Unduh PDF Unduh PDF

Pembuatan rampa kursi roda ditujukan untuk membantu para penyandang disabilitas dalam mengakses fasilitas privat maupun umum. Di Indonesia, penyediaan akses bagi penyandang disabilitas sesungguhnya telah tercantum pada UU RI No. 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, sedangkan untuk teknik pelaksanaan penyediaan aksebilitas, telah dikeluarkan Peraturan Menteri No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksebilitas pada Bangunan dan Lingkungan. Oleh karena itu, pembuatan rampa kursi roda merupakan salah satu perwujudan dari komitmen tersebut. Sebuah rampa dapat bersifat permanen, semi-permanen, atau portabel. Di masa depan, semua bangunan-bangunan baru pun akan dianjurkan untuk menyediakan rampa kursi roda. [1] Pembuatan rampa struktural atau permanen akan memerlukan keahlian teknis, pengerjaan kayu khusus, dan bisa jadi akan membutuhkan izin tertentu. Sebaliknya, rampa sementara/portabel dapat Anda buat sendiri dengan mudah. Apabila Anda atau kerabat Anda merupakan penyandang disabilitas dan membutuhkan rampa untuk kebutuhan domestik, atau apabila Anda adalah pemilik usaha yang ingin memudahkan akses ke bangunan Anda, mempelajari cara pembuatan rampa kursi roda akan membantu Anda menciptakan bangunan yang mudah diakses oleh penyandang disabilitas.

Bagian 1
Bagian 1 dari 3:

Menyusun Rencana Pembangunan

Unduh PDF
  1. Sebelum Anda berhubungan dengan pihak berwenang mengenai perizinan pembangunan atau pengumpulan bahan-bahan, Anda harus menentukan apakah rampa yang akan Anda buat ditujukan untuk pemakaian sementara atau permanen. Pembuatan rampa sementara/portabel (yang akan didiskusikan pada bagian selanjutnya secara lebih mendalam) akan lebih mudah untuk dilakukan dibandingkan dengan pembangunan rampa permanen yang memerlukan jasa pihak ahli konstruksi atau membutuhkan perizinan tambahan dari pemerintah setempat. [2] Perlu diketahui juga bahwa, di beberapa daerah, perizinan tetap diperlukan meski rampa yang dibangun bersifat sementara.
  2. Apabila terdapat kemungkinan bahwa Anda akan memerlukan perizinan khusus, tunjukkan rencana pembuatan rampa yang mencakup garis batas properti, ukuran dan lokasi rumah, dan tempat rampa akan dipasang. Sertakan juga data tinggi, panjang, dan lebar rampa, serta jaraknya dari trotoar atau jalanan. [3]
    • Di beberapa wilayah, rencana pembuatan rampa harus disertakan sebelum Anda bisa memperoleh perizinan. [4] Walaupun ternyata perencanaan tersebut tidak perlu dilampirkan, Anda sebaiknya juga tetap menyiapkannya untuk disimpan sebagai salah satu dokumen catatan pembuatan rampa.
    • Di beberapa wilayah, rencana pembuatan rampa harus dibuat oleh insinyur atau tukang kayu profesional agar bisa mendapatkan izin. [5] Hubungi kantor dinas pekerjaan umum, bangunan, atau pemerintah setempat untuk mencari tahu dokumen apa saja yang diperlukan.
  3. Selain biaya suplai, bahan bangunan, dan gaji kontraktor serta tukang kayu, Anda juga mungkin akan harus membayar untuk mendapatkan izin. Di kebanyakan tempat, biaya perizinan ditentukan berdasarkan perkiraan biaya pembangunan rampa. [6]
    • Apabila Anda ingin membuat rampa sementara/portabel, Anda hanya akan perlu memperkirakan biaya kayu dan bahan-bahan lainnya. Apabila Anda membangun rampa permanen, Anda akan memerlukan tukang kayu atau bangunan sehingga biaya yang dibutuhkan akan meningkat secara signifikan.
  4. Di beberapa tempat, perizinan pembangunan dari kantor walikota harus sudah diperoleh sebelum rampa mulai dibangun. Peraturan perizinan akan bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya.
    • Di kota-kota yang mensyaratkan izin pembangunan, Anda bisa menghadapi permasalahan hukum dan didenda berat apabila Anda membangun rampa tanpa izin. [7]
    • Cari tahu peraturan pendirian bangunan untuk kota dan daerah tempat Anda tinggal. Hubungi dinas pekerjaan umum, konstruksi, dan pemerintah setempat untuk mengetahui perizinan dan peraturan yang terkait dengan pembuatan rampa kursi roda dan/atau akses disabilitas. [8]
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 3:

Mengukur Bahan-Bahan

Unduh PDF
  1. Ada tiga jenis desain yang paling sering dipilih oleh para pembuat rampa. Jenis yang pertama adalah desain berbentuk lurus (rampa in-line ) yang menghubungkan rampa dan landasan dalam satu garis lurus. Jenis kedua adalah rampa berbentuk L (rampa dog-legged ) yang berbelok sembilan puluh derajat pada landasan. Rampa L yang dibentuk mengelilingi rumah juga disebut sebagai rampa melilit. Jenis ketiga adalah rampa berbalik yang memiliki putaran jalur sebesar 180º di salah satu atau beberapa landasannya. [9]
    • Salah satu faktor utama dalam memilih desain rampa adalah estetika visual. Namun, terkadang, ukuran dan bentuk halaman juga bisa menentukan bentuk dan desain rampa. [10]
  2. Lereng dari rampa, atau sudut kemiringan, ditentukan oleh tinggi yang harus dihubungkan oleh rampa. Untuk sebagian besar struktur, rasio minimum antara tinggi dan alas rampa adalah 1:12. Pembentukan struktur dengan rasio ini ditujukan agar rampa tidak terlalu miring dan bisa digunakan dengan mudah serta aman. [11]
    • Untuk mengalkulasi panjang rampa, ukurlah total tinggi yang diinginkan dan kalikan angka tersebut dengan total kemiringan. Sebagai contoh, sebuah rampa dengan rasio kemiringan 1:12 dan tinggi 75 cm akan memerlukan panjang 75 cm × 12 = 900 cm atau 9 m. [12]
    • Rampa bisa dibangun dengan rasio kemiringan lebih kecil dari 1:12, seperti 1:16, untuk mengurangi kemiringan dan meningkatkan faktor keamanan serta kemudahan akses. Rasio kemiringan rampa sebaiknya tidak lebih besar dari 1:12 karena sudutnya akan semakin tajam dan dapat mengakibatkan kecelakaan dan/atau luka. [13]
    • Perlu diketahui bahwa apabila rampa dibangun untuk tempat komersial, pemerintah setempat bisa jadi akan memberikan persyaratan kemiringan yang berbeda antara rampa luar dan dalam ruangan. Sebagai contoh kasus, di Minnesota, Amerika Serikat, rampa yang dibangun di dalam ruangan untuk penggunaan komersial/umum bisa memiliki kemiringan 1:12, tapi rampa luar ruangan (yang bisa disebut sebagai “setapak”, tergantung peraturan setempat) harus memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil, sekurang-kurangnya 1:20. [14]
  3. Dikarenakan ukuran sudut, dimensi, dan penggunaan yang berbeda-beda (contoh: orang berkursi roda yang bepergian seorang diri atau orang berkursi roda yang didampingi), Anda mungkin akan harus memasang landasan pada rampa. Ada tiga jenis landasan rampa yang sering digunakan: landasan atas, bawah, dan tengah (landasan tengah bersifat opsional). [15]
    • Landasan atas harus berukuran sekurang-kurangnya 152,4 cm × 152,4 cm apabila berada di depan pintu yang mengayun ke luar. Landasan tersebut harus menyediakan sekurang-kurangnya 30,5—61,0 cm ruang kosong pada sisi gagang pintu untuk memastikan agar orang yang berkursi roda tidak perlu mundur ke belakang untuk membuka pintu. Landasan atas sebaiknya menyatu dengan lantai. Selain itu, sela antara antara landasan dengan batas pintu tidak boleh lebih dari 1,3 cm. Hal ini ditujukan untuk mencegah tersangkutnya kursi roda pada sela antara landasan dengan lantai bangunan serta mencegah orang-orang yang keluar melalui pintu dengan berjalan kaki dari tersandung. [16]
    • Biasanya, landasan tengah bersifat opsional tergantung dengan panjang dan kemiringan rampa. Ukuran landasan dapat bervariasi, dari 91,5 hingga 152.4 cm, tergantung pada kemiringannya. Rampa dengan sudut yang lebih besar (seperti rasio kemiringan 1:12) akan memerlukan jarak lebih jauh untuk menghentikan kursi roda yang berjalan menuruninya. [17]
    • Landasan bawah harus memiliki lebar sekurang-kurangnya sama dengan ukuran lebar rampa dengan panjang kurang lebih 122 cm apabila rampa akan digunakan oleh pejalan kaki atau 152,4—182,9 cm apabila rampa hanya akan dipakai oleh pengguna kursi roda. [18]
    • Pastikan landasan bawah dan tanah memiliki transisi dengan bagus. Apabila beda tinggi antara permukaan landasan dengan tanah mencapai lebih dari 1,3 cm, pejalan kaki yang menggunakan rampa tersebut bisa tersandung sedangkan pengguna kursi roda dapat terguling. [19]
    • Banyak ahli merekomendasikan untuk mengunci landasan atas ke fondasi bangunan. Jika tidak, maka rampa berisiko berubah ketinggian karena fluktuasi suhu sehingga membahayakan pengguna rampa atau menyebabkan terganjalnya pintu. [20]
  4. Fitur keamanan tambahan seperti pegangan tangan dan pagar pembatas merupakan komponen penting untuk kebanyakan rampa kursi roda. Pegangan tangan akan membantu pengguna kursi roda untuk menahan dirinya dari bergulir menuruni rampa. Selain itu, pagar pembatas akan mencegah pengguna kursi roda dari tergelincir keluar dari jalur rampa atau landasan. [21]
    • Ukuran dan penempatan pegangan tangan akan bergantung pada tinggi dan kekuatan lengan pengguna utama rampa serta persyaratan khusus dari pemerintah setempat. Biasanya, pegangan tangan dipasang pada ketinggian 78,7—86,4 cm. [22]
    • Diameter pegangan tangan sebaiknya kurang dari atau sama dengan 3,8 cm agar dapat digenggam dengan baik. Diameter tersebut sebaiknya berukuran lebih kecil apabila penggunanya adalah anak-anak atau orang dewasa dengan kemampuan pegangan yang lebih rendah. [23]
    • Beberapa toko kayu menyediakan pegangan tangan vertikal yang siap pakai. [24]
    • Pagar pembatas sebaiknya memiliki tinggi yang sama dengan ketinggian lutut pengguna utama yang berada dalam posisi duduk. Biasanya, ketinggian tersebut adalah 45,7—50,8 cm, meski sebaiknya Anda juga mengukur jarak dari tanah ke lutut pengguna utama yang sedang duduk untuk memastikan efektivitas dan keamanan pagar pembatas tersebut. [25]
    • Anda bisa menambahkan atap dan/atau saluran air apabila posisi rampa sangat dekat dengan bangunan. Hal ini dapat mencegah aliran air dari atap bangunan dari berjatuhan ke permukaan rampa dan melindungi pengguna kursi roda dari faktor-faktor ala lainnya. Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah pembuatan atap tambahan yang menjulur dari atap bangunan untuk melindungi rampa. [26]
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 3:

Membangun Rampa

Unduh PDF
  1. Kayu yang telah diberikan perlakuan khusus agar memiliki durabilitas tinggi akan bisa menghadapi gangguan cuaca dan perubahan musim dengan lebih baik. Walaupun Anda hanya membuat rampa sementara, penggunaan kayu yang sudah diberi perlakuan merupakan standar dalam pembangunan demi keamanan pengguna dan ketahanan struktur. [27]
    • Pada umumnya, kayu yang digunakan memiliki kelas panjang menengah. Untuk papan 38 mm × 89 mm dan 38 mm × 140 mm, panjang yang diperlukan adalah ≤ 4,88 m. Untuk balok tiang 89 mm × 89 mm, panjangnya ≤ 3,05 m. [28]
  2. Paku akan bisa rusak seiring berjalannya waktu dan pemakaian sehingga menimbulkan ancaman bagi keamanan. Untuk membuat rampa kursi roda yang stabil, tahan lama, dan tidak mudah rusak, gunakan sekrup untuk memasang bagian-bagian rampa. Paku sebaiknya hanya digunakan untuk joist hanger . [29]
  3. Apabila struktur yang dibangun akan bersifat permanen, galilah lubang-lubang fondasi untuk tiang agar rampa yang dibuat menjadi aman dan stabil. Tiang-tiang rampa sebaiknya berukuran 89 mm × 89 mm. Jarak antar tiang sebaiknya ≤ 2,44 m, dengan selang ideal sebesar 1,83 m. [30]
    • Pasang penahan silang ( cross-brace ) tiap-tiap tiang pada sekurang-kurangnya satu posisi di masing-masing arah. Penahan silang akan membantu memberikan stabilitas lateral pada tiang. [31]
    • Pasang balok lintang pada tiang dengan sekrup 8,9 cm. Gunakan sekrup 0,64 cm × 10,16 cm berketahanan geser tinggi pada masing-masing sambungan beban dan untuk mengencangkan bagian sill . [32]
    • Apabila balok lintang tidak berada pada atau sangat dekat dengan permukaan tanah, pasang joist hanger . Untuk mengamankannya, gunakan paku hanger berukuran 2,54 cm dan 1,59 cm. Untuk pengencang lainnya, gunakan sekrup alih-alih paku untuk menjaga kestabilan struktur. [33]
  4. Beberapa wilayah mengharuskan pemasangan permukaan antislip sepanjang rampa. Apabila hal ini tidak diwajibkan di daerah Anda, pemasangannya tetap dianjurkan oleh para ahli bangunan dan keamanan. [34] Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk membuat permukaan antislip yang bisa dipilih sesuai dengan preferensi Anda.
    • Untuk rampa kayu, Anda dapat menggunakan pita kersik, serpihan atap atau asbes, atau lapisan poliuretan yang ditaburi pasir. Seluruh bahan-bahan tersebut bisa dibeli di kebanyakan toko perangkat keras atau suplai bangunan. [35]
    • Untuk rampa beton, Anda dapat menyikat permukaannya dengan sapu selagi betonnya masih dalam proses pengeringan untuk menciptakan bidang antislip. [36]
    Iklan

Tips

  • Pertimbangkan untuk menyewa kontraktor yang memiliki bidang spesialisasi aksesibilitas untuk memasangkan rampa.
  • Anda dapat mencari peraturan terkait persyaratan konstruksi di kantor dinas pekerjaan umum dan bangunan lokal, perpustakaan, atau internet. Gunakan direktori telepon setempat untuk mencari pusat informasi yang berkenaan dengan peraturan-peraturan tersebut.
  • Amati foto-foto, atau datangi dan lihat secara langsung, beberapa rampa di daerah sekitar Anda untuk mendapatkan ide dan inspirasi. Bicaralah kepada para pemiliknya, mintalah masukan dan saran, atau tanyakan nama serta nomor kontak pihak kontraktor yang mereka sewa.
  • Pastikan Anda membaca persyaratan yang tercantum dalam peraturan yang ada termasuk semua bagian perkecualian (yang biasanya terdapat di apendiks) sembari memeriksa lokasi dan menyusun rencana pembuatan.
Iklan

Peringatan

  • Anda dapat dituntut secara hukum apabila ada seseorang yang terluka di dalam properti yang Anda miliki atau apabila rampa yang Anda sediakan tidak memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan dengan tepat.
  • Pikirkan juga kondisi setempat saat memilih bahan untuk membuat rampa. Sebagai contoh, apabila di daerah Anda hujan turun sepanjang waktu, pasanglah atap dan saluran air serta buatlah permukaan antislip yang lebih kesat.
Iklan

Hal yang Anda Butuhkan

  • Pita pengukur
  • Waterpas
  • Gergaji
  • Bor listrik
  • Obeng
  • Sekrup
  • Palu
  • Kayu

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 7.637 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan