Unduh PDF Unduh PDF

Pada saat tertentu dalam hidup, dokter akan meminta Anda menyediakan sampel kotoran. Prosedur ini dapat digunakan untuk mendiagnosis berbagai penyakit gastrointestinal (yang berhubungan dengan lambung dan usus) serius, termasuk parasit, virus, bakteri, dan bahkan kanker. [1] Meskipun terasa tidak nyaman, pemeriksaan melalui kotoran dapat memastikan bahwa kesehatan tubuh berada pada kondisi yang optimal.

Bagian 1
Bagian 1 dari 2:

Menyiapkan Pengambilan Sampel

Unduh PDF
  1. Sampel kotoran harus berbentuk padat sehingga hindarilah penggunaan obat-obatan tertentu sebelum mengambilnya. Obat-obatan yang dimaksud yaitu apa pun yang dapat melunakkan kotoran, misalnya Pepto Bismol, Maalox, minyak mineral, antasid, dan Norit. Selain itu, tundalah pengambilan sampel kotoran jika baru saja menelan Barrium Swallow , yaitu senyawa berbahan logam yang digunakan untuk melihat kelainan pada esofagus dan perut pada saat melakukan prosedur sinar X. [2]
  2. Dokter akan menyediakan peralatan yang diperlukan untuk mengambil sampel kotoran, termasuk wadah untuk menyimpannya. Tanyakan mengenai prosedur pengambilan sampel kotoran dan apakah Anda akan mendapatkan “topi” toilet. Ikuti instruksi dokter dan bacalah semua petunjuk yang terdapat pada peralatan yang diterima dengan cermat.
    • Ingatlah bahwa air jamban, urine, tisu toilet, dan sabun dapat merusak sampel kotoran sehingga pastikan mendapatkan cara untuk melindungi kotoran agar tidak terkontaminasi oleh hal-hal tersebut. Aturlah cara untuk menangkap sampel kotoran terlebih dahulu. [3]
  3. Topi toilet adalah alat plastik yang berbentuk seperti namanya, dan digunakan untuk menangkap feses agar tidak terkena air jamban. Tanyakan apakah dokter menyediakannya, karena alat ini akan membuat proses pengambilan kotoran menjadi lebih mudah. Ukuran topi toilet akan sesuai dengan bagian atas dudukan toilet.
    • Untuk meletakkan topi toilet pada tempatnya, angkatlah dudukan toilet, lalu taruh topi di atas jambangan, dan tutup kembali dudukannya. Posisikan diri di atas bagian jambangan yang ditutupi topi toilet.
  4. Jika dokter tidak menyediakan topi toilet, jambangan dapat pula ditutupi menggunakan plastik pembungkus. Untuk menggunakan plastik pembungkus, angkatlah dudukan toilet dan letakkan plastik membentang di atas jambangan. Tutuplah dudukan toilet di atas plastik pembungkus untuk membantu menguncinya.
    • Plastik juga dapat direkatkan pada sisi jambangan guna perlindungan tambahan.
    • Doronglah plastik agar membentuk cekungan kecil untuk tempat mengumpulkan sampel sebelum melakukan buang air besar. [4]
  5. Sebagai alternatif terakhir, kertas koran berukuran besar dapat pula digunakan untuk mengumpulkan sampel kotoran. Untuk menggunakannya, angkatlah dudukan toilet dan letakkan kertas koran membentang di atas jambangan, kemudian tutup kembali dudukan toilet untuk menguncinya.
    • Koran juga dapat direkatkan pada sisi jambangan agar tidak bergeser dari tempatnya.
    • Selain itu, doronglah bagian tengah koran ke bawah guna membuat tempat untuk mengumpulkan sampel. [5]
  6. Pastikan untuk buang air kecil terlebih dahulu sehingga sampel tidak terkontaminasi. Tutupi toilet dengan plastik pembungkus atau topi toilet, baik di rumah maupun di tempat praktik dokter. Teliti apakah semua sampel telah terkumpul dan tidak terkena air jamban.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 2:

Menangani Sampel

Unduh PDF
  1. Bukalah salah satu pot tinja yang diberikan dokter. Seharusnya terdapat alat berbentuk sekop kecil yang disematkan pada tutup pot. Gunakan sekop kecil tersebut untuk mengeduk sedikit kotoran ke dalam pot. Cobalah untuk mengambil kotoran dari kedua ujung dan bagian tengahnya.
    • Ukuran sampel yang dibutuhkan akan berbeda-beda tergantung pada tes yang dilakukan. Dokter terkadang akan memberikan pot tinja dengan garis merah dan cairan di dalamnya. Anda diharuskan memasukkan cukup banyak kotoran ke dalam pot agar tinggi cairan meningkat hingga mencapai garis merah. Jika tidak, usahakan mengambil sampel dengan ukuran kira-kira sebesar buah anggur.
  2. Buanglah isi topi toilet/plastik pembungkus ke dalam jamban. Siramlah kotoran pada jamban, lalu buang topi toilet/plastik pembungkus dan sampah lainnya ke dalam plastik sampah. Ikat simpul plastik sampah, dan letakkan pada tempat yang jauh dari jangkauan penciuman Anda.
  3. Sampel harus segera dikembalikan kepada dokter jika memungkinkan. Jika tidak, sampel harus disimpan di dalam kulkas. Masukkan pot berisi kotoran ke dalam plastik segel dan masukkan ke dalam kulkas. Berikan label yang memuat nama, tanggal, dan waktu pengambilan sampel. Pertimbangkan untuk menggunakan plastik buram (tidak tembus cahaya) agar orang lain tidak dapat melihat isi pot tinja. [6]
  4. Anda tidak boleh menunda pengembalian sampel kepada dokter selama lebih dari 24 jam dengan alasan apa pun. Bakteri pada kotoran akan tumbuh dan berkembang. Dokter pada umumnya akan meminta sampel dikembalikan dalam waktu dua jam untuk mendapatkan hasil yang akurat. [7]
    • Ikuti perkembangan dengan dokter untuk mengetahui hasil pemeriksaan sampel kotoran.
    Iklan

Tips

  • Untuk alasan kebersihan, pakailah sarung tangan lateks saat mengumpulkan sampel. [8]
  • Prosedur rectal swab terkadang dianggap sebagai alternatif yang lebih praktis dan mudah daripada pengambilan sampel kotoran. Namun, terdapat beberapa pertanyaan yang terkait pada tingkat keberhasilan metode ini dalam mendeteksi beberapa masalah kesehatan. Ikuti anjuran yang diberikan oleh dokter. [9]
Iklan

Peringatan

  • Cairan yang terdapat pada alat pengumpul sangat beracun. Cucilah tangan secara menyeluruh ketika selesai mengumpulkan sampel dan jangan minum cairan tersebut .
Iklan

Hal yang Anda Butuhkan

  • Peralatan pengumpul sampel dari dokter
  • ”Topi” toilet plastik
  • Laksatif (opsional, jika mengalami konstipasi)
  • Plastik sampah
  • Sabun dan air untuk mencuci tangan ketika proses selesai

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 14.313 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan