Unduh PDF Unduh PDF

Mengakhiri pertemanan dengan sahabat baik memang sulit, terlepas dari apakah kamu sudah berteman dengannya dan tak terpisahkan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Namun, jika kamu merasa tidak bahagia saat meluangkan waktu dengannya dan tidak ingin lagi berteman, mengakhiri pertemanan dengannya mungkin merupakan solusi terbaik bagi kedua pihak. Untungnya, ada beberapa cara yang bisa diikuti untuk memutus pertemanan dengan seseorang, seperti “mematikan” persahabatan secara bertahap atau mengungkapkan keinginanmu untuk tidak lagi berteman dengannya secara langsung. Setelah pertemanan berakhir, ada juga beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk memulihkan pikiran dan kembali menjalani hidup.

Metode 1
Metode 1 dari 3:

Menjauhkan Diri darinya

Unduh PDF
  1. Ia mungkin tidak memahami atau menerima apa yang terjadi sehingga ada kemungkinan ia akan mulai menghubungi atau mengirimkan pesan kepadamu lebih sering saat kamu berhenti berhubungan dengannya. Dalam situasi seperti ini, jangan terima panggilan telepon darinya atau langsung membalas pesan dan kirimannya di media sosial. Tunggu selama beberapa hari sebelum menghubunginya, dan pastikan tanggapanmu selalu singkat. [1]
    • Jika ia mengajukan pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan “ya” atau “tidak”, cukup berikan balasan yang singkat dan jangan sebutkan informasi lain.
    • Jika ia menanyakan sesuatu yang membutuhkan jawaban yang lebih panjang, sebisa mungkin berikan jawaban yang singkat dan impersonal.
  2. Ia mungkin mencoba membuat rencana denganmu saat kamu mulai menjauhkan diri darinya. Dalam situasi seperti ini, cari alasan agar kamu tidak perlu mengikuti rencananya. Kamu bisa mengatakan, misalnya, bahwa kamu sudah memiliki janji lain, merasa tidak enak badan, memiliki banyak tugas untuk diselesaikan, atau alasan lain untuk menghindari rencana dengannya. Jangan usulkan waktu alternatif; cukup buat dan berikan alasanmu. [2]
    • Sebagai contoh, jika ia menanyakan rencanamu di akhir pekan, kamu bisa menjawab, “Aku sibuk akhir pekan ini. Aku sudah memiliki acara dengan keluargaku.”
    • Jika ia memintamu menyarankan waktu untuk diluangkan bersamanya, kamu bisa mengatakan, “Ada banyak pekerjaan yang harus kukerjakan akhir-akhir ini sehingga aku tidak bisa menjanjikan waktu untukmu.”
  3. Sahabatmu mungkin terbiasa denganmu yang melakukan apa pun yang ia inginkan. Jika ini masalahnya dan kamu tidak bisa menghindari pertemuan dengannya, balikkan keadaan dan kurangi “pemberianmu”. Dengan demikian, ia akan enggan meluangkan waktu denganmu dan tidak lagi tertarik untuk membuat rencana bersamamu. [3]
    • Sebagai contoh, jika kamu biasanya berkunjung ke rumahnya untuk menemuinya, katakan bahwa ialah yang harus datang ke rumahmu.
  4. Bertemu seseorang dapat menjadi kesempatan untuk membangun hubungan dan kedekatan. Oleh karena itu, penting bagimu untuk tetap menjaga jarak saat bertemu dengannya secara tak terduga. Tetap bahas topik-topik yang bersifat netral dan batasi informasi mengenai diri sendiri yang kamu berikan kepadanya. [4]
    • Sebagai contoh, jika ia menanyakan kabar, kamu bisa mengatakan, misalnya, “Ya, begini-begini saja.”
    • Jika kamu tidak mau berbicara dengannya sama sekali, cukup tinggalkan ia. Jika kamu ingin tetap terlihat ramah, kamu bisa melemparkan senyuman sopan dan melambaikan tangan.
  5. Jika kamu sudah yakin ingin berhenti berteman dengannya, kamu pun harus berhenti menghubunginya. Setelah menjauhkan diri darinya selama beberapa minggu, berhenti menghubunginya. Jangan menelepon, mengirimkan pesan singkat, atau menghubunginya melalui media sosial. Jika kamu sering berpapasan dengannya dalam perjalanan ke sekolah, pilih rute yang lain. Jika kamu bersekolah atau bekerja di tempat yang sama, cari tahu apakah kamu bisa duduk di bangku yang lebih jauh darinya. [5]

    Tip : Jika kamu bersekolah di tempat yang sama dengannya, mintalah konselor, guru, atau penasihat untuk memilihkan kelas lain agar kamu tidak perlu sekelas lagi dengannya.

    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 3:

Memberi Tahunya Bahwa Persahabatan Telah Berakhir

Unduh PDF
  1. Jangan temui ia di rumahnya atau rumahmu untuk berbicara. Namun, kamu juga tidak boleh memilih tempat umum yang terlalu ramai (mis. kantin sekolah). Pilih tempat yang bersifat “netral”, seperti kafe atau taman. Dengan demikian, tidak ada pihak yang merasa diuntungkan. Alih-alih seseorang harus meninggalkan tempat salah satu dari kedua pihak, kalian berdua juga bisa langsung berpisah setelah mengobrol (dalam hal ini, tidak melewati jalur yang sama). [6]
    • Akan lebih baik jika kamu bertatap muka dengannya saat berbicara. Namun, kamu juga bisa mengirimkan pesan untuknya jika khawatir dengan reaksinya (mis. ia memiliki temperamen yang buruk atau justru memakimu).
  2. Pikirkan hal-hal yang membuatmu ingin mengakhiri pertemanan dengannya. [7] Setelah itu, beri tahu ia alasanmu tidak ingin lagi berteman dengannya berdasarkan hal-hal tersebut. Jangan awali kalimatmu dengan pronomina “kamu” karena hal tersebut bisa membuatnya bersikap lebih defensif. [8]
    • Sebagai contoh, kamu bisa mengatakan, “Aku rasa kita tidak bisa berteman lagi. Aku tersinggung karena kamu tidak pernah menanyakan kabarku.”
    • Kamu juga bisa mengatakan, “Kurasa kita tidak perlu berkomunikasi dulu untuk saat ini. Aku merasa terpukul saat kamu mengkritik penampilanku dan memaksaku untuk berubah.”
    • Pernyataan yang diawali pronomina “aku” kemungkinan tidak akan membuatnya bersikap defensi. Oleh karena itu, penting bagimu untuk mengemas apa yang ingin kamu utarakan dalam format tersebut.
  3. Dengarkan tanggapannya, tetapi tetap tunjukkan ketegasan dalam keputusanmu. Setelah menjelaskan apa yang kamu rasakan, ia mungkin ingin memberikan tanggapan atau jawabannya. Tunjukkan keinginan untuk mendengarkannya, tetapi tetap pegang keputusanmu. Jangan biarkan ia menggoyahkan hatimu jika kamu sudah yakin tidak ingin berteman lagi dengannya. Buat kontak mata dengannya, anggukkan kepalamu untuk menunjukkan bahwa kamu memperhatikan ucapannya, dan hindari hal-hal yang bisa mengalihkan perhatianmu (mis. ponsel). [9]
    • Usahakan kamu menunjukkan bahasa tubuh yang terbuka sambil mendengarkannya (mis. dengan duduk menghadap ke arahnya, menurunkan kedua lengan di samping tubuh, dan mencondongkan tubuh ke arahnya).
  4. Ada kemungkinan ia ingin mengetahui lebih lanjut mengenai alasanmu ingin berhenti berteman dengannya, tetapi hal tersebut biasanya tidak akan menyelesaikan masalah apa pun. Jika ia mulai mengungkit masalah di masa lalu atau komentarmu yang ia anggap salah, hentikan ia dan pamitlah. [10]
    • Sebagai contoh, kamu bisa mengatakan, “Aku tak ingin membahasnya karena kurasa ini tak akan menyelesaikan apa pun.”

    Tip : Jika ia mulai memaki atau menyerangmu secara fisik, kamu tidak perlu mengatakan apa pun. Cukup tinggalkan ia.

  5. Coba katakan sesuatu yang menunjukkan bahwa kamu tidak menyimpan dendam untuknya, meskipun kamu tidak ingin lagi berteman dengannya. Kamu bisa mengatakan bahwa kamu mengenang kenangan-kenangan bersamanya, atau akan tetap bersikap sopan dan ramah saat bertemu dengannya di lain waktu.
    • Kamu bisa mengatakan, misalnya, “Aku akan selalu mengenang masa-masa indah yang kita lalui bersama”, atau “Aku akan selalu mendoakanmu yang terbaik!”
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 3:

Merasa Lebih Baik Setelah Mengakhiri Pertemanan

Unduh PDF
  1. Mintalah teman atau anggota keluarga yang suportif untuk menemuimu agar bisa mengobrol denganmu, atau hubungi mereka. Ceritakan apa yang terjadi dan apa yang kamu rasakan. Jika teman atau anggota keluarga yang dihubungi juga berteman dengan mantan sahabatmu, pastikan ia merasa nyaman berbicara denganmu mengenai akhir pertemananmu dengannya terlebih dahulu. [11]
    • Setelah mengakhiri pertemanan dengan seorang sahabat, kamu perlu membicarakannya dengan seseorang yang dapat dipercaya.
  2. Agar kamu tidak perlu melihat foto dan unggahannya, batalkan pertemanan dengannya, berhenti mengikutinya, atau matikan notifikasi tentangnya di media sosial. Ada kemungkinan ia pun akan melakukan hal yang sama sehingga kamu tidak perlu merasa tak enak hati. Kamu bahkan bisa beristirahat sejenak dari media sosial selama beberapa minggu atau lebih lama. Dengan demikian, kamu tidak akan melihat unggahan yang menampilkannya (atau penanda profilnya) dan konten yang mengingatkanmu tentangnya. [12]
    • Melihat foto dan unggahannya setiap hari hanya akan membuatmu merasa lebih terpuruk.
  3. Adakan acara dengan teman dan anggota keluarga lain untuk mengisi waktu luang barumu. Rencanakan aktivitas menyenangkan yang akan membuatmu bersemangat. Sebagai contoh, kamu bisa mengajak teman-temanmu bermain boling atau golf mini di akhir pekan, meminta keluargamu menemanimu hiking , atau bergabung dengan klub atau grup bidang khusus di kotamu untuk bertemu teman-teman baru. [13]
    • Dengan adanya sesuatu yang bisa dinantikan atau membuatmu bersemangat, kamu akan merasa lebih baik dan bisa tetap menyibukkan diri.

    Tip : Perlu diingat bahwa kamu mungkin membutuhkan waktu sebelum bisa berteman dengan orang lain . Kamu tidak bisa menjalin pertemanan dengan seseorang secara terburu-buru. Oleh karena itu, bersabarlah.

  4. Teman-teman yang lain mungkin ingin tahu alasanmu tidak lagi berteman dengan sang mantan sahabat, tetapi kamu tidak perlu memberikan penjelasan apa pun. Jawabanmu hanya akan memicu rasa canggung dan membuat teman-teman yang lain merasa bahwa kamu ingin mereka memihak seseorang. Oleh karena itu, coba pikirkan cara sederhana untuk menjelaskan apa yang terjadi jika seseorang menanyakannya. [14]
    • Kamu bisa mengatakan, misalnya, “Ya. Kami sudah tidak lagi meluangkan banyak waktu bersama.”
  5. Coba tetapkan cita-cita pribadi, profesional, akademik, atau kebugaran untuk diri sendiri dan cari tahu langkah yang bisa diambil untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagai contoh, jika kamu bercita-cita menyelesaikan penulisan buku yang sempat tertunda, berusahalah untuk menulis bukumu selama 30 menit setiap hari. Jika kamu ingin mendapatkan kenaikan pangkat di tempat kerja, ambil pekerjaan tambahan dan jadilah sukarelawan untuk proyek-proyek khusus agar kamu terlihat lebih menonjol dibandingkan rekan-rekan kerja yang lain. [15]
    • Cita-cita menjadi objek tepat untuk memfokuskan kembali perhatianmu dan tidak tenggelam dalam masalah yang terjadi di antaramu dan mantan sahabatmu.
  6. Bercerminlah kepada persahabatanmu dengannya dan apa yang merusaknya untuk mengetahui hal-hal yang bisa kamu ubah atau hindari di masa mendatang. Sebagai contoh, jika kamu berhenti berteman dengannya karena ia bersikap negatif dan sikapnya membuatmu terluka, kamu bisa berinteraksi atau mendekatkan diri kepada orang-orang yang bersikap lebih positif di kemudian hari. Atau, jika kamu memutuskan pertemananmu dengannya karena ia bergantung kepadamu secara berlebihan dan kamu membutuhkan ruang untuk dirimu sendiri, cari teman-teman lain yang lebih mandiri. [16]
    • Mengakhiri pertemanan dengan sahabat adalah proses yang sulit. Namun, kamu bisa belajar dan berkembang dari proses tersebut, seperti halnya pengalaman atau hal lain.
    Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 1.518 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan