Unduh PDF Unduh PDF

Membela diri sendiri membutuhkan kepercayaan diri. Jika Anda ingin mengetahui perasaan orang lain, Anda harus berhati-hati. Dengan menggunakan kemampuan berkomunikasi asertif, Anda bisa menunjukkan apa yang Anda inginkan dan menghormati orang lain.

Bagian 1
Bagian 1 dari 2:

Melakukan Komunikasi Asertif

Unduh PDF
  1. Bersikap asertif berarti Anda membela diri dan berbagi pikiran dan perasaan dengan orang lain. Anda tidak ingin menyakiti orang lain dengan kata-kata Anda. Alih-alih, Anda ingin menyampaikan maksud Anda. Anda bersikap agresif saat mengecilkan orang lain. Anda berusaha menyampaikan poin Anda dengan menyakiti orang lain. [1]
    • Contoh komunikasi asertif: "Lia, aku akan berterima kasih jika kamu mau lebih terbuka kepada situasi personalku saat ini. Saudaraku sedang sakit jadi aku tidak bisa sering datang ke latihan." Untuk tips lainnya, bacalah be assertive .
    • Contoh komunikasi agresif: "Lia, kamu jahat sekali, sih. Kok bisa kamu begitu tidak sensitif saat saudaraku begitu sakit. Kamu punya hati tidak, sih?”
  2. Berdirilah dengan tegak. Jangan membungkuk atau menyender ke dinding. Jaga kepala terus tegak dan pandang mata lawan bicara. Alih-alih menyilangkan lengan, pastikan lengan terus berada di sisi tubuh. Saat duduk, jangan menyilangkan kaki dan pastikan kaki menempel ke lantai.
  3. Alih-alih menggunakan kalimat menuding dengan kata "kamu", pilihlah kalimat dengan kata "aku." Contohnya, "Aku merasa sakit hati saat kamu tidak menghiraukan kebutuhanku" alih-alih mengatakan "Kamu selalu lupa kalau aku harus diantar." Dengan fokus kepada kata "aku", Anda mengurangi kemungkinan untuk terkesan menyalahkan. Anda malah berusaha membuka dialog. [2]
  4. [3] Saat membela diri, cobalah untuk menyatakan fakta. Jangan membela diri. Misalnya Anda berkata, "Lia, kamu tidak adil!" dan ini tidak efektif. Walaupun penting untuk menyampaikan bagaimana seseorang menyakiti perasaan Anda, coba jelaskan kenapa. Dengan mengatakan bahwa Anda sedih, lawan bicara pun bisa mengetahui alasannya. Anda bisa mencoba beberapa trik di bawah ini:
    • Anda bisa berkata, "Lia, aku rasa kamu tidak mengerti kenapa aku sering absen latihan. Saudaraku sangat sakit dan keluargaku pergi jauh-jauh untuk mengunjunginya di rumah sakit. Aku ingin sekali bisa berkomitmen kepada tim sekarang, tetapi saudaraku lebih penting. Aku harap kamu bisa mengerti.”
  5. Jika ada orang yang mengecilkan Anda, sadarilah bahwa tidak ada orang yang bisa membuat Anda berpikir bahwa pikiran Anda tidak berarti. [4] Jika pikiran terlintas di benak Anda, berarti pikiran tersebut berharga. Tetapi bukan berarti pikiran Anda selalu benar. Oleh karena itu, pahami benar situasi ini dan cobalah untuk berpikiran terbuka.
  6. Tidak semua pertentangan harus dipecahkan. Anda bisa sesekali menjelaskan dari mana Anda berasal. Beberapa perselisihan pendapat itu normal dalam segala macam hubungan. [5]
    • Misalnya, mungkin agama Anda melarang Anda untuk mengonsumsi alkohol dan Anda pun tidak mengonsumsinya saat pergi ke pesta ulang tahun teman. Walaupun teman Anda keberatan dengan pilihan Anda ini, jika dia sadar bahwa ini merupakan hal yang sangat penting bagi Anda, kemungkinan besar dia pun akan memahami pilihan Anda.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 2:

Mendengarkan Orang Lain

Unduh PDF
  1. Saat sedang mengalami konflik dengan orang lain, ambil napas dalam-dalam. Jangan langsung bereaksi. Pastikan Anda cukup tenang untuk membahas situasi ini dengan rasional.
    • Jika Anda tidak tenang dan belum siap membahas situasi yang ada, katakanlah. Anda bisa berkata, "Boleh kasih aku waktu lima menit? Setelah itu sepertinya aku bisa membahas masalah ini."
    • Cobalah untuk menghitung sampai sepuluh sambil bernapas dari diafragma. Biarkan napas keluar dengan perlahan.
  2. Saat sedang berada dalam konflik dengan seseorang, dengarkan sudut pandangnya akan permasalahan ini. Jangan menginterupsinya. Walaupun Anda harus membela diri, Anda pun akan lebih memahami sudut pandang orang lain. Ini bisa membantu Anda untuk berkomunikasi dengan lebih efektif.
    • Jangan menganggap pikiran orang lain tidak masuk akal. [6] Itu perilaku yang agresif dan tidak produktif.
    • Tunjukkan bahwa Anda mendengarkan dengan memberikan tanda-tanda verbal dan visual. Anggukkan kepala dan tatap matanya. [7] Sesekali ucapkan "ya", "betul", "hmm."
  3. Setelah lawan bicara selesai bicara, ulangi apa yang telah Anda dengar. Ini akan mencegah kesalahpahaman. Selain itu, hal ini akan menunjukkan bagaimana Anda berusaha untuk memahami lawan bicara.
    • Misalnya, Anda bisa berkata: "Lia, aku menangkap kalau maksudmu aku melemahkan tim basket kita. Aku tidak datang ke latihan sesering yang kamu mau. Benarkah?”
  4. Setelah teman Anda menjelaskan perasaannya, luangkan waktu untuk mengklarifikasi pertanyaan atau keraguan yang ada di benak Anda. Melontarkan pertanyaan itu menunjukkan kepedulian yang lebih besar ketimbang hanya menerima perkataan lawan bicara. Selain itu, jika lawan bicara terlihat ragu untuk berbagi perasaannya, coba: [8]
    • Anda bisa berkata: "Lia, aku lihat kamu frustrasi denganku. Apa aku melakukan sesuatu yang menyinggungmu?" Lia mungkin tidak marah dengan Anda karena Anda pemain terlemah di tim. Bisa jadi dia merasa kesal karena Anda jarang hadir. Mungkin dia melihat ada potensi besar dalam diri Anda dan merasa frustrasi karena Anda tidak memberikan komitmen sebaik mungkin.
    Iklan

Tips

  • Jika Anda menyakiti perasaan seseorang, langsung minta maaf.
  • Jangan katakan sesuatu yang Anda tahu akan menyakiti perasaan orang lain.
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 5.151 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan