PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Apakah Anda tahu bahwa dalam kurun waktu 2010-2015, angka perceraian di Indonesia meningkat 80 persen? [1] . Ini berarti membuka kemungkinan untuk individu yang bercerai untuk menikah yang menuntun kepada timbulnya masalah yang tidak mudah untuk dipecahkan. Isu-isu yang muncul sebagai akibat dari pernikahan kedua setelah perceraian atau meninggalnya pasangan sangatlah pelik dan bisa dibilang mustahil untuk mendapatkan solusi yang sempurna. Akan tetapi, ada banyak hal yang bisa Anda lakukan untuk membantu anak untuk menghadapi dan menerima keputusan Anda untuk menikah kembali.

Bagian 1
Bagian 1 dari 2:

Bekerja Sama dengan Pasangan Demi Kepentingan Anak

PDF download Unduh PDF
  1. Pasngan tidak harus langsung bersikap seperti orangtua sedari awal. Cobalah untuk mendorong pasangan agar bersikap seperti seorang kakak pembimbing, alih-alih orangtua. [2] Minta pasangan untuk fokus pada menjalin hubungan, bukan perannya sebagai orangtua yang mendorong kedisplinan. Dorong dirinya untuk menjalin hubungan bersama-sama, mereka berdua saja, dan tidak melibatkan Anda.
    • Walaupun demikian, Anda bisa meminta pasangan untuk terus bertanggung jawab atas sikap dan kedisiplinan buah hati Anda sampai pasangan dan Anda sudah memiliki hubungan yang solid. [3]
    • Pasangan Anda bisa mengawasi perilaku anak dan melaporkannya kepada Anda, alih-alih menegurnya langsung.
  2. Bahaslah peran masing-masing pihak. Apakah pasangan akan sama-sama menjadi orangtua untuk anak Anda, atau apakah Anda saja yang berperan menjadi orangtuanya? Ungkapkan keinginan Anda, ajak dia untuk mengungkapkan keinginannya, dan katakan apa yang menurut Anda merupakan hal terbaik untuk anak Anda. Tentu saja saat beradaptasi kepada struktur keluarga baru, kalian akan menghadapi kesulitan. [4]
    • Cobalah untuk memperjelas peran pasangan dengan anak. Apakah pasangan boleh memediasi pertengkaran? Apakah dia boleh menghukum anak Anda? Konsekuensi dan peraturan apa yang bisa pasangan terapkan kepada anak Anda?
    • Anda harus berpikir dalam jangka seumur hidup. Mungkin saat ini Anda memiliki cara tertentu sebagai orangtua, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, kalian bisa perlahan berganti peran saat kekompakan dalam keluarga mulai terasa.
  3. Ketahuilah bahwa anak Anda membutuhkan waktu untuk beradaptasi kepada kehidupan baru ini. Terlebih jika pasangan juga memiliki anak dan kalian semua akan tinggal bersama. [5] Jangan berusaha untuk langsung menerapkan peraturan yang berbeda. Alih-alih, cobalah untuk menerapkan peraturan keluarga yang tidak jauh berbeda dan minta pasangan untuk mengikutinya juga. Lalu, secara perlahan, cobalah untuk mengubah keadaan sesuai dengan keluarga Anda
  4. Hubungan dengan pasangan yang positif serta rendahnya tingkat konflik dalam pernikahan membantu anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan lebih baik. [6] Walaupun pertengkaran itu normal dan sering kali merupakan hal yang sehat dalam sebuah pernikahan, jangan libatkan anak Anda dalam pertengkaran atau melakukannya di hadapannya. Beri tahu anak Anda bahwa terkadang pertengkaran terjadi tetapi hal tersebut tidak mengubah keadaan atau berarti Anda dan pasangan akan bercerai atau anak Anda merupakan penyebab dari pertengkaran tersebut.
    • Usahakanlah untuk bertengkar saat anak sedang tidak berada di rumah.
  5. Pernikahan ulang lebih sulit untuk diterima oleh anak yang sudah remaja, ketimbang anak yang lebih kecil. [7] Anak remaja mendekati ambang di mana dia berusaha meraih kemandiriannya dan oleh karena itu dia pun akan mencoba untuk memisahkan diri dari keluarga dan menempuh jalannya sendiri. [8] Bisa jadi sebenarnya anak Anda tidak ingin menjalin hubungan dengan keluarga barunya ini. Oleh karena itu dia bisa bersikap tidak tertarik atau menjauhkan diri. Anak-anak yang lebih kecil bisa menunjukkan perubahan sikap seperti bertingkat atau mengamuk untuk mengekspresikan stres yang dialaminya.
    • Anak yang lebih muda bisa mudah untuk menjalin hubungan dengan pasangan baru Anda. Tetapi sebenarnya kembali lagi kepada anak Anda.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 2:

Menghargai Perasaan Anak Anda

PDF download Unduh PDF
  1. Anak Anda mungkin memiliki fantasi bahwa Anda dan mantan pasangan bisa kembali lagi, atau akan selalu ada ruang di rumah Anda untuk almarhum pasangan. Saat sosok yang baru datang, hal tersebut mengancam fantasinya. [9] Menyaksikan orangtuanya menikah lagi bisa membuat anak trauma dan menganggapnya sebagai sebuah tragedi..
    • Cobalah untuk bersikap sensitif kepada perasaan anak dan membahas masalah ini. Bertanyalah kepadanya bagaimana perasaannya tentang pernikahan Anda yang baru ini dan apakah anak merasa sedih saat menyaksikan Anda dan mantan atau almarhum pasangan tidak lagi bersama. Pastikan diskusi ini terasa jujur dan mendalam, dan biarkan anak Anda mengungkapkan seluruh perasaann dan kekhawatirannya.
  2. Perceraian dan pernikahan ulang bisa membingungkan anak. Anak Anda bisa merasa dia harus memilih antara Anda dan mantan pasangan. Mungkin anak Anda menyukai pasangan baru Anda tetapi merasa hal ini sebuah pengkhianatan kepada orangtua biologisnya yang satu lagi sehingga dia kesulitan untuk menerima pernikahan baru Anda karena loyalitasnya kepada mantan pasangan Anda. [10]
    • Beri izin kepada anak Anda untuk menyayangi sosok-sosok baru di rumah mantan pasangan Anda, dan berikan waktu kepada anak untuk bisa menerima pasangan baru Anda. [11]
    • Jangan berbicara buruk tentang mantan pasangan Anda atau pasangan barunya, terlebih di hadapan anak Anda. Hal ini bisa membuatnya sangat bingung.
  3. Duduklah dengan anak Anda dan bahas tentang perasaan. Anda bisa berbagi perasaan Anda, tetapi sebaiknya fokus untuk memberikan waktu kepada anak untuk mengekspresikan perasaannya di tempat yang aman. Saat berbicara kepada anak, katakan: [12]
    • Tidak apa-apa kalau kamu bingung dengan adanya sosok baru dalam hidup kamu.
    • Tidak apa-apa kalau kamu sedih dengan perceraian yang terjadi (atau meninggalnya ayah/ibu).
    • Kamu tidak harus mencintai pasangan baru ayah/ibu, tetapi kamu harus menghormatinya, sama seperti kamu menghormati gurumu.
    • Kalau kamu merasa terperangkap di rumah saya atau rumah ibu/ayahmu, tolong beri tahu. Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menghentikan keadaan ini.
    • Tidak apa-apa kalau kamu merasa butuh berbicara dengan seseorang, seperti konselor atau terapis, tentang betapa sulitnya keadaan ini.
  4. Anak Anda mungkin takut dia harus pindah atau berbagi kamar dengan saudara tiri. Anak Anda mungkin khawatir tentang apa yang akan terjadi dengan rutinitas bermain sehari-hari, rencana liburan dan aktivitasnya secara umum. Cobalah untuk jujur dan jelaskan bagaimana perubahan itu selalu terasa sulit bagi semua orang tetapi akan ada perubahan-perubahan yang sangat bagus dengan adanya situasi keluarga yang baru ini. Katakan perubahan yang sangat bagus apa saja yang akan terjadi seperti liburan lebih sering atau anak mendapatkan kamar yang lebih besar.
    • Tunjukkan bagaimana hidup akan terasa lebih mudah dengan adanya lebih banyak orang untuk membantu sekarang.
  5. Walaupun anak merasa cocok dengan pasangan baru Anda, menyaksikan orangtuanya menikah lagi sering kali mengembalikan rasa sakit yang dirasakannya saat Anda bercerai atau pasangan Anda meninggal. Selain itu, karena merasa loyal atau takut mengkhianati ibu atau ayahnya, bisa jadi anak Anda malah menolak untuk berpartisipasi atau membantu pernikahan baru Anda. Penting untuk meyakinkan anak Anda bahwa Anda memahami dan menghormati keputusannya, dan Anda selalu mencintainya.
    • Saat anak terlihat takut atau cemas, ingatkan dia bahwa tidak peduli seperti apa perubahan yang terjadi dan bagaimana keadaan membuatnya sangat stres, Anda akan selalu mencintainya. [13] Rasa cinta yang Anda miliki untuk anak tidak akan berubah, tidak peduli apa pun yang terjadi.
    • Izinkan anak memiliki pilihan saat dia memiliki opini yang kuat akan sebuah hal, tetapi cobalah untuk mendiskusikan kenapa anak Anda merasa seperti itu.
    • Apa pun yang terjadi, pernikahan baru ini akan tetap berlangsung karena orang dewasa berhak mengambil keputusan menyangkut kehidupannya.
  6. Dengan lembut, usahakan untuk membuat anak memahami bahwa dia bisa mengatur permainan, pekerjaan rumah dan cara berpakaiannya, tetapi dia tidak bisa memengaruhi kehidupan cinta orangtuanya, entah itu perceraian atau pernikahan yang baru. Saat membahasnya, jangan pernah menggunakan kata-kata negatif tentang dirinya karena anak bisa menyalahkan diri sendiri. Pastikan bahwa anak Anda tidak memiliki perasaan negatif seperti ini.
    • Katakan kepada anak bahwa kebahagiaan yang dimiliki satu orang tidak sama dengan kesedihan orang lain. Selalu ada ruang untuk seluruh keluarga merasakan kebahagiaan setelah pernikahan baru berlangsung.
    • Yakinkan dia bahwa saat menyangkut hati, perasaan dan cinta, banyak hal yang tidak bisa dijelaskan dan semua terjadi begitu saja.
  7. [14] Masalah anak terus menolak pernikahan baru yang membuatnya memberontak dan marah tidak bisa diatasi dalam satu malam. Cobalah untuk mengajak bicara mantan pasangan agar dia mau membantu anak Anda melewati transisi ini. Tunjukkan secara terbuka kepada anak Anda bahwa Anda dan mantan pasangan sama-sama memprioritaskannya dalam pembahasan kalian. Ini bukan saatnya untuk membahas rasa sakit di masa lalu, tetapi saatnya untuk mengutamakan anak kalian.
    Iklan

Tips

  • Jangan paksa anak Anda untuk bisa langsung menyukai dan menerima orangtua tirinya. Ini perubahan yang besar dan semua orang membutuhkan kesabaran.
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 9.882 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan