Unduh PDF Unduh PDF

Keluarga yang sehat bisa menyemangati Anda di masa sulit, memberikan dukungan terhadap cita-cita, dan mendorong Anda untuk menjadi sosok terbaik. Orang-orang yang memiliki keluarga yang sehat dan erat biasanya lebih bahagia, tidak memiliki banyak masalah kesehatan, dan panjang umur. [1] Namun, untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan seperti ini, Anda harus bisa menjalin hubungan yang akrab dengan keluarga. Jika Anda bersikap kasar kepada keluarga dan tidak mengetahui cara menghentikan sikap tersebut, inilah waktunya untuk mengambil langkah yang tepat untuk memperbaiki sikap dan berusaha bersikap lebih baik demi kebaikan dan kebahagiaan semua orang.

Metode 1
Metode 1 dari 3:

Memilih Sikap Positif

Unduh PDF
  1. Jika memaki atau membentak dengan menaikkan suara sudah menjadi kebiasaan di keluarga, inilah waktunya bagi Anda untuk mengubah perilaku tersebut demi keluarga. Kekerasan verbal dan fisik dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, termasuk memaki, berteriak, mencaci, memukul, menampar, atau merendahkan seseorang. [2] Alih-alih membuat pertengkaran atau argumen memanas, bicaralah dengan nada suara yang tenang dan sampaikan opini atau pandangan Anda, tanpa memaki atau berteriak.
    • Alih-alih menyerang orang lain secara pribadi, Anda bisa mengatakan, misalnya, “Aku tidak suka saat kamu masuk ke kamarku dan membaca buku harianku. Itu adalah pikiran pribadiku dan aku ingin merahasiakannya."
    • Anggota keluarga yang lebih tua harus bisa menjadi contoh. Makin sering Anda memaki dan berteriak di rumah, makin besar kemungkinan anak-anak akan mengikuti perilaku tersebut. [3]
    • Jika Anda masih berusia cukup muda dan salah satu orang tua di keluarga Anda sering membentak dan berteriak, perilaku tersebut tidak lantas menjadi hal yang benar untuk dilakukan. Tetaplah tenang dan bicaralah kepada anggota keluarga yang lain.
    • Mengatakan hal-hal seperti “Tenanglah” atau “Itu bukan masalah besar” mungkin membuat seseorang makin marah. Coba lihat situasi dari sudut pandangnya dan hal yang membuatnya marah, alih-alih mengabaikan atau menyepelekan perasaannya.
  2. Jika Anda sering merasa marah, penting bagi Anda untuk mulai memahami kemarahan yang dirasakan dan berusaha mengurangi/meredakannya saat Anda terlibat dalam masalah. Terus menerus merasa marah dapat memengaruhi Anda, baik secara fisik maupun mental. Dalam jangka panjang, kemarahan yang tak terkendali bisa memicu insomnia, tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, dan depresi. [4] Jujurlah kepada diri sendiri dan pikirkan hal yang membuat Anda marah, kemudian cari solusi dan bangun kompromi, alih-alih mengamuk atau marah.
    • Sebagai contoh, jika orang tua meminta Anda menaikkan nilai-nilai di sekolah dan Anda merasa marah, pikirkan apa yang memicu kemarahan tersebut. Apakah Anda marah karena diminta oleh orang tua untuk melakukan sesuatu, atau justru marah karena mengalami kendala di sekolah dan membutuhkan bantuan? Lagi pula, apa yang diminta oleh mereka adalah demi kebaikan Anda sendiri.
    • Hilangkan perasaan negatif yang membuat Anda merasa berhak atas segala sesuatu. Jangan selalu terpaku pada pikiran seperti “Ini tidak adil!” atau merasa kesal saat sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan. Pikiran dan emosi seperti ini hanya akan membuat kemarahan Anda makin menjadi seiring berjalannya waktu. [5]
    • Jangan memendam perasaan atau emosi hanya karena Anda ingin terlihat ramah atau sopan. Jika ada sesuatu yang memang menyinggung atau mengganggu pikiran Anda, bicaralah dengan sopan dan jujur. Jika tidak, Anda justru akan menekan kekesalan dan suatu saat, kemarahan atau emosi tersebut dapat meledak. [6]
  3. Kegiatan fisik membantu melepaskan endorfin pada otak yang membuat Anda merasa lebih bahagia. [7] Jika Anda sering merasa marah, ada kemungkinan Anda kurang sering melakukan aktivitas fisik. Bergabunglah dengan tim atau klub olahraga, atau jalani kegiatan hobi yang mencakup latihan fisik.
    • Untuk anak-anak atau remaja, bergabunglah dengan tim olahraga di sekolah atau pusat komunitas kota/daerah.
    • Jika Anda berusia lebih tua, pilih hobi seperti haiking, memanjat gunung, bersepeda, atau joging.
    • Keterlibatan besar Anda dalam kegiatan hobi atau olahraga juga memungkinkan Anda untuk “menjauh” dari keluarga sehingga Anda memiliki kesempatan untuk mengapresiasi kehadiran mereka.
  4. Dikenal pula sebagai “aturan emas” atau " golden rule ", hal ini merupakan pandangan yang umum di berbagai agama dan budaya. [8] Ingatlah saat orang-orang bersikap kasar, tak acuh, atau mencoba merendahkan Anda di masa lalu dan coba bangkitkan kembali emosi yang dirasakan pada saat tersebut. “Latihan” ini membantu Anda memahami anggota-anggota keluarga yang lain dan apa yang mereka rasakan saat Anda bersikap kasar kepada mereka.
    • Ingatlah saat seseorang di sekolah mengolok-olok Anda di depan banyak orang. Ada kemungkinan Anda akan merasa direndahkan, malu, dan tertekan. Sadarilah bahwa itulah yang anggota-anggota keluarga Anda rasakan saat Anda membentak atau berteriak kepada mereka di depan banyak orang.
    • Jika Anda memperlakukan orang lain dengan buruk, orang lain pun akan memperlakukan Anda dengan cara yang sama.
  5. Jika Anda memiliki pandangan buruk mengenai orang-orang di keluarga dan Anda memendam kekesalan terhadap mereka, akan sulit bagi Anda untuk membuang pola pikir negatif dan melihat semua hal positif yang mereka lakukan. Pikirkan semua pengorbanan yang mereka pernah lakukan agar Anda bahagia, atau saat Anda semua merasa bahagia dengan kehadiran satu sama lain, alih-alih terpaku pada momen-momen negatif.
    • Jika Anda adalah seorang remaja, pikirkan semua hal yang orang tua telah berikan, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, kasih sayang, dan kesempatan untuk mengenyam pendidikan. Jika Anda adalah orang tua, pikirkan kebahagiaan yang dirasakan saat kali pertama memiliki anak dan cobalah tunjukkan pemahaman yang lebih besar.
    • Metode lain yang bisa diikuti adalah membayangkan apa yang dirasakan jika Anda kehilangan anggota keluarga yang selama ini dipandang buruk. Hal ini bisa membuat Anda mengapresiasinya lebih baik. [9]
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 3:

Melakukan Kebaikan

Unduh PDF
  1. Untuk anak-anak atau remaja, coba kerjakan tugas di rumah, atau bantu orang tua atau kakak mengerjakan hal-hal seperti membuang sampah atau mencuci piring. Sebagai orang dewasa, berusahalah untuk menciptakan lingkungan yang positif bagi keluarga. Anda bisa mempersiapkan makanan, membeli bunga untuk mencerahkan suasana, atau memperbaiki beberapa hal di rumah untuk meningkatkan kualitas hidup setiap orang.
    • Sampah atau barang-barang yang berantakan dapat memicu stres dan ketegangan. Pastikan Anda merapikan barang-barang yang berantakan dan membersihkan rumah agar suasana hati setiap anggota keluarga menjadi lebih baik. [10]
  2. Dengan memberikan hadiah kejutan bagi anggota keluarga, Anda bisa menaikkan semangatnya dan memperbaiki suasana hatinya. Beli sesuatu yang ia sukai (atau hal yang ia inginkan). Hadiah yang memiliki nilai sentimental dapat mengingatkannya akan kepedulian dan apresiasi Anda.
    • Beberapa saran hadiah yang Anda bisa berikan mencakup cokelat, bunga, permainan video baru, alat musik, atau acara televisi kesayangan (dalam format Blu-ray).
    • Jika Anda tidak memiliki banyak dana, Anda bisa membuat kartu, menuliskan catatan, melukis sesuatu, atau memetik bunga dari kebun.
  3. Saat Anda melakukan kesalahan, penting bagi Anda untuk meminta maaf. Alih-alih membiarkan situasi begitu saja, dekati anggota keluarga yang Anda sakiti dan mintalah maaf darinya. Jangan pikirkan tindakan yang Anda lakukan atau pembenaran atas perbuatan tersebut. Fokuskan diri pada dampak tindakan Anda terhadap perasaannya. Ambil tanggung jawab pribadi atas tindakan Anda dan jangan menyalahkan orang lain.
    • Anda bisa mengatakan, misalnya, “Aku minta maaf karena lupa membiarkan anjing peliharaan kita berada di luar rumah. Itu kesalahanku dan aku tidak akan mengulanginya lagi."
  4. Setiap orang pasti pernah mengalami masa sulit dan membutuhkan dukungan. Salah satu tempat terbaik untuk mendapatkan dukungan adalah keluarga. Coba pahami situasi dari sudut pandangnya dan pertimbangkan perasaannya, serta apa yang membuatnya merasa demikian. Berikan dukungan apa sebisa mungkin, tetapi jangan memaksanya. Buatlah ia sadar bahwa Anda ada untuknya kapan pun ia siap untuk bercerita.
    • Jika Anda adalah orang tua, jangan bersikap tak acuh atau mengatakan, misalnya, “Ah, lupakan saja!” kepada anggota keluarga yang lebih muda. Meskipun masalahnya tampak sepele, Anda bisa membuatnya sangat tertekan.
    • Untuk anak-anak atau remaja, coba dukung anggota keluarga yang lebih tua pada masa sulit dengan membantunya mengerjakan tugas rumah dan menunjukkan kebaikan kepadanya.
    • Tunjukkan sikap terbaik saat orang tua sedang bekerja keras atau seseorang di rumah sedang sakit.
    • Jika anggota keluarga yang masih kecil membutuhkan saran, berikan kehadiran Anda untuknya.
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 3:

Berkomunikasi dengan Keluarga

Unduh PDF
  1. Orang-orang yang tinggal dalam lingkungan keluarga yang sehat dan bahagia memiliki pola komunikasi yang baik. Agar bisa berkomunikasi dengan baik, semua orang harus bersikap terbuka, jujur, dan sopan kepada satu sama lain. Ceritakan berbagai hal, dari kabar keseharian hingga cita-cita di masa mendatang agar Anda dan anggota-anggota keluarga lain bisa saling mengenal. Jika Anda tidak menyukai sesuatu yang seseorang lakukan, beri tahu hal tersebut dengan sopan. Makin sering Anda berkomunikasi, Anda tidak perlu sering menebak apa yang ada di pikiran orang lain karena ia bisa dengan nyaman menceritakannya kepada Anda.
    • Awali dengan mengatakan, "Apa kabar?" saat Anda pulang ke rumah dan bertemu keluarga.
    • Anda bisa mengemukakan ketidaksepakatan dengan mengatakan, misalnya, “Jimi, aku tahu kamu senang bermain gim, tetapi coba batasi waktu bermainmu menjadi tiga jam sehari. Waktu bermainmu mengganggu jadwal mengerjakan tugasmu, dan ini tidak baik."
    • Jangan ragu menceritakan hal yang sebenarnya kepada orang tua jika Anda melakukan kesalahan. Jika mereka mengetahuinya dan Anda tidak menceritakannya sejak awal, konsekuensi yang didapatkan mungkin lebih serius.
  2. Dengan mendengarkan seseorang dan secara tulus memahami masalahnya, Anda bisa mempererat hubungan dengan orang lain. Sayangnya, banyak orang tidak pernah belajar cara mendengarkan orang lain secara tulus dan serius. Untuk mendengarkan secara aktif, Anda perlu memberikan waktu bagi lawan bicara untuk bercerita, mengakui dan menerima masalah dan emosinya, serta mencoba menawarkan umpan balik yang bermakna. [11]
    • Diam terkadang merupakan cara terbaik yang bisa dilakukan untuk membuat seseorang mengakui kesalahannya. Biasanya, orang-orang bisa menyelesaikan masalahnya secara verbal saat menjelaskan sesuatu.
    • Jangan bersikap menghakimi saat seseorang mengakui sesuatu. Sikap tersebut membuat orang lain enggan bersikap terbuka atau jujur kepada Anda di masa mendatang. [12]
  3. Lebih baik Anda berbicara kepada orang lain di lain waktu setelah merasa lebih tenang. Salah satu cara terbaik menghindari argumen adalah menjauhkan diri atau mengakhiri obrolan yang memicu kemarahan. Jauhkan diri atau akhiri interaksi secara nonkonfrontatif dan katakan bahwa Anda akan berbicara kembali dengannya nanti. Dengan demikian, Anda memiliki kesempatan untuk menenangkan diri dan memikirkan situasi yang ada. [13]
    • Anda bisa mengatakan, "Aku perlu menenangkan diri sekarang, tetapi aku ingin kita membahas hal ini nanti. Apakah kamu keberatan jika kita kembali membahasnya satu jam lagi?"
    • Pastikan Anda membahas kembali masalah yang ada setelah merasa lebih tenang. Jangan menghindarinya begitu saja. Jika tidak, Anda justru akan merasa kesal atau kecewa.
  4. Sebagai anak-anak atau remaja, ada berbagai aturan dan regulasi yang harus diikuti. Orang dewasa memiliki pengalaman hidup yang lebih banyak dan kemungkinan mengetahui lebih banyak mengenai situasi yang ada dibandingkan Anda. Berbicara dalam nada sinis, sarkastis, tak acuh, atau marah bukanlah hal yang sopan, dan orang tua akan marah karenanya. Anak-anak dan remaja harus belajar dari kesalahan orang dewasa dan mencoba menyerap sebanyak mungkin informasi.
    • Berbicara dalam cara yang negatif justru membangun lingkungan negatif yang akan melukai atau berdampak buruk kepada Anda dalam jangka panjang.
  5. Sebagai remaja atau anak-anak, sadari bahwa apa yang dilakukan oleh anggota-anggota keluarga yang lebih tua adalah demi kebaikan Anda, meskipun pada awalnya Anda tidak menangkap kesan seperti itu. Prioritas mereka adalah menjaga agar Anda tetap aman, bahagia, dan sukses, dan hal ini mencakup “paksaan” untuk melakukan hal-hal yang mungkin Anda tidak sukai. Sebagai orang dewasa, ingatlah untuk menetapkan panduan/arahan bagi para anggota keluarga yang masih muda, tetapi pastikan Anda juga mau memahami mereka. Anda tidak harus bersahabat baik dengan mereka, tetapi pahami bahwa mereka pun memiliki jangkauan emosional yang serupa, bahkan jika emosinya dipicu oleh hal-hal yang berbeda. Meskipun masalah yang mereka hadapi terkesan konyol, ketakutan, depresi, kecemasan, dan kemarahan adalah emosi-emosi yang juga bisa dirasakan oleh anak-anak atau remaja. [14]
    Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 2.798 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan