Unduh PDF Unduh PDF

Ketidakseimbangan dalam hubungan adalah situasi yang lazim terjadi; bukan hanya dalam hubungan romantis, melainkan juga hubungan pertemanan. Pernahkah Anda merasakannya? Mungkin Anda merasa tidak mendapatkan dukungan emosional dan penghargaan yang sama besarnya dari teman Anda, mungkin pula Anda merasa kurang diperhatikan oleh teman yang sangat Anda pedulikan. Jika situasi tersebut terjadi kepada Anda, kemungkinan besar Anda sedang berteman dengan seseorang yang kurang suportif secara emosional. Ingin tahu lebih lanjut? Baca terus artikel ini!

Metode 1
Metode 1 dari 3:

Mengenali Karakter Teman yang Kurang Suportif secara Emosional

Unduh PDF
  1. Amati sikap dan perilakunya kepada Anda dan teman-temannya yang lain; seseorang yang kurang suportif secara emosional biasanya akan:
    • Kesulitan menjaga rutinitas komunikasi dengan teman-temannya. Kemungkinan besar, dia tidak akan terlalu sering menghubungi Anda.
    • Lebih menyukai hubungan pertemanan yang kasual. Jika dia hanya mau membicarakan hal-hal yang ringan dan kurang mendalam dengan Anda, kemungkinan besar dia hanya menginginkan hubungan pertemanan yang kasual.
    • Menolak berbagi informasi personal. Kemungkinan besar, dia tidak akan mau berbagi informasi yang personal atau rahasia dengan Anda pun teman-temannya yang lain.
  2. Jika Anda selalu menjadi pihak yang mengajaknya bicara atau bepergian (dan dia tidak berbalik melakukannya), tandanya ada yang salah dalam hubungan pertemanan kalian. [1]
    • Jika Anda lebih sering mengawali proses komunikasi, kemungkinan teman Anda sedang mengalami situasi yang depresif atau enggan melibatkan diri secara emosional dengan Anda.
    • Kemungkinan lainnya, teman Anda memang lebih introver dan gemar menyendiri daripada Anda; akibatnya, dia tidak merasa perlu menghabiskan waktu terlalu banyak dengan orang lain. Jika situasinya demikian, tidak perlu terlalu memusingkan atau mengkhawatirkan tindakannya tersebut.
  3. Hubungan pertemanan yang ideal adalah ketika kedua belah pihak mau saling berbagi cerita. Apakah dia selalu menuntut Anda untuk mendengarkan cerita-ceritanya namun menghilang ketika situasinya berbalik? Atau apakah Anda justru merupakan pihak yang terlalu sering menceritakan hal-hal personal tanpa diminta?
    • Pikirkan sebanyak apa hal yang Anda ceritakan kepadanya (begitu pula sebaliknya). Cobalah menyeimbangkan apa yang Anda dengar dan sampaikan.
  4. Anda mungkin akan menyadari bahwa sikap, perilaku, dan karakternya memang menunjukkan bahwa dia kurang suportif secara emosional.
    • Amati apakah kondisi tersebut bersifat sementara atau permanen. Jika ternyata kondisi tersebut hanya bersifat sementara, kemungkinan besar dia sedang depresi atau mengalami masalah dalam kesehariannya.
    • Tanyakan kepadanya apakah dia sedang mengalami masalah. Jika tidak, kemungkinan besar karakter dasarnya memang begitu. [2]
    • Jika teman Anda mengelak atau merespons pertanyaan Anda dengan kemarahan, kemungkinan besar dia memang belum mau membuka diri untuk menjalani hubungan pertemanan yang saling mendukung secara emosional. [3]
    KIAT PAKAR

    Dr. Niall Geoghegan, PsyD

    Pakar Psikologi Klinis
    Dr. Niall Geoghegan adalah Pakar Psikologi Klinis di Berkeley,CA. Dia mengambil spesialiasi dalam Terapi Koherensi dan menangani klien-klien dengan keluhan antara lain kecemasan, depresi, manajemen kemarahan, dan penurunan berat badan. Niall meraih gelar Doktor dalam Psikologi Klinis dari Wright Institute di Berkeley, CA.
    Dr. Niall Geoghegan, PsyD
    Pakar Psikologi Klinis

    Pikirkan apakah Anda perlu teman yang suportif. Psikolog klinis, Niall Geoghegan, mengatakan: "Beberapa orang lebih suka memberi banyak dukungan sehingga ketidakseimbangan ini tidak menjadi masalah. Namun, jika tidak demikian halnya untuk Anda, pikirkan apakah Anda perlu seseorang yang lebih suportif secara emosional dan apakah hubungan pertemanan kalian bisa bertahan lama."

  5. Seseorang yang kurang suportif secara emosional cenderung pandai menyembunyikan perasaan dan/atau memanipulasi tindakannya. [4]
    • Jangan melanjutkan hubungan dengan orang yang membohongi Anda. Ingat, Anda layak terlibat dalam hubungan pertemanan yang jujur dan adil.
    • Sadarilah bahwa kebiasaan berbohong tersebut didasari oleh rasa takut mereka untuk membuka diri kepada orang lain.
  6. Dengan melakukannya, kemungkinan Anda mampu menilai apakah perilaku tersebut juga dia tunjukkan kepada teman atau pasangannya di masa lalu. [5]
    • Telusuri orang yang pernah berteman dekat dengannya. Jika dia tidak memiliki banyak sahabat, kemungkinan besar dia memang kurang pandai bersosialisasi dengan orang lain.
    • Telusuri sejarah hubungan romantisnya. Seseorang yang kurang suportif secara emosional cenderung sulit membangun komitmen dengan orang lain; kemungkinan besar, dia hanya akan berhubungan dekat – namun tidak serius – dengan orang lain.
    • Amati pula jika dia pernah menjalin hubungan romantis dengan orang lain dan hubungan tersebut berakhir buruk.
    • Amati caranya memandang dan memperlakukan dirinya sendiri. Terkadang, sikap arogan dan tertutup seseorang justru merupakkan tameng untuk menutupi krisis kepercayaan diri yang dialaminya. [6]
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 3:

Mengomunikasikan Ekspektasi Anda

Unduh PDF
  1. Beri tahukan kepadanya apa yang Anda inginkan dalam hubungan ini. Jadilah sosok yang tegas (bukan agresif); tegaskan keinginan Anda dan terimalah kenyataan bahwa teman Anda mungkin memiliki keinginan dan kebutuhan yang berbeda dari Anda. Komunikasikan perasaan Anda sejujur dan selugas mungkin.
    • Sampaikan segala keluhan dan kekesalan Anda kepadanya; jelaskan secara langsung mengenai masalah yang sedang mengganggu hubungan pertemanan kalian.
    • Teman Anda bukanlah peramal yang pandai membaca pikiran. Kemungkinan besar, dia bahkan tidak menyadari masalah yang sedang mengganggu Anda.
    • Sampaikan kebutuhan Anda kepadanya. Kemungkinan, dia tidak menyadari bahwa selama ini dia tidak bisa menjadi teman yang baik untuk Anda. [7]
  2. Beri kesempatan kepada teman Anda untuk menyampaikan hal-hal yang mengganjal pikirannya. Jadilah pendengar yang aktif , jangan menyelanya, dan dengarkan baik-baik setiap kata yang keluar dari mulutnya. Tunjukkan bahasa tubuh yang suportif; mengangguklah ketika Anda menyetujui kata-katanya dan jangan sibuk melihat jam atau ponsel. Tunjukkan bahwa Anda memperhatikannya!.
    • Jika dia bersikap defensif, tandanya dia belum siap menjalani tipe pertemanan yang Anda inginkan. [8]
  3. Perilaku menjaga jaraknya tersebut mungkin bukan didasari oleh gangguan psikologis yang dialaminya; bisa jadi, dia memang sebatas enggan menjalin hubungan pertemanan yang lebih dalam dengan Anda. Tidak perlu merasa sakit hati. Ingat, setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda. Jika ada orang yang tidak ingin berteman lebih dekat dengan Anda, bukan berarti ada yang salah dengan Anda pun dengannya.
    • Jangan memberi terlalu banyak dengan harapan akan diberi kembali. Ekspektasi yang tidak terpenuhi dapat menumbuhkan kebencian dalam hati Anda.
    • Sesuaikan ekspektasi Anda. Hanya karena hubungan pertemanan kalian tidak memenuhi ekspektasi Anda, bukan berarti kalian harus berhenti berteman, bukan?
  4. Jika ada kesempatan untuk mendiskusikan hubungan satu sama lain, pastikan Anda memanfaatkan peluang tersebut untuk meminta penjelasannya.
    • Jaga hubungan Anda sampai akhir; pastikan teman Anda juga bersedia melakukannya.
    • Biarkan dia mencari dan menghubungi Anda terlebih dahulu. Beberapa orang membutuhkan waktu lebih lama untuk lebih membuka diri dalam sebuah hubungan.
    • Jangan membanjirinya dengan ekspektasi; berikan dia kesempatan untuk mendekati Anda.
    • Jangan marah-marah jika dia tidak segera menghubungi Anda. Jaga sikap Anda agar tetap terbuka dan bersahabat; jangan membuatnya ketakutan dan semakin melarikan diri dari Anda!
  5. Ekspektasi yang terlampau tinggi hanya akan mengecewakan Anda nantinya.
    • Sadarilah bahwa tidak setiap orang mampu mengisi hidup Anda selamanya.
    • Buat rencana dengan teman-teman Anda yang lain. Jangan memfokuskan hidup Anda hanya kepada satu orang; pergilah dan bersenang-senanglah dengan orang lain di sekitar Anda! [9]
    • Nikmati waktu yang kalian habiskan bersama-sama. Meski dia tidak bisa memberikan komitmen yang sama besarnya, cobalah untuk tetap bersenang-senang ketika bersamanya.
    • Tanyakan kabar teman Anda, namun jangan bersikap obsesif. Cukup pastikan Anda akan selalu ada ketika dibutuhkan.
    • Jika kondisi pertemanan Anda membuat Anda kesal, jangan meluangkan terlalu banyak waktu untuk memikirkannya.
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 3:

Mengetahui Batasan Anda

Unduh PDF
  1. Mungkin teman Anda sedang mengalami penderitaan yang tidak bisa Anda lihat; oleh karena itu, jadilah teman yang baik dan kenali masalah yang dialaminya. Pikirkan apakah Anda bisa membantunya mengatasi masalah tersebut.
    • Pikirkan hal-hal yang terjadi dalam hidupnya dan apa yang bisa Anda lakukan untuk membantunya. [10]
    • Jangan memosisikan diri sebagai konselor, namun dengarkan keluhannya baik-baik. Kemungkinan besar, dia hanya sedang membutuhkan orang untuk diajak bicara. [11]
  2. Pandang kondisinya sebagai sebuah keunikan, bukan keanehan. Jangan menghakiminya dan perlakukan dia dengan adil.
    • Jangan menghakiminya ketika dia sedang melalui masa-masa yang menyulitkan. [12]
    • Dorong teman Anda untuk mencari bantuan medis profesional dari dokter atau ahli kesehatan mental.
  3. Selalu utamakan kesehatan jasmaniah dan emosional Anda di atas segala-galanya.
    • Jangan mau terus-menerus dibebani oleh kebutuhan teman Anda.
    • Tentukan batasan mengenai perilaku yang bisa – dan tidak bisa – Anda toleransi; tentukan pula waktu yang rela Anda habiskan bersamanya. [13]
    • Kenali gejala kekerasan dalam hubungan pertemanan . Kekerasan emosional dalam hubungan pertemanan terjadi jika salah satu pihak gemar melontarkan ejekan, kritikan, dan ancaman, serta terus-menerus mempermalukan dan membuat Anda merasa bersalah.
  4. Tinggalkan dia sebelum situasinya semakin berbahaya!
    • Tinggalkan situasi yang mengancam keamanan Anda.
    • Cari orang lain yang bisa membantu Anda dan/atau teman Anda.
  5. Jangan menyederhanakan ancaman apa pun yang Anda dengar! Pastikan Anda selalu bertindak dengan penuh kehati-hatian jika berhadapan dengan orang yang berpotensi bunuh diri.
    • Sampaikan ancaman tersebut kepada keluarga teman Anda, orang dewasa lain, atau tenaga kesehatan mental profesional secepatnya. [14]
    • Jika situasinya semakin membahayakan Anda dan/atau teman Anda, segeralah menghubungi polisi atau layanan darurat setempat. [15]
  6. Jangan biarkan kegagalan hubungan pertemanan mengacaukan kewarasan Anda! Pastikan Anda tetap meluangkan waktu untuk merawat diri dan memenuhi kebutuhan pribadi, baik secara jasmaniah maupun emosional.
    • Bergabunglah dengan kelompok dukungan, ikuti proses terapi, dan lakukan berbagai hal yang positif untuk diri Anda sendiri.
    • Bicaralah dengan teman-teman Anda yang lain; mereka dapat menjadi sistem pendukung yang akan membantu Anda melewati masa-masa sulit tersebut.
  7. Hubungan pertemanan kalian memang sudah berakhir; namun pastikan Anda tidak hanya mengingat hal-hal yang negatif tentangnya.
    • Selalu ingat bahwa kenangan adalah harta yang selamanya berharga dan bernilai, sekalipun pertemanan Anda dengannya sudah berakhir.
    • Jangan benar-benar memutuskan tali silaturahmi. Setiap orang pasti akan bertumbuh dewasa dan berjalan di jalurnya masing-masing; Anda dan teman Anda pun demikian. Namun bagaimanapun hubungan kalian saat ini, pastikan Anda tetap membuka diri untuk kembali berteman dengannya di kemudian hari.
    Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 1.817 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan