Unduh PDF Unduh PDF

Mengakhiri hubungan dengan seseorang yang sudah bertahun-tahun mengisi hati Anda tentunya tidak mudah. Setelah berpisah, selalu ada masa ketika Anda merasa perlu berbicara kepada mantan pasangan, entah karena ingin menjaga hubungan baik pascaperpisahan, atau justru ingin membangun batasan yang lebih jelas dan menjaga jarak dengannya. Jika hubungan pernikahan kalian sudah dikaruniai anak, sering kali Anda juga merasa perlu menghubunginya untuk membicarakan pendidikan dan kebutuhan anak-anak. Mungkin juga Anda menganggap perpisahan ini adalah keputusan terburuk yang pernah Anda ambil dan ingin memperbaiki hubungan dengannya. Apa pun itu, luangkan waktu untuk benar-benar memikirkan alasan Anda berikut segala konsekuensinya. Baca terus artikel ini untuk mengetahui langkah-langkah yang bisa membantu Anda melewati proses berkomunikasi kembali dengan mantan pasangan.

Metode 1
Metode 1 dari 4:

Memikirkan Alasan yang Tepat

Unduh PDF
  1. Jutaan alasan mungkin akan muncul seketika di benak Anda. Namun, sebelum terburu-buru bertindak, pahamilah bahwa ada banyak hal yang perlu terlebih dahulu Anda pertimbangkan sebelum melakukannya. Apakah Anda ingin berbicara kepadanya karena kalian sudah terlalu lama tidak berkomunikasi? Apakah Anda justru merasa hubungan kalian masih terlalu dekat dan ingin mulai menjaga jarak? Atau apakah ini ada hubungannya dengan anak Anda? Pastikan Anda sudah benar-benar memikirkan alasan yang paling tepat sebelum memutuskan. [1]
  2. Hubungan Anda berakhir bukan tanpa alasan. Pada satu titik, seharusnya Anda justru merasa hidup Anda jauh lebih baik daripada sebelumnya. Terus-menerus mengeluh dan membuka luka lama tidak akan membantu menyelesaikan apa pun, pun tidak akan melancarkan niat Anda untuk menjaga hubungan baik dengan mantan pasangan. [2]
    • Jika hubungan kalian sudah dikarunai anak, pertimbangkan efek kebiasaan mengeluh terhadap anak Anda. Tentunya Anda tidak ingin anak Anda merasa memiliki orang tua yang buruk karena terlampau sering mengeluh, bukan?
  3. Jangan bertele-tele. Jika ada sesuatu yang ingin Anda sampaikan kepada mantan pasangan, sampaikan dengan gamblang. Jangan memberikan sinyal-sinyal yang mungkin akan berujung pada kesalahpahaman. Jelaskan segala batasan yang Anda buat (seperti boleh mengirim SMS/tidak, boleh menelepon/tidak, boleh bertemu/tidak, dsb.). [3]
  4. Apakah Anda sedang malas berhubungan serius dengan seseorang dan hanya mencari kepuasan seksual? Jika ini terjadi, mantan pasangan mungkin adalah kandidat yang paling tepat, terutama karena kemungkinan besar dia juga masih menyimpan rasa kepada Anda. Menjalin hubungan baru dengan mantan pasangan tanpa menyusun batasan yang jelas hanya akan mematahkan hati Anda lagi suatu hari nanti. [4]
  5. Ketika diserang kesepian, wajar jika Anda merasa lebih nyaman berada di dekat sosok yang familier, seperti mantan pasangan. Sesaat, Anda mungkin berpikir bahwa mantan pasangan adalah sosok yang tepat untuk membuat Anda merasa lebih baik. Hati-hati, jangan terlalu bergantung pada mantan pasangan dan menjadikannya tumpuan emosi Anda. Cobalah mencari sosok-sosok lain yang juga bisa Anda jadikan tumpuan, seperti sahabat dan keluarga. [5]
  6. Apa pun keputusan Anda nantinya (berbicara atau tidak berbicara kepada mantan pasangan), selalu ingat bahwa hubungan kalian berakhir karena sebuah alasan. Jika Anda merasa hubungan ini masih bisa diselamatkan, cobalah untuk berpikir lebih realistis. Satu kencan tambahan tidak lantas mengubah pasangan Anda menjadi sosok yang benar-benar baru; janji yang terucap dari kedua belah pihak juga kemungkinan besar hanyalah pepesan kosong. [6]
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 4:

Menjangkau Mantan Pasangan

Unduh PDF
  1. Mungkin ini akan menjadi pertama kalinya kalian bertemu setelah beberapa bulan, atau bahkan beberapa tahun berpisah. Selama itu, mungkin ada banyak hal yang berubah dalam hidup Anda dan hidupnya. Pertimbangkan untuk menghubunginya terlebih dahulu melalui media sosial. Kirim surel atau hubungi mantan pasangan via Facebook, lalu sampaikan hal-hal positif yang terjadi dalam hidup Anda sejak terakhir kali kalian berbicara. Sampaikan segala sesuatunya dengan wajar dan bersahabat, jangan melebih-lebihkan. Berikan kesempatan kepada mantan pasangan untuk menunjukkan reaksinya terhadap pendekatan yang Anda lakukan. [7]
  2. Jika mantan pasangan merespons dan tertarik untuk berkomunikasi lebih lanjut, ajak dia bertemu di lokasi yang bermakna bagi kalian. Ajukan lebih dari satu ide dan mintalah pendapatnya. [8] Jika mantan pasangan berhalangan menemui Anda (mungkin karena lokasi kalian berjauhan), ajak dia berbicara via telepon. Tanyakan kesediaan dan waktu luangnya. Rencanakan segala sesuatunya dari jauh-jauh hari untuk menghindari gagalnya komunikasi akibat jadwal yang padat. [9]
    • Misalnya, adakah kedai kopi atau restoran yang sering kalian datangi? Atau adakah lokasi lain yang menjadi saksi sejarah hubungan kalian? Pilih lokasi-lokasi semacam itu sebagai tempat pertemuan kembali Anda dan mantan pasangan; berkomunikasi di lokasi yang familier dapat membuat kedua belah pihak merasa lebih nyaman.
    • Jika hubungan Anda selalu diwarnai konflik namun Anda terpaksa harus berbicara kepadanya (misalnya mengenai anak), pilih lokasi yang ramai agar kedua belah pihak dapat terbantu untuk mengontrol emosi masing-masing.
    • Skype adalah aplikasi terbaik dan termurah untuk Anda yang ingin berkomunikasi tanpa menemui lawan bicara. Selama kedua belah pihak memiliki komputer, laptop, dan koneksi internet, komunikasi akan tetap berjalan dengan lancar. Salah satu hal menarik mengenai Skype adalah Anda tidak perlu menggunakan kamera jika tidak menginginkannya.
  3. Jika Anda ingin tetap menjalin hubungan baik dengan mantan pasangan, melakukan atau memberikan sesuatu yang bermakna untuknya akan mendorong dia berpikir lebih positif mengenai Anda. Lakukan atau berikan sesuatu yang tidak memberatkan Anda dan bermakna untuknya. Tidak perlu berusaha berlebihan yang justru akan membuat mantan pasangan merasa tidak nyaman. Contoh sederhana yang layak Anda coba adalah memberikan sesuatu yang benar-benar disukainya, seperti edisi terbaru serial Robert Galbraith yang baru terbit. Ini menunjukkan bahwa Anda masih mengingat masa-masa bahagia yang pernah kalian lewati bersama. [10]
    • Mungkin mantan pasangan Anda menyukai bir dengan merek tertentu, atau mungkin dia terbiasa mengoleksi barang-barang yang berhubungan dengan The Beatles. Sesuatu yang sederhana, tidak mahal, namun bermakna adalah hadiah terbaik yang menunjukkan bahwa Anda masih mengingat banyak hal positif mengenai mantan pasangan.
  4. Komunikasi ini terjadi bukan tanpa alasan; salah satunya adalah untuk memperjelas posisi Anda dan mantan pasangan dalam kehidupan satu sama lain. Pastikan Anda benar-benar memahami keinginan Anda, dan menyampaikannya sejelas mungkin kepada mantan pasangan. Jika Anda tetap ingin berteman baik dengannya di kemudian hari, pastikan dia benar-benar memahami batasan tersebut. Jika Anda ingin kembali berhubungan dengannya, sampaikan dengan gamblang. Jika Anda ingin benar-benar memutus tali komunikasi dengan mantan pasangan (kecuali untuk membicarakan hal-hal krusial seperti anak), sampaikan pula dengan gamblang. Kemungkinan besar, selama ini mantan pasangan sedang menerka-nerka keinginan Anda dan akan menanyakannya ketika kalian bertemu. Persenjatai diri Anda dengan segala jawaban yang sekiranya dibutuhkan. [11]
    • Tentukan dengan jelas apa yang Anda inginkan darinya, dan jangan mengubahnya lagi apa pun situasinya. Jika Anda ingin kembali berhubungan dengannya, jelaskan padanya sejak awal komunikasi terjadi. Jika Anda hanya ingin berteman baik dengannya, pastikan dia mengetahuinya sedari awal. Jika permintaan mantan pasangan tidak memenuhi ekspektasi Anda, pertimbangkan untuk mengakhiri komunikasi saat itu juga.
  5. Ingat, hubungan Anda berakhir bukan tanpa alasan. Pascaperpisahan, mantan pasangan Anda mungkin juga mengalami perubahan emosi yang tidak Anda ketahui. Oleh karena itu, Anda perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi reaksi mantan pasangan, seburuk apa pun itu. Mungkin dia menerima Anda dengan baik, mungkin juga dia akan bersikap sangat defensif dan menyerang apa pun yang Anda katakan. Jangan memperburuk situasi yang sudah memburuk, dan jangan mengatakan hal-hal yang nantinya akan Anda sesali. [12]
    • Sebelum bertemu atau berbicara dengan mantan pasangan, pikirkan segala kemungkinan reaksi yang muncul dari pihak mantan. Pikirkan kembali alasan-alasan kemunculan reaksi tersebut, dan siapkan diri Anda untuk memberikan respons yang tepat jika reaksi-reaksi tersebut benar-benar muncul.
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 4:

Memulai Diskusi dengan Mantan Pasangan

Unduh PDF
  1. Setiap orang memiliki gaya berkomunikasi yang berbeda, dan gaya berkomunikasi tersebut akan sangat memengaruhi pemahaman lawan bicara (dalam hal ini, mantan pasangan Anda). Dengan mengenali gaya berkomunikasi Anda, setidaknya Anda akan terbantu untuk menganalisis sejauh mana lawan bicara mampu memahami maksud Anda. Selain akan meminimalkan kesalahpahaman dan konflik, ini juga akan membantu Anda untuk mengubah gaya berkomunikasi jika gaya yang terdahulu dianggap tidak membantu pemahaman pasangan. [13] Contohnya: Di satu sisi, gaya berkomunikasi Anda adalah jujur, lugas, dan apa adanya. Namun, di sisi lain, mantan pasangan Anda adalah sosok yang sangat tertutup, pemalu, dan sensitif. Untuk itu, tentunya Anda harus sedikit “menghaluskan” gaya berkomunikasi anda, setidaknya di awal proses komunikasi.
    • Komunikator yang afiliatif cenderung gemar berkolaborasi dengan orang lain. Dengan kata lain, ketika membuat keputusan, mereka cenderung akan meminta pendapat banyak orang terlebih dahulu. Ini artinya, mereka memiliki kemampuan yang sangat baik dalam mendengarkan pendapat lawan bicara, dan akan mempertimbangkan pendapat tersebut sebelum membuat keputusan.
    • Komunikator yang kompetitif cenderung merasa lebih berkuasa dan dominan daripada lawan bicaranya. Mereka gemar membuat keputusan sendiri tanpa mempertimbangkan pendapat orang lain. Mereka cenderung lebih tegas (namun tidak agresif), lugas, dan terkadang menantang orang lain yang memiliki pendapat berbeda.
    • Komunikator yang lugas cenderung malas berbelit-belit. Mereka mengatakan segala sesuatunya sesuai fakta, apa adanya, dan tidak bertele-tele. Jika menginginkan sesuatu yang spesifik, mereka akan mengatakannya kepada Anda. Jika Anda melakukan sesuatu yang tidak mereka sukai, mereka juga akan mengatakannya kepada Anda. Kelugasan ini membuat mereka sangat mudah dipahami oleh lawan bicaranya. Namun buruknya, terkadang komunikator yang lugas dapat terlihat terlalu tegas atau agresif.
    • Sebaliknya, komunikator yang tidak lugas cenderung kesulitan menyampaikan perasaannya, pikirannya, dan kebutuhannya kepada orang lain. Mereka kerap menyampaikan segala sesuatunya secara implisit dan berharap orang lain dapat menjadi serupa cenayang yang mampu memahami tanpa diberi tahu. Berkomunikasi dengan orang semacam ini dapat menjadi sangat membingungkan. Meski terasa kurang agresif, namun kesalahpahaman juga rentan terjadi.
  2. Mendengarkan adalah kunci utama dari segala bentuk komunikasi. Seorang pendengar yang baik dan aktif akan mendengarkan DAN memahami apa pun yang disampaikan lawan bicaranya. Seperti yang Anda ketahui, percakapan Anda akan sangat mudah terusik oleh hal-hal sederhana seperti bunyi telepon genggam, klakson mobil di jalan raya, orang-orang yang sedang mengobrol dengan suara keras, dsb. Gangguan-gangguan ringan nan nyata ini bisa merebut seluruh perhatian Anda dari mantan pasangan dan merusak proses komunikasi. Ada banyak cara yang bisa Anda latih untuk menjadi pendengar yang lebih baik dan aktif. [14]
    • Rangkum dan sampaikan kembali penjelasannya kepada Anda; Anda boleh merangkumnya dengan menggunakan kata-kata yang lebih mudah dimengerti. Dengan menyampaikannya kembali, mantan pasangan akan tahu bahwa Anda mendengarkannya. Dia juga akan tahu bahwa Anda memahami apa yang baru saja dia sampaikan.
      • Contohnya, Anda dapat berkata, “Aku dengar kau ingin membawa anak-anak dua minggu sekali, bukan setiap minggu. Benar begitu?”
    • Jangan menyela. Jika mantan pasangan sedang berusaha menyampaikan sesuatu, tatap matanya lekat-lekat, dan gunakan bahasa tubuh seperti mengangguk agar dia tidak ragu melanjutkan kata-katanya. Biarkan dia menyampaikan apa pun, jangan menyelanya atau memaksanya berhenti tiba-tiba. Ketika Anda melihat mantan pasangan sedang diam dan berpikir, jangan pula menyelanya dan memintanya berbicara segera. Berikan waktu kepadanya untuk berpikir dan menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan.
    • Lontarkan pertanyaan. Jika ada hal-hal yang kurang Anda pahami, jangan malu bertanya. Jika Anda merasa mantan pasangan hanya menyentuh permukaan topik, lontarkan beberapa pertanyaan agar mereka dapat bercerita dengan lebih mendetail.
      • Hindari pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan “ya” atau “tidak” (dikenal dengan istilah close-ended questions ). Cobalah menanyakan hal-hal seperti, “Menurutmu, bagaimana hubungan kita di masa yang akan datang?”.
    • Tunjukkan dukungan terhadap mantan pasangan. Cobalah bersikap lebih empati terhadap hal-hal yang dia sampaikan. Jika situasi yang dijelaskannya terdengar sangat menyulitkan dan membuatnya frustrasi, katakan padanya bahwa Anda merasa situasi itu menyulitkan untuknya. Katakan hal-hal yang dapat membuatnya merasa lebih baik sehingga dia mau lebih terbuka kepada Anda. Jika dia menceritakan masalahnya kepada Anda, berterimakasihlah karena dia mau berbagi cerita dengan Anda.
  3. Hati-hati, terkadang gaya komunikasi dan gaya mendengarkan seseorang justru akan menghalangi lawan bicara menyampaikan maksudnya. Jika salah satu alasan berakhirnya hubungan Anda dan mantan pasangan adalah komunikasi yang buruk, ada baiknya Anda mencoba menerapkan gaya berkomunikasi yang baru atau kalian tidak akan bergerak ke mana-mana. Ada beberapa hal yang sebaiknya tidak Anda lakukan ketika sedang berkomunikasi dengan mantan pasangan. [15]
    • Jangan melontarkan terlalu banyak pertanyaan yang dimulai dengan kata “mengapa” – terutama jika Anda memulai pertanyaan dengan “mengapa kau tidak…”. Pertanyaan-pertanyaan semacam ini cenderung akan membuat seseorang lebih defensif. Akibatnya, kemungkinan besar diskusi Anda akan berubah menjadi perdebatan.
    • Jangan meremehkan perasaan mantan pasangan dengan melarangnya mengkhawatirkan sesuatu. Anda tidak berhak menentukan apa yang boleh atau tidak boleh dia khawatirkan.
    • Jika mantan pasangan terlihat tidak nyaman ketika Anda melontarkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan, segera hentikan. Tidak perlu memaksanya menjelaskan sesuatu yang tidak ingin dia jelaskan. Jika ingin, dia pasti akan menjelaskannya ketika merasa sudah siap.
    • Jangan merasa paling tahu perasaan mantan pasangan. Jangan menyela cerita-ceritanya dengan cerita-cerita kehidupan Anda; misalnya, ketika dia menceritakan sebuah situasi yang membuatnya kesal, jangan merebut panggungnya dan menyelanya dengan cerita serupa yang Anda alami.
  4. Jika sedang mencoba menjelaskan perasaan Anda kepada mantan pasangan, jangan mencecarnya dengan hal-hal buruk yang pernah dilakukannya dan membuat Anda marah. Hindari kalimat seperti, “Kau selalu mengabaikanku”, “Kau tidak pernah meluangkan waktu untukku”, atau “Kau selalu menghabiskan waktu luang dengan teman-temanmu”. Cobalah menyisipkan kata “aku” di setiap kalimat seperti, “Aku merasa kesal karena tidak bisa menghabiskan banyak waktu denganmu”, “Aku sering merasa kau abaikan” atau “Terkadang aku merasa dinomorduakan”. [16] Jangan pula melebih-lebihkan situasi dengan menggunakan kata-kata seperti “selalu” atau “tidak pernah”.
  5. Ingat, Anda tidak selalu benar dan mantan pasangan tidak harus selalu menyetujui kata-kata Anda (begitu pula sebaliknya). Tujuan percakapan ini bukan untuk berdebat, bertengkar, atau memenangkan argumen masing-masing. Tujuan percakapan ini adalah mendiskusikan berbagai topik penting dengan cerdas, positif, dan elegan. Tidak ada istilah menang atau kalah dalam sebuah diskusi, bukan? [17]
    • Bukan berarti Anda sama sekali tidak boleh bereaksi terhadap perasaan atau perkataan mantan pasangan. Tentu saja Anda boleh merasa kesal terhadap apa yang dikatakan atau dipikirkannya. Namun, cobalah untuk selalu berpikir sebelum bertindak; luangkan waktu untuk memikirkan mengapa mantan pasangan mengatakan atau memikirkan hal tersebut, dan tanyakan pada diri Anda sendiri apakah yang dirasakan atau dipikirkannya benar.
  6. Baik Anda atau mantan pasangan adalah manusia biasa. Kalian berdua sama-sama pernah merasa tidak nyaman, kesal, kecewa, dan marah; itu wajar. Memiliki emosi dan pikiran-pikiran tertentu bukanlah suatu kejahatan; namun, yang perlu diingat, tidak semua perasaan, asumsi, dan pendapat Anda layak dilampiaskan kepada orang lain. Anda mungkin memiliki alasan yang benar-benar kuat untuk berpikir dan merasa demikian, terutama jika Anda masih hidup di bawah bayang-bayang pengalaman masa lalu. [18]
    • Apakah Anda pernah diselingkuhi pada hubungan yang lalu-lalu? Mungkin saja salah satu kebohongan yang sering Anda dengar pada waktu itu adalah bekerja larut di kantor, ketika faktanya dia bepergian dengan wanita lain. Jika ini pernah terjadi, Anda mungkin akan langsung berpikir irasional jika pasangan Anda yang sekarang mengaku harus bekerja larut di kantor. Anda akan mengira dia berbohong dan bahkan langsung menuduhnya. Jelaskan kondisi psikologis ini kepada pasangan Anda. Jelaskan dari mana datangnya pemikiran-pemikiran tersebut. Jelaskan pula bahwa Anda tahu dia tidak melakukan apa pun yang mencurangi kepercayaan Anda, namun Anda tetap merasa demikian karena dihantui pengalaman masa lalu.
    • Terkadang, perasaan dan pikiran Anda dapat menjadi kurang rasional. Misalnya, Anda mungkin akan merasa cemburu jika mantan pasangan sudah menjalin hubungan baru dengan orang lain, sekalipun Anda juga tidak ingin kembali berhubungan dengannya. Perasaan tersebut mungkin saja muncul karena dia sudah mencuri sebagian hati Anda. Tidak perlu khawatir jika perasaan tersebut sesekali muncul.
  7. Ingat, komunikasi ini terjadi karena Anda memiliki tujuan spesifik yang harus dicapai kedua belah pihak. Oleh karenanya, sampaikan segala sesuatunya dengan jelas, lugas, jujur, dan tidak bertele-tele. Jelaskan apa yang Anda inginkan – baik dari mantan pasangan, pun dari hubungan kalian. Jelaskan apa yang Anda harapkan dari percakapan tersebut. Jelaskan mengapa Anda merasa demikian. Sadari bahwa Anda pasti memiliki kebutuhan dan harapan, dan itu wajar.
    • Cobalah untuk tetap tenang, jujur, dan menghargai mantan pasangan meski dia menunjukkan reaksi yang negatif. Jika dia akhirnya memperlakukan Anda dengan buruk, atau mengatakan sesuatu yang menyakiti hati Anda, ingatlah bahwa Anda sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan tersebut. Anda bisa melewati semua ini dan akan tetap baik-baik saja. Tidak ada gunanya merendahkan diri dengan membalas kata-kata atau perlakuan kasarnya. Anda akan menyesalinya nanti. [19]
    Iklan
Metode 4
Metode 4 dari 4:

Melupakan Mantan Pasangan

Unduh PDF
  1. Melepaskan seseorang yang sudah mengisi hari-hari Anda selama bertahun-tahun tentunya dapat benar-benar menjungkirbalikkan hidup Anda. Selalu ingatkan diri Anda bahwa ada alasan yang kuat di balik berakhirnya hubungan Anda dan mantan pasangan (meski mungkin Anda kesulitan mengingatnya ketika sedang terlampau bersedih). Berhentilah memperjuangkan hubungan yang tidak bisa membawa kebaikan bagi pihak mana pun. [20]
  2. Berduka dan bersedih adalah emosi normal dalam situasi tersebut. Jangan memaksakan diri untuk melakukan hal-hal yang tidak ingin Anda lakukan. Jika sedang terlalu malas pergi ke kantor, jangan ragu meminta izin kepada atasan untuk beristirahat sejenak di rumah. Jangan khawatir jika Anda mengudap terlalu banyak cokelat untuk mengembalikan suasana hati Anda. Alihkan keinginan menghubungi mantan pada hal-hal lain yang dapat membuat Anda merasa lebih baik. Anda pasti bisa melakukannya! [21]
  3. Percayalah, Anda jauh lebih kuat dari yang Anda kira. Suatu hari nanti, Anda pasti mampu melewati semua cobaan ini dan hidup akan tetap baik-baik saja. Anda mungkin akan terus-menerus memikirkan alasan, pemicu, atau peristiwa yang membuat hubungan Anda berakhir, dan terus-menerus menimbang benar atau tidaknya keputusan tersebut. Terlepas dari kuat atau tidaknya alasan Anda mengakhiri hubungan, yakinlah bahwa itu adalah keputusan terbaik yang bisa Anda ambil dalam situasi tersebut. Tidak perlu mencoba memahami untuk melupakan. Yang perlu Anda lakukan hanyalah melanjutkan hidup secara bertahap; suatu hari nanti Anda pasti akan benar-benar sembuh. [22]
  4. Jangan memaksakan diri untuk melewati segala sesuatunya sendirian. Mintalah bantuan kepada sahabat, keluarga, atau tenaga ahli yang relevan. Sampaikan perasaan Anda dan izinkan diri Anda berduka. Penting bagi mereka untuk tahu bahwa Anda sedang berjuang; percayalah, lebih nyaman rasanya ketika tahu Anda tidak merasa sendirian. Jika kesulitan berbicara kepada mereka, cobalah menuliskan pikiran dan perasaan Anda dalam sebuah buku harian. Jadikan keluarga dan sahabat sebatas teman yang mampu menghindarkan Anda dari rasa kesepian. [23]
  5. Menjalani hari-hari yang kurang produktif dan menyulitkan Anda berpikir jernih mungkin akan membuat Anda merasa letih dan rendah diri. Cobalah mengubah pola pikir Anda. Anggaplah segala kesulitan yang baru saja Anda alami adalah “guru” yang akan membuat Anda semakin kuat di kemudian hari. Yakinkan diri Anda bahwa seburuk apa pun perasaan Anda saat ini, tidak lebih buruk dari yang Anda rasakan ketika masih bersama mantan pasangan. Kondisi Anda membaik. Anda berhasil sembuh, meski belum sepenuhnya. Berikan waktu pada diri Anda untuk sembuh sepenuhnya. [24]
  6. Setelah merasa sudah pulih, kembalilah menjalani aktivitas seperti biasa. Lakukan juga berbagai aktivitas yang bisa Anda nikmati sendirian, seperti berjalan-jalan di sore hari, membaca buku, berendam air hangat, dsb. Jangan ragu berkata “tidak” untuk hal-hal yang memang tidak ingin Anda lakukan. Pastikan pola makan dan pola istirahat Anda juga terjaga dengan baik. [25]
    Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 21.784 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan