Unduh PDF Unduh PDF

Membesarkan remaja adalah hal yang sulit, apalagi jika ia mengalami masalah Attention Deficit/Hyperactive Disorder (ADHD). Remaja penderita ADHD kesulitan belajar serta mengikuti instruksi. Tugas-tugas yang simpel bagi teman-temannya mungkin akan terasa sangat sulit. Ingatlah selalu bahwa ia sesungguhnya tidak sedang berusaha mempersulit hidup. Hanya saja, tantangan-tantangan biasa bagi orang lain mungkin akan terasa sangat rumit dijalankan oleh penderita ADHD. Akan tetapi, dengan kasih sayang dan pengetahuan, Anda bisa membantu seorang remaja menangani masalah ADHD. Usaha-usaha Anda bisa membantunya mengatasi tantangan dalam kehidupan dan berhasil melewati kesulitan.

Bagian 1
Bagian 1 dari 5:

Mengenali ADHD

Unduh PDF
  1. Ada dua komponen ADHD. Anak-anak di bawah usia 17 tahun harus menunjukkan setidaknya enam tanda di bawah ini untuk dapat dianggap mengalami ADHD. Kumpulan gejala pertama menunjukkan ketidakmampuan memerhatikan atau berfokus. Berikut beberapa gejala ADHD yang harus Anda waspadai: [1]
    • anak membuat kesalahan fatal dan tidak perhatian terhadap detail
    • anak kesulitan memerhatikan (tugas dan bermain)
    • anak kelihatannya tidak memerhatikan ketika seseorang berbicara kepadanya
    • anak tidak menindaklanjuti pekerjaan/tugas-tugas di rumah dan kantor; mudah teralihkan perhatiannya
    • anak kesulitan berorganisasi
    • anak menghindari tugas-tugas yang membutuhkan fokus berkepanjangan (misalnya pekerjaan sekolah)
    • anak tidak bisa mengingat benda atau sering kehilangan, misalnya kehilangan kunci, kacamata, kertas, alat-alat, dll.
    • anak mudah terganggu
    • anak pelupa
  2. Kategori gejala lain yang berhubungan dengan ADHD menunjukkan kecenderungan hiperaktivitas atau kurangnya kontrol rangsangan. Penderita ADHD seharusnya menampilkan enam atau lebih gejala di bawah ini: [2]
    • kikuk dan terlihat cemas; mengetuk-ngetukkan tangan atau kaki
    • sering berlari atau memanjat tempat-tempat tertentu dengan tidak benar, atau merasa tidak bisa tenang
    • kesulitan bermain atau melakukan aktivitas-aktivitas yang tenang
    • “sangat bersemangat” seolah-olah “digerakkan oleh mesin”
    • berbicara dengan berlebihan
    • melontarkan jawaban sebelum menerima pertanyaan
    • berusaha menunggu giliran sebelum bertindak
    • menginterupsi orang lain, ikut bergabung secara tiba-tiba dalam diskusi/permainan
  3. Otak penderita ADHD sedikit berbeda dari otak orang lain. Secara spesifik, dua strukturnya cenderung lebih kecil: basal ganglia dan korteks prefrontal. [3]
    • Basal ganglia mengatur gerakan otot. Bagian ini menentukan otot mana yang harus bergerak dan mana yang harus beristirahat dalam aktivitas tertentu. [4]
    • Jika seorang anak duduk di mejanya pada ruangan kelas, basal ganglia akan memberikan pesan bahwa kaki harus diam. Namun, jika anak tersebut mengalami ADHD, kaki mungkin tidak mendapatkan pesannya. Kaki penderita ADHD biasanya tetap bergerak saat ia duduk. Kekurangan fungsi basal ganglia juga bisa menyebabkan gerakan tangan yang bergetar atau kebiasaan mengetuk pensil.
    • Korteks prefrontal adalah sambungan otak untuk melakukan tugas-tugas yang lebih rumit. [5] Bagian ini adalah yang mengatur memori dan pembelajaran serta perhatian agar kita bisa berfungsi secara intelek. [6] [7]
    • Korteks prefrontal memengaruhi tingkat dopamin. [8] Dopamin berkaitan dengan kemampuan berfokus dan cenderung berada pada tingkat yang lebih rendah pada penderita ADHD. [9] [10]
    • Serotonin, yang juga merupakan neurotransmitter ditemukan di bagian korteks prefrontal. [11] Hal ini memengaruhi suasana hati, kemampuan tidur, dan nafsu makan. Misalnya, mengonsumsi cokelat akan meningkatkan serotonin, sehingga Anda merasa lebih sehat secara menyeluruh. Akan tetapi, ketika serotonin berkurang, Anda akan mengalami depresi dan rasa cemas. [12]
    • Korteks prefrontal yang lebih kecil, dengan tingkat dopamin dan serotonin yang lebih rendah, akan membuat seseorang kesulitan berfokus. [13] Sebagai hasilnya, mereka yang menderita ADHD sulit berfokus hanya pada satu hal. Orang-orang ini juga lebih mudah teralihkan perhatiannya. [14]
    • Korteks prefrontal masih terus berkembang dalam tahap dewasa muda. Hal ini menyebabkan penderita ADHD terlihat lebih parah. [15]
  4. ADHD sering disertai dengan problem kesehatan mental lainnya.
    • Secara spesifik, satu dari lima penderita ADHD didiagnosis juga mengalami gangguan serius lainnya, seperti depresi serta bipolar.
    • Sepertiga anak penderita ADHD juga mengalami gangguan perilaku, misalnya tidak sopan atau sering membangkang. [16]
    • ADHD juga sering disertai dengan kesulitan belajar serta rasa cemas. [17]
  5. Jika anak remaja Anda menunjukkan tanda-tanda ini, segera kunjungi dokter untuk mendapatkan opini profesionalnya. Mengetahui apakah ADHD merupakan penyebab masalah yang dialami oleh anak akan membantu Anda dalam menentukan langkah selanjutnya.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 5:

Mengatasi ADHD

Unduh PDF
  1. Ingatlah bahwa ADHD merupakan kondisi yang serius. Kondisi ini bukan berbicara tentang fakta bahwa anak Anda tidak rajin atau "memang bodoh". Berusahalah memahami tantangan-tantangan ini dan bereaksilah dengan kasih sayang. [18]
    • Orang-orang yang mengalami ADHD menghadapi beberapa halangan serius saat mereka kesulitan mencapai tujuan hidupnya. Mereka juga sering merasa disalahpahami. Para remaja penderita ADHD mungkin percaya bahwa orang-orang menganggap mereka bodoh.
    • Orang lain, termasuk kerabat, mungkin kesulitan memahami apa yang sedang dilalui Anda dan sang anak.
    • Persiapkan diri untuk meluangkan waktu dan pengeluaran dalam terapi, bepergian ke pengelola kesehatan, serta biaya-biaya yang terkait dengan apotek. Biasanya Anda juga membutuhkan banyak waktu untuk mengatasi masalah-masalah di sekolah.
    • Anak-anak dengan masalah rangsangan lebih sering mengunjungi ruang gawat darurat atau dihukum di sekolah.
    • Semua ini terjadi di hari kerja. Sebagai hasilnya, waktu yang diluangkan mungkin membuat Anda kehilangan bayaran atau harus mengambil pekerjaan dengan tanggung jawab yang lebih sedikit/jam kerja yang rendah.
  2. Bagi banyak penderita ADHD, pengobatan adalah alat yang penting untuk membantu proses adaptasi. Ada dua kategori pengobatan ADHD: stimulan (seperti methylphenidate dan amfetamin), serta non-stimulan (misalnya guanfacine dan atomoxetine ). [19]
    • Mengatasi hiperaktivitas dengan stimulan kelihatannya tidak masuk akal. Namun, sesungguhnya sirkuit otak yang dirangsang bertanggung jawab untuk mengontrol masalah impuls dan kemampuan meningkatkan fokus. [20] Stimulan-stimulan termasuk Ritalin, Concerta, dan Adderall, bisa membantu mengatur neurotransmitter (norepinefrin dan dopamin). Begitu juga dengan obat-obatan antidepresi non-stimulan yang biasanya digunakan untuk mengatasi ADHD. [21]
    • Menentukan jenis pengobatan yang tepat serta spesifik adalah hal yang sulit. Setiap orang merespons dalam cara yang berbeda terhadap berbagai jenis pengobatan. [22] Selain itu, tingkat keefektifan pengobatan berubah di masa-masa pertumbuhan maksimal, fluktuasi hormon, perubahan diet dan berat tubuh, serta ketika seseorang menolak untuk dibantu.
    • Pengobatan bisa meningkatkan kemampuan berfokus dan menurunkan perilaku impulsif.
    • Banyak pengobatan bisa dikonsumsi dalam format dosis yang dilepaskan secara bertahap. Dengan begini, Anda tidak perlu mengatur penggunaannya secara manual di sekolah. [23]
    • Seiring berjalannya waktu, obat-obatan mungkin tidak lagi diperlukan, atau hanya disimpan untuk saat-saat tertentu – misalnya ketika seseorang mengikuti ujian masuk kuliah atau sidang skripsi.
  3. Perubahan dalam pola diet bisa meminimalkan efek defisiensi hormon yang dialami oleh anak remaja Anda. Berikan ia makanan yang tepat untuk mengurangi tingkat keparahan kondisinya.
    • Diet yang mengandung karbohidrat kompleks dalam jumlah tinggi bisa meningkatkan serotonin, sehingga memperbaiki suasana hati, kualitas tidur, dan nafsu makan. [24] Hindari memberikan karbohidrat simpel, seperti gula, madu, jeli, permen, soda, dll. [25] Makanan-makanan ini mengakibatkan lonjakan serotonin temporer. [26] Alih-alih, pilihlah karbohidrat kompleks, misalnya biji-bijian utuh, sayuran hijau, sayuran bertepung, serta kacang-kacangan. Semua ini berfungsi sebagai pelepas energi “bertahap”. [27]
    • Untuk meningkatkan fokus, berikan diet kaya protein pada anak, yang mencakup beberapa jenis protein di sepanjang hari. Dengan begini, tingkat dopaminnya tetap tinggi. [28] Contohnya termasuk daging, ikan, kacang-kacangan, polong, serta buncis. [29]
    • Hindari memberikan “lemak tidak sehat” kepada anak remaja. Contoh lemak ini misalnya yang ditemukan di makanan goreng, burger, serta piza, dan lemak jenuh. Alih-alih memilih makanan seperti ini, berikan salmon, kenari, dan avokad, yang kaya akan asam lemak omega 3. [30] These may help lower hyperactivity while improving organizational skills.
    • Diet tinggi zat besi juga bisa membantu. Berikan hidangan laut, daging ungags, sereal tambahan, dan makanan lain yang mengandung banyak zat besi. Selain itu, berikan juga suplemen. Zat besi berguna untuk meredam tingkat hiperaktivitas dan impuls. [31]
    • Beberapa jenis rempah-rempah juga bisa membantu. Kunyit melawan depresi, sementara kayu manis membantu memfokuskan perhatian. [32]
  4. Jika ada makanan tertentu yang bisa meredakan gejala ADHD, makanan lainnya bisa memperparah efek yang terjadi. Contoh makanan seperti ini adalah:
    • Yang mengandung pewarna, terutama pewarna makanan merah. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa ada kaitan antara pewarna makanan dan gejala ADHD. [33]
    • Yang mengandung gandum, susu, serta makanan olahan, gula, dan bahan-bahan tambahan lainnya. Singkirkan makanan-makanan ini untuk mendapatkan hasil yang positif. [34]
  5. Terapis yang baik sering kali bisa membantu Anda dan anak menangani tantangan yang timbul akibat kondisi ADHD. Terapi biasanya dimulai dengan analisis serta pengaturan ulang struktur keluarga. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan yang cocok dengan cara kerja otak anak agar ia bisa sukses.
    • Terapi juga menyediakan tempat yang aman bagi anggota keluarga untuk mengeluarkan rasa frustrasi dalam cara yang sehat, serta menyelesaikan berbagai isu dengan bimbingan profesional. [35]
    • Penderita ADHD sering mendapatkan keuntungan dengan mempelajari kondisi mereka secara lebih mendalam dan mengetahui bahwa mereka tidak sendirian.
  6. Selain jenis-jenis perawatan ini, Anda juga bisa memanfaatkan beberapa strategi harian untuk mengatasi gejala ADHD. Sebagai contoh:
    • Berbicaralah kepada guru tentang kemungkinan untuk mengizinkan anak duduk di kursi bungee atau bola kebugaran yang besar. Dengan begini, ia lebih tidak mungkin berisik atau berkelahi dengan temannya karena ia terus menerus menggoyangkan kaki.
    • Untuk masalah gerakan tangan, berikan bola stres. Ini adalah bola yang bisa ia remas saat tertekan, sehingga ia tidak mengetuk-ngetukkan pensil atau jari-jarinya ke atas meja. Dengan demikian, suasana saat ujian bisa lebih terjaga.
    • Pertimbangkan mengizinkan anak untuk memainkan gim-gim elektronik saat ia harus menunggu dalam waktu yang lama. Gim-gim ini bisa membantu di restoran atau ketika anak harus duduk diam (misalnya saat ibadah, menunggu dokter di klinik, dll).
    • Tepat sebelum periode duduk dalam jangka panjang, anak-anak mungkin senang jika mereka punya tempat/sarana untuk “menguras energi”. Bantu anak Anda berlari berkeliling halaman atau berputar-putar. Olahraga benar-benar bisa membantu. [36]
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 5:

Mengembangkan Keahlian Mengasuh

Unduh PDF
  1. Kunci kesuksesan di sini bergantung pada jadwal dan rutinitas yang konsisten, yang dikembangkan dengan struktur serta penataan organisasi. Ini penting agar anak yang mengalami ADHD tidak terlalu stress. Selain itu, kemungkinan anak berperilaku buruk karena dipicu oleh rasa stress juga bisa berkurang.
    • Anak-anak penderita ADHD perlu membagi tugas-tugasnya ke dalam beberapa langkah yang dilakukan satu demi satu atau dalam bentuk tertulis. [37] Orang tua harus memberi masukan positif setiap kali anak menyelesaikan sebuah langkah. [38]
    • Kembangkan rutinitas yang memberikan instruksi konsisten dalam setiap langkah. Minta anak Anda mengulangi instruksinya kembali kepada Anda. [39]
    • Cara ini efektif untuk tugas-tugas yang bisa dipecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil. Misalnya, bayangkan anak Anda bertanggung jawab memotong rumput. Instruksikan ia untuk terlebih dulu memangkas halaman depan, kemudian sisi samping rumah, baru di halaman belakang. Di akhir setiap langkah, Anda bisa memuji hasil kerjanya yang baik. Jika ada beberapa tugas yang harus ia lakukan dalam sehari, pertimbangkan menuliskannya dalam sebuah daftar. Sekali lagi, pujilah anak setiap kali ia berhasil menyelesaikan sesuatu.
    • Semakin rendah tingkat stres maka akan semakin berhasil metode yang Anda jalankan. Semakin sukses metode tersebut dan semakin banyak pujiannya, rasa keberhargaan diri anak akan semakin meningkat. Dengan demikian, ia siap menyambut kesuksesan lebih lanjut di masa depan. [40]
  2. Rutinitas adalah hal yang penting untuk memastikan keduanya diselesaikan. Tentukan jadwal rutin untuk menyelesaikan semua tugas yang ada.
    • Rutinitas pekerjaan rumah harus konsisten: dilakukan di waktu dan tempat yang sama setiap hari. Siapkan banyak suplai untuk membantu anak dan tempatkan dalam wadah jika ruang yang tersedia cukup besar.
    • Pastikan pekerjaan rumah tidak dimulai tepat ketika anak masuk ke ruangan. Biarkan ia melakukan sesuatu yang menyenangkan terlebih dulu untuk mengeluarkan energi yang berlebih.
    • Saat diperlukan, tunjukkan cara Anda mengatasi suatu tugas dan sarankan cara-cara mengatur prioritas. Bagilah proyek-proyek besar menjadi beberapa wilayah kecil dan tentukan tenggat penyelesaian untuk setiap tugas remeh ini. [41]
    • Berkoordinasilah dengan guru kapan pun memungkinkan. Apa guru memmberikan daftar pekerjaan rumah, atau sekolah anak Anda memanfaatkan agenda? Jika tidak, belilah sendiri. Pilih yang punya banyak ruang catatan untuk ditulisi setiap hari dan tunjukkan cara menggunakannya kepada anak.
    • Kurangi argumen tentang tugas dengan menyiapkan serta mewajibkan waktu konsisten tertentu. Biasakan memberikan hadiah jika memungkinkan. Sebagai contoh, jauhkan pengontrol alat permainan gim video dan berikan hanya ketika anak selesai melaksanakan tugasnya.
    • Siapkan petunjuk-petunjuk visual untuk mengingatkan tugas yang harus dilakukan oleh anak. Kalender serta jadwal tertulis, atau papan pengingat tugas mampu menyingkirkan alasan “Aku lupa”.
  3. Masa seperti ini bisa menjadi mimpi buruk bagi orang tua yang memiliki anak penderita ADHD. Struktur dan jadwal dari tahun ajaran sebelumnya tiba-tiba berakhir. Rencanakan sebelumnya dan siapkan struktur agar keluarga tidak keberatan. [42]
    • Anda harus mengganti struktur yang kurang dengan jadwal rutin lainnya. Dorong anak Anda untuk bergabung dengan klub, mengikuti audisi pemeran drama, atau mendaftar menjadi sukarelawan di badan amal lokal yang memiliki jam-jam kerja rutin. Dengan begini, anak terbiasa melakukan rutinitas.
  4. Orang-orang penderita ADHD sering berusaha memahami lingkungannya. Orang tua bisa membantu dengan menyediakan lingkungan rumah yang tepat agar mereka bisa sukses.
    • Tentukan sistem penyimpanan yang membagi benda-benda menjadi beberapa kategori sehingga mengurangi tingkat keberantakan.
    • Letakkan kotak atau tempat sampah di lokasi terpusat pada rumah, agar Anda bisa menumpukkan benda-benda yang ditinggalkan anak di seluruh rumah, misalnya pakaian, buku, atau permainan. Dengan begini, Anda lebih mudah merapikan semuanya. Selain itu, anak juga tahu di mana lokasi yang tepat untuk menemukan barang-barang yang mereka tinggalkan. [43]
  5. Anda harus memikirkan cara anak penderita ADHD berurusan dengan saudaranya. Pastikan ia paham bahwa ada alasan yang baik mengenai mengapa ia diperlakukan secara berbeda.
    • Beberapa orang tua berasumsi bahwa anak lain akan memahami mengapa mereka harus meluangkan waktu lebih banyak pada saudaranya yang berkebutuhan khusus. Nyatanya, anak-anak ini mungkin merasa sakit hati atas fakta tersebut, misalnya karena orang tua lebih sering mengurusi saudaranya, hanya memberikan lebih sedikit tugas, atau lebih banyak memberikan berbagai hadiah pada anak yang menderita ADHD jika dibandingkan dengan saudara-saudaranya. [44]
    • Berbicaralah dengan jujur kepada anak tentang situasinya. Gunakan bahasa seusai umur dan tidak menghakimi.
    • Jelaskan bahwa Anda menghargai kemampuan seorang anak untuk bertanggung jawab dan mandiri pada saat-saat yang menantang. Pastikan ia tahu bahwa Anda akan ada untuknya ketika diperlukan, dan Anda mencintainya sama seperti Anda menyayangi saudaranya yang menderita ADHD.
    • Luangkan waktu khusus untuk membangun ikatan dengan anak-anak yang lain. Memiliki anak penderita ADHD mungkin menghabiskan banyak waktu, tenaga, dan perhatian. Jadi, pastikan Anda memerhatikan dan memenuhi kebutuhan anak lainnya.
  6. Menjadi orang tua anak penderita ADHD bisa melelahkan secara emosional, mental, dan fisik. Pastikan Anda merawat diri sendiri dan pasangan. [45]
    • Beristirahatlah sesekali, tidak peduli seberapa Anda mencintai anak Anda. Anda tidak akan mampu membantunya secara maksimal jika Anda mengizinkan diri sendiri untuk terlalu lelah tanpa beristirahat. Anak juga akan perlu waktu untuk menunjukkan sikap individualnya serta mengejar hubungan di luar rumah.
    • Pertimbangkan juga menemui terapis untuk membantu Anda menavigasi tantangan menjadi orang tua dengan anak berkebutuhan khusus.
    Iklan
Bagian 4
Bagian 4 dari 5:

Memberikan Tindakan Disiplin yang Efektif

Unduh PDF
  1. Semua anak perlu disiplin dan belajar bahwa perilaku buruk akan menghasilkan konsekuensi. [46] Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).</ref> Agar disiplin bisa mengubah perilaku pada remaja penderita ADHD, disiplin tersebut harus dijalankan secara konsisten.
    • Anak remaja harus mengetahui aturan-aturan yang berlaku dan konsekuensi bila melanggarnya. Konsekuensi ini harus sama setiap kali sebuah aturan tidak ditaati. [47]
    • Kedua orang tua harus sepaham dan memberikan konsekuensi dalam cara yang sama. [48]
  2. Karena remaja penderita ADHD lebih sulit berfokus, Anda harus segera menjalankan konsekuensi secepat mungkin.
    • Dampaknya juga harus langsung dan tidak tertunda. Penderita ADHD biasanya kesulitan memahami konsep waktu, [49] jadi konsekuensi yang tertunda mungkin tidak berarti.
    • Jika anak mengalami konsekuensi yang terlalu jauh setelah pelanggarannya, ini bisa menyebabkan konflik.
  3. Konsekuensi atas perilaku yang salah harus bersifat substansial. Jika anak Anda bisa dengan mudah menghindarinya, ia akan meremehkan konsekuensi tersebut.
    • Misalnya, jika konsekuensi dari tindakan mengebut adalah membayar denda sebesar Rp10.000,00, kita semua tentu akan terus mengebut. Denda ini bukanlah konsekuensi yang cukup kuat untuk mengubah perilaku. Tetapi, jika tilang yang diberikan sebesar Rp2.000.000,00, kita tentu akan terus memerhatikan batas kecepatan. Hal yang sama berlaku bagi anak penderita ADHD. Konsekuensi yang dijalankan harus cukup kuat agar bisa berfungsi sebagai pencegah. [50]
    • Jangan batalkan konsekuensi. [51] Jika Anda mengancam akan memberikan konsekuensi besar dan tidak melakukannya, anak tidak akan mendengarkan di kali berikutnya. Katakan hanya apa yang benar-benar Anda maksudkan dan sebaliknya jika ingin dihormati dan dipatuhi.
  4. Jalankan tindakan pendisiplinan dalam cara yang menunjukkan bahwa Anda bersikap rasional serta mampu menangani situasi yang terjadi. [52]
    • Kemarahan atau suara yang meninggi mungkin menyebabkan rasa cemas atau mengirimkan pesan bahwa anak dapat mengontrol Anda, karena ialah yang menimbulkan reaksi-reaksi tersebut. Tetaplah tenang dan penuh cinta agar pesan Anda tersampaikan.
  5. Para penderita ADHD cenderung merasa bahwa mereka “selalu” mengacaukan situasi atau menemui masalah. Terlepas dari kepribadian atau gaya mengasuh Anda, pastikan Anda tetap positif. Anak penderita ADHD perlu merasa bahwa ia lebih sering dipuji daripada dikritik. [53]
    • Masukan positif harus lebih banyak daripada masukan negatif secara signifikan. Ini penting untuk mengatasi perasaan gagal. Berusahalah lebih sering “memergokinya bertindak baik” dan pujilah anak saat berhasil mencapai sesuatu.
    • Sampaikan aturan-aturan di rumah dalam bahasa yang positif jika memungkinkan. [54] Misalnya, alih-alih mengucapkan, “Jangan menginterupsi!”, katakan, “Tunggu giliranmu” atau “Biarkan kakakmu menyelesaikannya dulu”. Anda mungkin harus berlatih untuk terbiasa mengubah larangan dalam bentuk negatif, contohnya dari “Jangan berbicara saat mengunyah!” ke “Telan dulu makanan di mulutmu sebelum berbicara” – namun, hal ini bisa menjadi kebiasaan asalkan Anda bersabar. Aturan-aturan positif membuat kesalahan yang terjadi tidak terlalu terasa sebagai kegagalan.
  6. Anda harus belajar mengantisipasi masalah di masa depan jika punya anak penderita ADHD. Bersiaplah menyambut masalah yang mungkin terjadi dan rencanakan intervensi untuk mencegahnya. [55]
    • Bantu anak mengembangkan kemampuan menganalisis sebab-akibat dan menyelesaikan masalah, dengan membantunya mencari jalan keluar bersama-sama. [56] Biasakan memikirkan dan mendiskusikan kemungkinan-kemungkinan buruk dengan anak sebelum mencoba menghadapi situasi yang menantang. [57]
    • Jika anak merasa bahwa ia telah masuk ke dalam sebuah persetujuan tentang cara menangani beberapa situasi, ia lebih mungkin menindaklanjutinya dengan melakukan perilaku yang tepat. Jika sebaliknya, setidaknya anak tetap akan merasa bahwa konsekuensi yang terjadi tidak terlalu semena-mena/berat sebelah.
    Iklan
Bagian 5
Bagian 5 dari 5:

Mengatasi Tantangan di Sekolah

Unduh PDF
  1. Remaja penderita ADHD biasanya kesulitan belajar di sekolah. Orang tua sering mengajukan komplain bahwa sekolah serta guru-gurunya gagal merawat anak-anak penderita ADHD sebagaimana mestinya, yaitu memiliki kebutuhan khusus. Guru mungkin hanya menganggap mereka sebagai orang-orang yang tidak penurut, pemberontak, serta malas. Maka, pastikan Anda berkomunikasi dengan para guru agar mereka paham mengenai masalah sesungguhnya.
    • Harapannya, pertemuan dengan guru akan menghasilkan usaha kolaboratif. Guru bisa menggabungkan pengalaman profesionalnya dengan pengetahuan orang tua tentang apa yang efektif untuk anak mereka. Dengan begini, kalian bisa mengembangkan rencana pendidikan bersamaan agar anak bisa berhasil, baik dalam segi akademis maupun perilaku. [58]
    • Orang tua harus mendiskusikan berbagai variasi topik dengan guru. Ini termasuk hadiah dan konsekuensi yang efektif, cara menjalankan rutinitas pekerjaan rumah yang tepat, bagaimana guru akan berkomunikasi secara reguler tentang masalah dan kesuksesan, bagaimana orang tua bisa meniru apa yang dilakukan guru di kelas untuk mencapai konsistensi yang lebih baik, dll.
  2. Sama seperti tugas-tugas harian dan pekerjaan rumah, anak penderita ADHD lebih mungkin sukses jika menjalankan rutinitas yang konsisten. Berusahalah semampu Anda untuk membantunya mengembangkan rutinitas yang produktif. [59]
    • Bagi beberapa siswa, kesuksesan akan mudah dicapai dengan jadwal, rutinitas, serta komunikasi pekerjaan rumah yang konsisten.
    • Alat-alat bantu organisasi yang efektif, misalnya agenda harian, binder dengan kode warna, dan daftar cek juga bisa membantu.
  3. Bahkan dengan rutinitas yang konsisten dan guru-guru yang sangat membantu, beberapa murid mungkin tetap memerlukan dukungan ekstra. Bagi para orang tua yang mengetahuinya, ada beberapa jenis layanan yang tersedia. Contohnya adalah waktu ekstra untuk menyelesaikan ujian hingga ruangan spesial berisikan guru dan tenaga bantuan yang telah dilatih secara khusus. [60]
    • Anak-anak bisa diberikan perlakuan khusus atas salah satu dari dua alasan mendasar ini: mereka memang memiliki kondisi khusus, atau sangat tertinggal dari teman-temannya secara akademis.
    • Jika Anda merasa anak Anda perlu bantuan lebih, mintalah layanan evaluasi pendidikan khusus. Ajukan permintaan ini secara tertulis. [61]
    • Berhati-hatilah akan sekolah yang menganggap bahwa ADHD bukanlah merupakan keadaan yang membutuhkan perhatian khusus. Seseorang mungkin menganggap bahwa ADHD tidak termasuk dalam daftar kebutuhan khusus, atau yang di AS disebut dengan istilah Disabilities Education Act (IDEA). Namun, undang-undangnya di negara ini mengatakan bahwa ada kategori sembilan, yang mencakup “gangguan kesehatan lainnya”. Gangguan kesehatan ini kemudian didefinisikan sebagai “… masalah kesehatan kronis atau akut seperti asma, ADD, atau ADHD… yang memengaruhi performa anak secara signifikan dalam pendidikannya”. [62]
  4. IEP, yang merupakan rencana pendidikan individu, adalah dokumen yang dibuat oleh staf sekolah serta orang tua. Dokumen ini menentukan target-target akademis, perilaku, serta sosial bagi murid berkebutuhan khusus. Dokumen ini juga menentukan bagaimana hasil akan diukur, mendefinisikan langkah-langkah intervensi spesifik untuk mencapai target, dan lain sebagainya. [63]
    • Setelah menyediakan dokumentasi mengenai diagnosis ADHD anak dan evaluasi pendidikan khususnya, Anda akan diajak mengikuti konferensi IEP.
    • Konferensi ini mendaftarkan keputusan tentang ruangan kelas kecil, persentase kesertaan dalam ruangan kelas umum, akomodasi, tindakan disiplin, uji coba, dan lebih banyak hal lainnya lagi.
    • Sekolah terikat secara hukum untuk mengikuti panduan yang ditetapkan pada IEP. Para guru yang gagal mengikuti IEP akan rentan terkena tuntutan hukum, baik secara pribadi maupun melalui institusinya.
    • Sekolah juga harus mengundang orang tua untuk menghadiri konferensi IEP rutin, demi mengevaluasi perkembangan anak dan tingkat keefektifan rencana. Sesuaikan rencana ini sesuai keperluan.
    • IEP awal akan mempermudah perlakuan khusus saat anak berpindah sekolah.
  5. Saat seorang anak menginjak usia 16 tahun, ini berarti saatnya melihat apa yang ia perlukan ketika menginjak usia sekolah menengah. Saat anak-anak yang dilindungi IEP mencapai usia 16 tahun, fokus berkas-berkas mereka akan masuk ke layanan-layanan yang bersifat transisi. [64] Anda dapat membantu memfasilitasi proses ini.
    • Banyak remaja ADHD perlu panduan khusus untuk mempersiapkan masa kuliah. Panduan ini termasuk menemukan institusi yang tepat dan akan mendukung kebutuhan khusus. Selain itu, layanan yang tersedia juga mencakup pencarian akomodasi untuk keperluan tes, serta menentukan bagaimana kebutuhan khusus akan dipenuhi dalam proses aplikasi.
    • Siswa SMA penderita ADHD mungkin tertinggal dari teman-temannya dalam area-area keahlian hidup. [65] Mereka mungkin tidak tahu cara membuka rekening tabungan, mengatur asuransi mobil, menegosiasikan harga, membaca kontrak kerjasama, atau mengatur anggaran bulanan. Semua hal ini merupakan kekhawatiran yang harus dikuasai oleh para remaja. Bagi mereka yang mengalami ADHD, sekolah mungkin bisa memberikan panduan tambahan.
    • Penderita ADHD juga harus memonitor perkembangan mentalnya. Misalnya, apakah mereka telah mampu membuat janji temu sesuai keperluan dengan dokter, terapis, serta manajer rumah sakit? Apa mereka tahu jenis obat-obatan yang harus mereka minum, kapan saat yang tepat dan bagaimana cara mengonsumsinya, serta kapan mereka harus kembali membeli dosis yang baru? Semua ini, dan berbagai pertanyaan lain, adalah hal yang penting untuk dijawab, sejalan dengan layanan-layanan berbasis IEP pada sekolah yang mereka ikuti.
    • Perkembangan seksual juga sering menjadi kekhawatiran. Berbagai perjuangan dengan pemikiran sebab-akibat bergabung bersama sikap impulsive, sehingga dapat menimbulkan situasi “badai besar. Beberapa sekolah memiliki program untuk memperkenalkan murid-muridnya ke kewajiban sebagai orang tua. Sekolah-sekolah ini juga mungkin menyediakan informasi kontrasepsi dan/atau cara-cara menahan diri. Remaja dengan masalah ADHD perlu bimbingan kuat untuk menavigasi area ini.
  6. Setelah masa SMA berakhir, ia harus memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya atau langsung bekerja. Anda bisa memberi panduan agar keputusan ini lebih mudah dipilih. Berikut beberapa masukan yang juga bisa membantu Anda.
    • Bangku kuliah bukanlah untuk semua orang. Beberapa siswa dengan ADHD akan lebih bahagia menghindari masa kuliah dan mencari sekolah alternatif atau jalur berkarier lainnya. Akan tetapi, hanya karena seseorang menderita ADHD, ini bukan berarti ia tidak bisa berkuliah.
    • Semua kampus memiliki layanan konseling mahasiswa, namun keputusan untuk menggunakannya bergantung pada diri setiap murid. Universitas mungkin tidak akan bertanya apakah calon murid memerlukan akomodasi atau bantuan lainnya. Siswa yang menderita ADHD harus mempelajari jenis-jenis bantuan yang tersedia serta mempersiapkan semuanya sebelum mulai menempuh pendidikan. [66]
    • Beberapa kampus memiliki susunan kuat untuk membantu siswa yang mengalami ADHD. Mereka membantu pencapaian akademis para siswa ini, serta menolong agar siswa-siswa tersebut dapat belajar lebih banyak tentang meraih kesuksesan dalam bidang kariernya. [67]
    • Kebanyakan murid penderita ADHD mungkin tidak terlalu stres serta lebih sukses jika mereka tidak harus pindah terlalu jauh dari rumah. [68] Memiliki susunan kuat yang suportif di bangku kuliah juga membantu untuk memberikan kompensasi. Pilihlah kampus kecil agar ia tidak merasa terlalu lelah mental. Hal ini dapat membantunya.
  7. Sekolah seperti ini mungkin menjadi jawaban yang tepat bagi beberapa penderita ADHD. Selain itu, ini juga merupakan opsi yang baik bagi mereka yang lebih efektif belajar praktek daripada melalui metode tradisional yang menekankan pada sisi akademis. [69]
    • Sekolah-sekolah keterampilan (atau sekolah khusus dan universitas penjurusan) menyediakan latihan teknis secara langsung serta sertifikasi dalam berbagai bidang. Banyak di antaranya menawarkan pelatihan vokasi dengan sertifikat jangka pendek atau program-program gelar sarjana selama dua tahun.
    • Opsi-opsi ini mungkin memberikan kualifikasi yang diperlukan murid untuk bekerja sebagai teknisi listrik, tukang ledeng, mekanik, teknisi dokter hewan, desainer grafis, sekretaris, dan dalam berbagai bidang lainnya.
    • Beberapa program ini, setelah diselesaikan, mungkin memberikan sertifikat dari universitas jika ditempuh selama empat tahun.
    • Bekerjasamalah dengan konselor sekolah menengah atau universitas untuk memilih program-program keterampilan.
  8. Bergabung dengan tentara mungkin menjadi opsi yang baik bagi beberapa remaja penderita ADHD. Jalur ini biasanya cocok bagi mereka yang mampu bertahan dalam suasana dukungan sosial yang rendah serta bisa mendapatkan keuntungan dari pelatihan keterampilan.
    • Di masa lalu, ADHD membuat seseorang didiskualifikasi secara otomatis dari layanan ketentaraan. Di zaman sekarang, panduan yang baru mengizinkan orang dewasa penderita ADHD, yang sudah satu tahun atau lebih tidak mengonsumsi obat-obatan serta tidak “menunjukkan sikap impulsif atau tidak mampu memerhatikan secara signifikan”, untuk bergabung dengan tentara (konteksnya di sini adalah di AS). [70]
    Iklan

Tips

  • Hal mengenai pengobatan adalah keputusan yang sangat pribadi. Keputusan ini mungkin harus disesuaikan atau diubah secara radikal seiring dengan berjalannya waktu.
  • Diskusikan semua perubahan diet penting dengan dokter yang mengawasi pengobatan ADHD. Pastikan tidak ada konflik yang bisa berdampak negatif atau mengubah kemanjuran obat-obatan resep. Dokter juga mampu menyarankan dosis suplemen yang dibutuhkan serta memperingatkan mengenai semua efek samping yang mungkin terjadi. [71] Sebagai contoh, melatonin mungkin meningkatkan kualitas tidur penderita ADHD, tetapi juga bisa memacu keadaan vivid dreaming . Pengalaman ini mungkin tidak menyenangkan.
  • Terkadang, orang tua menghadiri konferensi IEP dan diberikan panduan IEP yang lengkap. Panduan ini dibacakan atau dijelaskan, kemudian harus ditandatangani. Jangan lakukan hal tersebut! [72] Pastikan terlebih dulu bahwa masukan Anda sudah diterima dan merefleksikan anak serta kebutuhan khususnya secara akurat.
  • ADDitude Magazine adalah sumber belajar daring gratis yang menyediakan informasi, strategi, dan dukungan bagi orang dewasa penderita ADHD, anak-anak, serta orang tua mereka yang mengalami ADHD. [73]
Iklan

Peringatan

  • Stimulan memiliki efek samping, seperti penurunan nafsu makan serta kesulitan tidur. Hal kedua ini sering kali bisa diatasi dengan mengurangi dosisnya atau menambahkan obat resep untuk memperbaiki kualitas tidur, misalnya klonidin atau melatonin. [74]
  • Obat-obatan non-stimulan mungkin lebih efektif bagi beberapa penderita ADHD, tetapi sebagian efek sampingnya mungkin lebih mengkhawatirkan. Misalnya, anak muda yang mengonsumsi atomoxetine harus diawasi dengan saksama, karena mereka akan mengalami peningkatan pikiran ingin bunuh diri. [75]
Iklan

Referensi

  1. Attention-Deficit / Hyperactivity Disorder (ADHD): Symptoms and Diagnosis found at http://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/diagnosis.html
  2. Attention-Deficit / Hyperactivity Disorder (ADHD): Symptoms and Diagnosis found at http://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/diagnosis.html
  3. Why Is My Child’s ADHD Not Better Yet? Recognizing The Undiagnosed Secondary Conditions That May Be Affecting Your Child’s Treatment by David Gottlieb, Thomas Shoaf, and Risa Graff (2006).
  4. Why Is My Child’s ADHD Not Better Yet? Recognizing The Undiagnosed Secondary Conditions That May Be Affecting Your Child’s Treatment by David Gottlieb, Thomas Shoaf, and Risa Graff (2006).
  5. Serotonin and Prefrontal Cortex Function: Neurons, Networks, and Circuits by M.V. Puig and A.T. Gulledge in Molecular Neurobiology, Vol 44, issue 3 (December 2011).
  6. Why Is My Child’s ADHD Not Better Yet? Recognizing The Undiagnosed Secondary Conditions That May Be Affecting Your Child’s Treatment by David Gottlieb, Thomas Shoaf, and Risa Graff (2006).
  7. Serotonin and Prefrontal Cortex Function: Neurons, Networks, and Circuits by M.V. Puig and A.T. Gulledge in Molecular Neurobiology, Vol 44, issue 3 (December 2011).
  8. Why Is My Child’s ADHD Not Better Yet? Recognizing The Undiagnosed Secondary Conditions That May Be Affecting Your Child’s Treatment by David Gottlieb, Thomas Shoaf, and Risa Graff (2006).
  9. Why Is My Child’s ADHD Not Better Yet? Recognizing The Undiagnosed Secondary Conditions That May Be Affecting Your Child’s Treatment by David Gottlieb, Thomas Shoaf, and Risa Graff (2006).
  1. Fight Back With Food by Tana Amen, R.N. in ADDitude Magazine (Winter 2014).
  2. Serotonin and Prefrontal Cortex Function: Neurons, Networks, and Circuits by M.V. Puig and A.T. Gulledge in Molecular Neurobiology, Vol 44, issue 3 (December 2011).
  3. Fight Back With Food by Tana Amen, R.N. in ADDitude Magazine (Winter 2014).
  4. Why Is My Child’s ADHD Not Better Yet? Recognizing The Undiagnosed Secondary Conditions That May Be Affecting Your Child’s Treatment by David Gottlieb, Thomas Shoaf, and Risa Graff (2006).
  5. The ADHD Update: Understanding Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder by Alvin and Virginia Silverstein and Laura Silverstein Nunn (2008).
  6. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2892678/
  7. Why Is My Child’s ADHD Not Better Yet? Recognizing The Undiagnosed Secondary Conditions That May Be Affecting Your Child’s Treatment by David Gottlieb, Thomas Shoaf, and Risa Graff (2006).
  8. The ADHD Update: Understanding Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder by Alvin and Virginia Silverstein and Laura Silverstein Nunn (2008).
  9. http://www.additudemag.com/adhd/article/9774.html
  10. What Causes ADHD? (by National Institute of Mental Health) found at http://www.nimh.nih.gov/health/publications/attention-deficit-hyperactivity-disorder/index.shtml?rf=71264#pub3
  11. What Causes ADHD? (by National Institute of Mental Health) found at http://www.nimh.nih.gov/health/publications/attention-deficit-hyperactivity-disorder/index.shtml?rf=71264#pub3
  12. On Their Own: Creating an Independent Future for Your Child With Learning Disabilities and ADHD by Anne Ford (2007).
  13. What Causes ADHD? (by National Institute of Mental Health) found at http://www.nimh.nih.gov/health/publications/attention-deficit-hyperactivity-disorder/index.shtml?rf=71264#pub3
  14. What Causes ADHD? (by National Institute of Mental Health) found at http://www.nimh.nih.gov/health/publications/attention-deficit-hyperactivity-disorder/index.shtml?rf=71264#pub3
  15. Fight Back With Food by Tana Amen, R.N. in ADDitude Magazine (Winter 2014).
  16. Making Sense of Foods—Carbohydrates: Simple versus Complex at http://www.nutritionmd.org/nutrition_tips/nutrition_tips_understand_foods/carbs_versus.html
  17. Fight Back With Food by Tana Amen, R.N. in ADDitude Magazine (Winter 2014).
  18. Healthy Diet at http://www.cdc.gov/actagainstaids/campaigns/hivtreatmentworks/livewell/healthydiet.html
  19. Fight Back With Food by Tana Amen, R.N. in ADDitude Magazine (Winter 2014).
  20. Healthy Diet at http://www.cdc.gov/actagainstaids/campaigns/hivtreatmentworks/livewell/healthydiet.html
  21. Fight Back With Food by Tana Amen, R.N. in ADDitude Magazine (Winter 2014).
  22. Vitamins and Supplements for ADHD at http://www.webmd.com/add-adhd/guide/vitamins-supplements-adhd
  23. Fight Back With Food by Tana Amen, R.N. in ADDitude Magazine (Winter 2014).
  24. http://www.webmd.com/add-adhd/childhood-adhd/food-dye-adhd
  25. Fight Back With Food by Tana Amen, R.N. in ADDitude Magazine (Winter 2014).
  26. http://www.foundhealth.com/adhd/adhd-and-family-therapy
  27. http://www.webmd.com/add-adhd/childhood-adhd/exercise-for-children-with-adhd_
  28. Putting On The Brakes: Young People’s Guide to Understanding Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) by Patricia O. Quinn & Judith M. Stern (1991).
  29. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  30. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  31. Organize Your ADD/ADHD Child: A Practical Guide For Parents by Cheryl R. Carter (2011).
  32. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  33. http://www.additudemag.com/adhd-guide/summer.html
  34. Putting On The Brakes: Young People’s Guide to Understanding Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) by Patricia O. Quinn & Judith M. Stern (1991).
  35. On Their Own: Creating an Independent Future for Your Child With Learning Disabilities and ADHD by Anne Ford (2007).
  36. http://www.healthyplace.com/adhd/articles/self-care-when-parenting-an-adhd-child/
  37. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  38. Dr. Larry’s Silver’s Advice to Parents on ADHD by Larry N. Silver (1999).
  39. Dr. Larry’s Silver’s Advice to Parents on ADHD by Larry N. Silver (1999).
  40. ADHD and the Nature of Self-Control by Russell A. Barkley (1997).
  41. ADHD and the Nature of Self-Control by Russell A. Barkley (1997).
  42. ADHD and the Nature of Self-Control by Russell A. Barkley (1997).
  43. http://www.additudemag.com/adhdblogs/6/8347.html
  44. http://www.webmd.com/add-adhd/childhood-adhd/parenting-child-adhd
  45. Organize Your ADD/ADHD Child: A Practical Guide For Parents by Cheryl R. Carter (2011).
  46. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  47. Why Is My Child’s ADHD Not Better Yet? Recognizing The Undiagnosed Secondary Conditions That May Be Affecting Your Child’s Treatment by David Gottlieb, Thomas Shoaf, and Risa Graff (2006).
  48. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  49. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  50. http://www.additudemag.com/adhd/article/683.html
  51. The Everything Parent’s Guide to Children With ADD/ADHD: A Reassuring Guide to Getting The Right Diagnosis, Understanding Treatments, And Helping Your Child Focus by Linda Sonna (2005).
  52. The Everything Parent’s Guide to Children With ADD/ADHD: A Reassuring Guide to Getting The Right Diagnosis, Understanding Treatments, And Helping Your Child Focus by Linda Sonna (2005).
  53. Students With ADHD Can Be Eligible For An IEP by Dennise Goldberg, Aug. 13, 2012, found at http://www.specialeducationadvisor.com/students-with-adhd-can-be-eligible-for-an-iep/
  54. http://www.additudemag.com/adhd/article/711.html
  55. On Their Own: Creating an Independent Future for Your Child With Learning Disabilities and ADHD by Anne Ford (2007).
  56. On Their Own: Creating an Independent Future for Your Child With Learning Disabilities and ADHD by Anne Ford (2007).
  57. On Their Own: Creating an Independent Future for Your Child With Learning Disabilities and ADHD by Anne Ford (2007).
  58. Colleges with Support Programs at http://collegeacademicsupport.com/programs.html
  59. On Their Own: Creating an Independent Future for Your Child With Learning Disabilities and ADHD by Anne Ford (2007).
  60. http://www.additudemag.com/adhd/article/2524.html
  61. New Asthma and ADD/ADHD Policy: Military Softens Enlistment Standards by Rod Powers, found at http://usmilitary.about.com/od/joiningthemilitary/a/asthma.htm .
  62. Vitamins and Supplements for ADHD at http://www.webmd.com/add-adhd/guide/vitamins-supplements-adhd
  63. Creating an IEP/504 Plan For Your ADHD Child: 11 Action Steps and 40 Great Accommodations, (2013) found at http://assets.addgz4.com/pub/free-downloads/pdf/CreatingAnIEP504forYourADHDChild.pdf
  64. ADDitude Magazine: Strategies and Support for ADHD & LD at http://www.additudemag.com
  65. What Medications Are Used to Treat ADHD? (by National Institute of Mental Health) found at http://www.nimh.nih.gov/health/topics/mental-health-medications/mental-health-medications.shtml#part_149868
  66. What Medications Are Used to Treat ADHD? (by National Institute of Mental Health), ditemukan di http://www.nimh.nih.gov/health/topics/mental-health-medications/mental-health-medications.shtml#part_149868

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 15.785 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan