adalah aspek penting dalam mencintai diri sendiri. Sering kali, kita bersikap jauh lebih baik kepada orang lain ketimbang kepada diri kita sendiri. Terimalah diri Anda sama seperti Anda menerima orang lain. [15]
    • Biarkan diri Anda mengalami momen singkat untuk mencintai diri sendiri sepanjang hari, terutama saat Anda mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Contohnya, jika Anda terlambat menyelesaikan tugas di kantor, mungkin Anda akan mulai menilai diri sendiri atau menghadapi serangan panik. Berusahalah menenangkan pikiran agar Anda bisa menyadari kondisi stres yang sedang Anda alami: “Aku sedang stres saat ini”. Setelah itu, sadarilah bahwa setiap orang bisa saja mengalami hal ini sekali waktu: “Bukan hanya aku yang mengalami masalah ini”. Terakhir, berikan sentuhan penuh cinta kasih kepada diri sendiri, misalnya dengan meletakkan tangan Anda di dada sambil mengatakan hal yang positif ke diri sendiri: “Aku bisa belajar menjadi pribadi yang kuat. Aku bisa belajar bersabar. Aku bisa belajar menerima diri sendiri”. [16]
  2. Berusahalah menghargai bakat dan kemampuan terbaik Anda, baik secara fisik maupun mental. Jika Anda selalu memusuhi diri sendiri, Anda juga akan memusuhi orang lain. [17]
    • Mulailah mencatat saat Anda berpikir negatif tentang diri sendiri. Tulislah seperti apa situasi saat itu, apa yang Anda pikirkan, dan apa akibat dari pikiran Anda.
    • Contohnya, pada awalnya mungkin Anda mulai membuat catatan yang isinya: “Tadi aku pergi ke pusat kebugaran. Ternyata, banyak sekali orang langsing di sana dan aku mulai merasa gemuk. Aku marah kepada diriku sendiri dan malu sekali rasanya. Akhirnya, aku langsung pulang biarpun belum selesai berolahraga”.
    • Lain kali, cobalah memberikan respons yang rasional atas pikiran tersebut. Awalnya mungkin sulit, tetapi Anda bisa mengubah cara berpikir jika Anda terus berusaha melawan pikiran yang mengatakan hal-hal negatif tentang diri sendiri dengan berpikir logis berdasarkan fakta-fakta yang benar.
    • Contohnya, respons yang rasional atas situasi tadi misalnya: “Aku pergi ke pusat kebugaran untuk menjaga kesehatan dan bentuk tubuhku. Tindakanku ini baik dan aku peduli pada diri sendiri. Kenapa aku harus malu karena peduli pada diri sendiri? Bentuk tubuh setiap orang berbeda-beda dan bentuk tubuhku tidak sama dengan orang lain. Orang-orang yang terlihat sangat bugar mungkin sudah berlatih lebih lama ketimbang aku. Mereka juga mungkin memiliki gen yang baik. Jika orang lain menilaiku berdasarkan penampilan, apakah aku perlu menghargai pendapat mereka? Atau, aku seharusnya menghargai orang-orang yang mendukung dan mendorong aku untuk peduli pada diri sendiri?” [18]
    • Kebiasaan mengkritik diri sendiri biasanya muncul dalam bentuk “seharusnya”, misalnya “Seharusnya aku punya mobil mewah” atau “Seharusnya aku mengenakan pakaian dengan ukuran tertentu”. Kita tidak bisa bahagia dan akan merasa malu jika selalu membandingkan diri sendiri menggunakan standar orang lain. Tentukan apa yang Anda inginkan untuk diri sendiri dan tolaklah apa yang orang lain katakan tentang “seharusnya” Anda. [19]
  3. Adakalanya, kita merasa cepat puas dengan diri sendiri dan kehidupan kita. Rutinitas yang monoton hanya akan menjerat kita dalam pola perilaku reaktif atau menghindar. Tanpa Anda sadari, muncul kebiasaan dan perilaku yang tidak baik. [20]
    • Contohnya, jika Anda merasa tersinggung oleh seseorang, mungkin Anda akan menciptakan batasan untuk menjaga jarak dari orang ini. Batasan ini akan melindungi Anda agar tidak tersinggung lagi, tetapi yang lebih penting, Anda tidak bisa merasakan kebahagiaan dan menjalin hubungan dengan orang lain.
    • Dengan mencari rutinitas baru, misalnya dengan berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau mencari teman-teman baru, Anda bisa menemukan kemampuan yang belum Anda sadari. Selain itu, Anda juga bisa membangun relasi dengan orang lain dan menemukan hal-hal baru tentang emosi Anda. [21]
    • Mencari cara untuk menghilangkan kebiasaan buruk juga akan mengarahkan Anda sehingga bisa bertemu dengan orang-orang yang mampu mengubah cara pandang Anda tentang kehidupan. Riset telah membuktikan bahwa perilaku negatif, seperti prasangka buruk atau ketakutan, sering kali timbul karena pengaruh dari budaya atau pandangan orang lain. [22] Pada akhirnya, Anda akan mengetahui bahwa Anda bisa belajar dari orang lain dan orang lain juga bisa belajar dari Anda.
  4. Emosi-emosi ini adalah hal yang wajar dalam kehidupan sehari-hari, tetapi Anda sulit merasa bahagia jika selalu marah atau iri kepada orang lain. Anda harus bisa menerima perilaku dan keinginan orang lain jika ingin menumbuhkan cinta kasih kepada diri sendiri dan menjadi orang yang Anda inginkan.
    • Kemarahan biasanya timbul karena kita menganggap suatu hal seharusnya tidak terjadi pada kita atau jika keadaan ternyata tidak berjalan sesuai keinginan kita. Anda bisa mengatasi kemarahan dengan mengembangkan kemampuan untuk menghargai bahwa apa yang Anda rencanakan tidak selalu berhasil sesuai dengan yang Anda harapkan. [23]
    • Arahkan perhatian Anda pada hal-hal yang tidak bisa Anda kendalikan dan jangan terlalu khawatir pada apa yang bisa Anda kendalikan. Ingatlah bahwa Anda bisa mengendalikan tindakan Anda, bukan akibatnya. Anda bisa merasa lebih rileks dan tidak mudah marah jika keadaan tidak berjalan baik (yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi) dengan berfokus pada tindakan ketimbang berusaha mengendalikan akibat yang tidak bisa Anda kendalikan. [24]
  5. Kemampuan memaafkan orang lain akan bermanfaat bagi kesehatan fisik. Kebiasaan mendendam dan mengingat kesalahan masa lalu bisa meningkatkan tekanan darah dan mempercepat irama detak jantung, sedangkan kemampuan memaafkan bisa meredakan stres. [25] Terlepas dari manfaatnya, memaafkan orang lain mungkin merupakah hal yang paling sulit dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. [26] [27]
    • Pikirkan kesalahan yang ingin Anda maafkan. Coba perhatikan pikiran-pikiran yang muncul atas kesalahan tersebut. Apa perasaan Anda terhadap orang yang berbuat salah? Apa yang tubuh Anda rasakan?
    • Refleksikan pengalaman ini melalui cara pandang pembelajaran. Apakah Anda bisa memilih cara yang berbeda saat itu? Apakah ada cara lain yang bisa dilakukan oleh orang ini? Apakah Anda bisa belajar dari pengalaman ini? Kemampuan Anda untuk mentransformasikan pengalaman menyakitkan menjadi sebuah pembelajaran akan membantu Anda meredakan rasa sakit.
    • Bicaralah dengan orang ini. Jangan menyalahkan orang lain sebab ia akan merasa diserang. Alih-alih, gunakan pernyataan aku untuk mengungkapkan perasaan Anda dan mintalah ia menceritakan perasaannya kepada Anda. [28]
    • Hargailah kedamaian lebih dari pada keadilan. Salah satu alasan yang membuat kita sulit memaafkan adalah karena rasa keadilan . Orang yang bersalah kepada Anda mungkin tidak pernah mengalami akibat dari perbuatannya, tetapi Anda sendiri yang akan rugi jika terus memendam kemarahan dan sakit hati. Memaafkan seharusnya tidak tergantung karena alasan atau hasil tertentu. [29]
    • Ingatlah bahwa memaafkan bukanlah membebaskan seseorang dari kesalahan. Kesalahan sudah terjadi dan Anda tidak membenarkan perbuatan yang salah ini karena memaafkan. Apa yang Anda lakukan ini adalah untuk melepaskan beban karena tidak mau menyimpan kemarahan di dalam hati.
  6. Berterima kasih bukan hanya sekadar perasaan, tetapi membutuhkan sebuah tindakan. Kebiasaan berterima kasih akan membuat Anda menjadi orang yang lebih positif, lebih bahagia, dan lebih sehat. [30] Sikap berterima kasih telah terbukti mampu menolong orang-orang mengatasi trauma, memperkuat hubungan mereka, dan memberikan cinta kasih kepada orang lain. [31] [32] [33]
    • Buatlah jurnal untuk berterima kasih. Catatlah kejadian yang membuat Anda ingin berterima kasih. Mungkin melalui hal-hal kecil, seperti pagi yang cerah atau secangkir kopi hangat. Anda juga bisa berterima kasih atas hal-hal yang tidak bisa diukur, misalnya karena dicintai oleh pasangan atau persahabatan. Dengan memperhatikan hal-hal kecil tersebut dan mencatatnya, Anda bisa menyimpan pengalaman ini agar tetap teringat di kemudian hari. [34]
    • Nikmatilah hal-hal yang mengejutkan. Kejadian yang tidak diharapkan atau mengejutkan lebih kuat pengaruhnya ketimbang peristiwa sehari-hari. Bisa saja Anda mengalami kejutan kecil, misalnya: catatlah saat pasangan Anda membantu mencuci piring atau saat Anda menerima SMS dari teman yang sudah beberapa bulan tidak menghubungi Anda.
    • Bagikan rasa terima kasih Anda dengan orang lain. Akan lebih mudah mengingat hal-hal positif jika Anda bagikan dengan orang lain. Kebiasaan berbagi juga akan membuat orang lain merasa bahagia dan ingin berterima kasih. [35]
  7. Manusia diciptakan untuk menjalin hubungan sosial dengan sesamanya di sekitar mereka. [36] Sejak usia dini, kita belajar cara “membaca” perilaku orang lain dan menirunya. Kita melakukan hal ini agar bisa diterima oleh lingkungan, mendapatkan apa yang kita inginkan dan butuhkan, dan merasa terhubung dengan orang lain. [37] Akan tetapi, empati lebih dari sekadar mampu memahami perilaku dan merasakan emosi orang lain. Empati membutuhkan kemampuan untuk membayangkan seperti apa rasanya menjalani kehidupan orang lain, berpikir dengan cara pikir orang lain, dan merasakan apa yang orang lain rasakan. [38] Dengan mengembangkan kemampuan berempati, Anda akan lebih sensitif untuk merasakan perasaan orang lain, lebih mampu menjalin hubungan dengan orang lain, dan lebih mudah bergaul. Selain itu, Anda juga mampu memperlakukan orang lain sebagaimana Anda sendiri ingin diperlakukan.
    • Penelitian telah membuktikan bahwa dengan berlatih meditasi cinta kasih atau meditasi agar mampu mencintai akan merangsang area tertentu di otak yang bertanggung jawab atas aktivitas emosional. Meditasi ini juga bisa membantu mengurangi stres dan membuat Anda merasa lebih stabil. [39] Latihan meditasi untuk menenangkan pikiran juga memberikan efek yang sama, tetapi kurang bermanfaat untuk mengembangkan empati. [40]
    • Riset telah membuktikan bahwa Anda bisa meningkatkan kemampuan berempati dengan membayangkan secara aktif apa yang sedang dialami oleh orang lain. [41] Membaca karya fiksi juga bisa mengembangkan kemampuan Anda untuk memahami cara pandang orang lain. [42]
    • Jangan langsung menilai, jika bisa. Riset telah membuktikan bahwa kita biasanya akan kurang bisa berempati kepada orang-orang yang kita anggap bertanggung jawab atas penderitaan mereka, misalnya orang-orang yang “mengalami hal-hal yang sudah sepantasnya mereka terima”. Ingatlah bahwa Anda tidak tahu seperti apa kondisi kehidupan yang mereka alami atau masa lalu mereka. [43]
    • Carilah orang-orang dengan latar belakang yang berbeda. Penelitian telah membuktikan bahwa Anda akan lebih mudah berempati jika bertemu dengan orang-orang dengan budaya atau keyakinan yang berbeda. [44] Semakin banyak Anda bertemu orang-orang dengan pola pikir dan perilaku yang berbeda, semakin kecil kemungkinannya Anda akan membuat penilaian atau membuat prasangka yang tidak berdasar.
  8. Kita cenderung kurang berterima kasih atas hal-hal yang tidak berbentuk materi, misalnya saat kita merasa dicintai atau menerima kebaikan. Kenyataannya, perjuangan untuk mendapatkan lebih banyak materi biasanya merupakan tanda bahwa Anda sedang berusaha memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan hal-hal yang lebih berarti. [45] [46] [47]
    • Riset telah membuktikan bahwa orang-orang materialistis biasanya kurang bahagia ketimbang teman-teman mereka. [48] Mereka merasa kurang bahagia dengan kehidupan mereka secara keseluruhan dan lebih sering mengalami emosi negatif seperti ketakutan dan kesedihan. [49]
  9. Tidak setiap orang mampu menyumbang ratusan juta rupiah kepada badan amal favorit, tetapi bukan berarti Anda tidak bisa memberikan sedikit kontribusi kepada orang-orang yang membutuhkan. Menolong orang lain bukan hanya bermanfaat bagi penerimanya, tetapi bermanfaat juga bagi Anda. Riset telah membuktikan bahwa orang-orang yang tidak mementingkan diri sendiri biasanya lebih bahagia. Mereka juga bahkan mengalami peningkatan hormon endorfin yang dikenal sebagai hormon yang memberikan rasa bahagia karena melakukan kebaikan untuk orang lain. [50]
    • Jadilah sukarelawan. Alih-alih menghabiskan akhir pekan dengan menonton TV, cobalah menjadi sukarelawan di panti asuhan atau panti jompo terdekat. Dengan melayani orang lain, Anda akan merasa lebih terhubung dengan mereka dan menjadi bagian dari sebuah komunitas sehingga Anda tidak merasa tersisihkan dari pergaulan. [51]
    • Berikan kebaikan apa saja setiap hari. Mungkin Anda bisa memberikan bantuan kecil dengan membawakan belanjaan seorang manula ke mobilnya atau memberikan petunjuk arah yang benar kepada seseorang yang sedang mengemudi mobil. Semakin banyak Anda melakukan hal ini, Anda akan semakin menyadari betapa senangnya bisa membantu orang lain dan pada akhirnya, Anda bisa mengatasi keinginan untuk mementingkan diri sendiri.
    • Riset telah membuktikan bahwa prinsip “berbuat baik tanpa pamrih” benar-benar berlaku. Perbuatan menolong orang lain akan menular dari orang yang satu kepada orang yang lain. Tindakan kecil yang Anda lakukan dengan menunjukkan kebaikan dan kemurahan hati bisa menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Ini berarti, akan ada orang lain juga yang terinspirasi dan menginspirasi orang lain, dan seterusnya. [52]
  10. Kita bisa menghabiskan begitu banyak waktu hanya untuk memperhatikan perilaku kita sendiri sehingga tidak sempat memperhatikan bagaimana akibatnya terhadap orang lain. Hal ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan diri secara psikologis yang kita gunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. [53] Jika setiap orang merespons Anda dengan cara yang sama, mungkin Anda memiliki kebiasaan yang tidak baik. Ada kemungkinan perkembangan Anda terhambat oleh mekanisme pertahanan diri yang selama ini Anda gunakan.
    • Contohnya, coba perhatikan cara orang lain merespons Anda. Apakah mereka mudah tersinggung karena ucapan Anda? Ada kemungkinan, bukan karena orang lain terlalu sensitif, tetapi Anda sendiri yang sudah membangun mekanisme pertahanan diri dengan menyinggung perasaan orang lain agar Anda merasa lebih baik. Cobalah gunakan cara berkomunikasi yang lain dengan orang lain agar tidak menimbulkan respons menyakitkan yang sama.
    • Amati cara Anda berinteraksi dengan orang lain. Coba temukan polanya dan tentukan mana pola yang baik dan yang tidak baik. Semakin Anda mampu bersikap fleksibel dan adaptif dalam berperilaku, Anda akan semakin selaras dengan orang-orang di sekitar Anda. [54]
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 3:

Membuat Pilihan yang Tepat

PDF download Unduh PDF
  1. Setiap orang mempunyai keterampilan atau minat yang mereka kuasai dengan baik dan sangat mereka sukai. Jika Anda merasa tidak berbakat, mungkin Anda belum menemukannya. Biasanya Anda harus berusaha dengan gigih untuk mencoba berbagai hal sampai menemukan apa yang terbaik untuk Anda.
    • Orang-orang dengan sifat yang sama biasanya akan tertarik pada aktivitas yang sama. Contohnya, orang-orang yang suka dengan aktivitas yang memacu adrenalin mungkin tidak akan tertarik untuk bergabung dalam kelompok merajut yang tenang dan lebih banyak diam, tetapi orang-orang yang menyukai aktivitas yang tenang mungkin akan sangat tertarik dengan kelompok ini. Anda bisa menemukan apa yang Anda sukai dengan menentukan siapa orang-orang yang Anda sukai sebagai teman berkumpul.
    • Tetaplah bersabar. Perubahan tidak bisa terjadi dalam sekejap, tetapi membutuhkan usaha dan waktu. Berusahalah dengan gigih sebab menghentikan kebiasaan lama, mencari teman baru, atau melakukan kegiatan baru bukanlah hal yang mudah, apalagi jika Anda sangat sibuk.
    • Daftarkan diri untuk mengikuti kursus yang Anda sukai, berlatih alat musik, atau berolahraga. Bukan hanya belajar hal-hal baru, Anda juga bisa bertemu dengan orang-orang yang memiliki minat belajar yang sama. Cobalah belajar hal-hal baru yang bisa membawa Anda keluar dari zona nyaman dengan cara yang aman dan bermanfaat.
  2. Tidak peduli seberapa pun banyaknya uang yang Anda hasilkan, Anda tidak akan merasa bahagia jika seumur hidup harus melakukan sesuatu yang Anda benci. Meskipun tidak semua orang cukup beruntung menemukan pekerjaan sesuai hobi, berusahalah menyediakan waktu untuk melakukan hal-hal yang bisa membuat Anda bahagia.
    • Anda akan merasa lebih bahagia dan puas dengan melakukan hal-hal yang bermakna bagi hidup Anda. Cobalah melakukan kegiatan kreatif, misalnya di bidang seni atau musik agar Anda bisa mengekspresikan perasaan dan pikiran Anda dengan cara yang sehat dan bermanfaat. [55]
    • Ada mitos yang mengatakan bahwa orang-orang yang berhasil biasanya hanya terfokus pada tujuan tertentu. Mereka tidak akan membiarkan apa pun menghalangi tujuan mereka, termasuk memberikan waktu untuk diri sendiri. Sayangnya, cara hidup seperti ini sangat tidak sehat. Cobalah untuk tidak terlalu berfokus pada satu aspek dalam kehidupan Anda sehingga lupa mengembangkan aspek yang lainnya. [56]
    • Jika Anda sangat tidak bahagia dalam bekerja, cobalah mencari tahu apa sebabnya. Jika bisa, lakukan perubahan agar perasaan Anda ikut berubah. Jika Anda merasa tidak bahagia karena pekerjaan yang tidak prospektif atau tidak selaras dengan nilai-nilai Anda, cobalah mencari pekerjaan lain. [57]
  3. Jalani hidup dengan menjaga keseimbangan antara bekerja dan bermain. Kehidupan Anda tidak bisa berkembang dan akan terasa monoton jika hanya terfokus pada satu kegiatan tertentu. Manusia memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat cepat pada kejadian positif. Oleh sebab itu, kita bisa mengalami desensitisasi terhadap pengalaman positif, apalagi jika hanya ini yang kita alami. [58]
    • Riset telah membuktikan bahwa saat kita berada di zona nyaman, kita tidak akan seproduktif saat berada di luar zona nyaman. [59] Berusahalah mencari pengalaman baru dan melakukan interaksi dengan orang lain, meskipun rasanya agak menakutkan agar lebih banyak yang bisa Anda capai.
    • Keinginan kita untuk menghindari rasa tidak nyaman dan tidak mau tersinggung bisa berarti menolak fleksibilitas. Akan tetapi, riset telah membuktikan bahwa dengan mengalami kerentanan, termasuk adanya kemungkinan akan terjadi kesalahan, sangatlah penting agar Anda bisa mengalami semuanya dalam menjalani kehidupan. [60]
    • Mulailah dengan berlatih meditasi untuk menenangkan pikiran. Salah satu tujuan dari meditasi ini adalah agar Anda lebih menyadari adanya pola pikir berulang yang mungkin menghalangi kemampuan Anda untuk memahami dan menerima diri sendiri. Carilah kelas meditasi terdekat atau carilah informasi tentang teknik meditasi yang paling sesuai untuk Anda. [61]
    Iklan

Tips

  • Hormatilah orang lain.
  • Jadilah diri sendiri agar orang lain melihat siapa diri Anda yang sebenarnya.
  • Setiap pagi sebelum Anda pergi dari rumah, sempatkan diri bercermin dan berikan pujian untuk diri sendiri. Anda bebas memuji apa saja, “bajumu bagus” juga boleh. Anda akan melangkah dengan lebih percaya diri dan merasa bahagia!
  • Segera akui kesalahan Anda jika Anda berbuat salah kepada orang lain.
  • Mungkin dibutuhkan waktu bertahun-tahun sampai Anda bisa memahami cara mengenal diri sendiri dan mengetahui aspek kehidupan Anda yang harus diperbaiki. Bersabarlah!
  • Berikan kesempatan ke dua untuk orang lain dan diri sendiri.
  • Perlakukan orang lain seperti Anda sendiri ingin diperlakukan.
  • Menjadi sukarelawan bisa menjadi kesempatan untuk melayani dan memperluas wawasan. Berikan hadiah yang paling berarti bagi komunitas Anda dengan membagikan waktu dan perhatian Anda.
Iklan

Referensi

  1. Lloyd, A. (2015). Beyond Willpower: The Secret Principle to Achieving Success in Life, Love, and Happiness. New York: Harmony.
  2. Rafanell, I. (2013). Micro-situational Foundations of Social Structure: An Interactionist Exploration of Affective Sanctioning. Journal for the Theory of Social Behaviour, 43(2), 181–204. http://doi.org/10.1111/jtsb.12012
  3. https://www.psychologytoday.com/blog/dont-delay/201004/are-your-goals-value-congruent
  4. http://www.mindtools.com/pages/article/newTED_85.htm
  5. Ciarrochi, J, & Bailey, A. (2008). A CBT-practitioner’s guide to ACT: How to bridge the gap between cognitive behavioral therapy and acceptance and commitment therapy. Oakland: New Harbinger. P. 12
  6. Burke, P. J., & Stets, J. E. (2009). Identity Theory (1 edition). Oxford ; New York: Oxford University Press.
  7. Segregation Ruled Unequal, and Therefore Unconstitutional. (n.d.). Retrieved April 14, 2015, from http://www.apa.org/research/action/segregation.aspx
  8. Putra, I. E. (2014). The role of ingroup and outgroup metaprejudice in predicting prejudice and identity undermining. Peace and Conflict: Journal of Peace Psychology, 20(4), 574–579. ]
  9. http://news.stanford.edu/news/2005/june15/jobs-061505.html
  1. https://www.psychologytoday.com/blog/notes-self/201308/how-set-goals
  2. http://www.emeraldinsight.com/doi/abs/10.1108/13527590210442258
  3. https://www.psychologytoday.com/blog/notes-self/201308/how-set-goals
  4. Read, B. (2011). Britney, Beyonce, and Me--Primary School Girls’ Role Models and Constructions of the “Popular” Girl. Gender and Education, 23(1), 1–13.
  5. http://www.rawstory.com/2014/12/neil-degrasse-tyson-children-shouldnt-be-looking-up-to-role-models-theyre-overrated/
  6. http://greatergood.berkeley.edu/article/item/how_self_compassion_beats_rumination
  7. http://self-compassion.org/exercise-2-self-compassion-break/
  8. https://www.psychologytoday.com/blog/making-change/201107/how-stop-the-self-criticism-and-feel-better-about-you
  9. https://www.psychologytoday.com/blog/making-change/201107/how-stop-the-self-criticism-and-feel-better-about-you
  10. https://www.psychologytoday.com/blog/inviting-monkey-tea/201304/stop-shoulding-yourself-death-0
  11. Neff, K. (2011). Self-Compassion: The Proven Power of Being Kind to Yourself (1 edition). New York: William Morrow.
  12. Krause, N., & Hayward, R. D. (2015). Social perspectives: Support, social relations, and well-being. In P. A. Lichtenberg, B. T. Mast, B. D. Carpenter, J. Loebach Wetherell, P. A. (Ed) Lichtenberg, B. T. (Ed) Mast, … J. (Ed) Loebach Wetherell (Eds.), APA handbook of clinical geropsychology, Vol. 1: History and status of the field and perspectives on aging. (pp. 259–299). Washington, DC, US: American Psychological Association.
  13. http://news.stanford.edu/news/2013/august/prejudice-cultural-activity-082213.html
  14. http://www.apa.org/topics/anger/control.aspx
  15. Hanh, T. (2001). Anger. Riverhead Books.
  16. http://greatergood.berkeley.edu/topic/forgiveness/definition#why_practice
  17. http://greatergood.berkeley.edu/article/item/overcome_barriers_forgiveness
  18. http://greatergood.berkeley.edu/article/item/nine_steps_to_forgiveness
  19. http://greatergood.berkeley.edu/article/item/nine_steps_to_forgiveness
  20. http://www.thepowerofforgiveness.com/understanding/index.html
  21. http://greatergood.berkeley.edu/topic/gratitude/definition#why_practice
  22. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0005796705000392
  23. http://greatergood.berkeley.edu/article/item/love_honor_thank/
  24. http://greatergood.berkeley.edu/article/item/pay_it_forward
  25. http://greatergood.berkeley.edu/article/item/tips_for_keeping_a_gratitude_journal
  26. http://greatergood.berkeley.edu/article/item/10_steps_to_savoring_the_good_things_in_life
  27. Waal, F. de. (2010). The Age of Empathy: Nature’s Lessons for a Kinder Society (1 edition). New York: Broadway Books.
  28. Gallagher, S., & Meltzoff, A. N. (1996). The Earliest Sense of Self and Others: Merleau-Ponty and Recent Developmental Studies. Philosophical Psychology, 9(2), 211–33.
  29. http://greatergood.berkeley.edu/topic/empathy/definition#what_is
  30. http://news.harvard.edu/gazette/story/2012/11/meditations-positive-residual-effects/
  31. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3176989/
  32. http://www.mitpressjournals.org/doi/abs/10.1162/jocn.2007.19.1.42#.VTrBCSFViko
  33. http://greatergood.berkeley.edu/article/item/chaning_our_minds
  34. http://greatergood.berkeley.edu/article/research_digest/do_our_brains_think_some_people_deserve_to_suffer/
  35. http://news.stanford.edu/news/2013/august/prejudice-cultural-activity-082213.html
  36. Reed, R. (2013). A Lacanian Ethics of Non-Personal Responsibility. Pastoral Psychology, 62(4), 515–531.
  37. http://greatergood.berkeley.edu/article/item/materialism_gratitude_happiness
  38. Sparrow, T. (2011). Ecological Necessity. Thinking Nature, 1. Retrieved from http://issuu.com/naughtthought/docs/ecological_necessitybytomsparrow
  39. http://psycnet.apa.org/psycinfo/1993-16069-001
  40. http://psycnet.apa.org/psycinfo/1993-16069-001
  41. http://greatergood.berkeley.edu/topic/altruism/definition#what_is
  42. http://greatergood.berkeley.edu/article/item/happiness_for_a_lifetime
  43. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2851803/?report=abstract
  44. Burgo, J. (2012). Why Do I Do That?: Psychological Defense Mechanisms and the Hidden Ways They Shape Our Lives. Chapel Hill, NC: New Rise Press.
  45. Fina, A. D., Schiffrin, D., & Bamberg, M. (Eds.). (2006). Discourse and Identity (1 edition). Cambridge, UK ; New York: Cambridge University Press.
  46. http://greatergood.berkeley.edu/article/item/five_foolproof_ways_to_feel_more_joy_in_2015
  47. http://greatergood.berkeley.edu/article/item/just_one_thing_feel_whole
  48. http://greatergood.berkeley.edu/article/item/eight_ways_to_find_more_meaning_work
  49. http://greatergood.berkeley.edu/article/item/tips_for_keeping_a_gratitude_journal/
  50. http://psychclassics.yorku.ca/Yerkes/Law/
  51. https://www.ted.com/talks/brene_brown_on_vulnerability/transcript?language=en
  52. Gunaratana, B. H. (2011). Mindfulness in Plain English: 20th Anniversary Edition (20th Anniversary Edition edition). Boston Mass.: Wisdom Publications.

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 71.017 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan