Unduh PDF Unduh PDF

Akuilah, menjalani hubungan romantis dengan seseorang yang sudah pernah menikah tidaklah mudah. Kemungkinan besar, pernikahan terdahulu pasangan berikut bayang-bayang mantan suami/istrinya akan terus menghantui Anda, terutama jika hubungan Anda berdua dengan mantan suami/istri pasangan memang kurang baik. Apa pun masalahnya, selalu ingat bahwa dia adalah bagian dari masa lalu pasangan, dan mungkin akan menjadi bagian dari hidup Anda ke depannya. Untuk menyikapi pernikahan terdahulu pasangan dengan pola pikir yang lebih positif, cobalah mengevaluasi perasaan Anda, mencoba melanjutkan hidup, dan mempelajari pendekatan yang benar untuk menyikapi berbagai kesulitan di dalam hubungan.

Metode 1
Metode 1 dari 4:

Mengevaluasi Perasaan Anda

Unduh PDF
  1. Jika Anda merasa tidak aman dengan eksistensi diri sendiri atau dengan hubungan romantis yang sedang dijalani bersama pasangan, kemungkinan besar yang menjadi akar masalahnya adalah rasa tidak aman tersebut. Cobalah memikirkan alasan di balik ketidaknyamanan Anda terhadap eksistensi mantan suami/istri pasangan dan mencari akar masalahnya. [1]
    • Misalnya, Anda mungkin khawatir pasangan masih memiliki perasaan terhadap mantan suami/istrinya, atau merasa mantan suami/istri pasangan masih memiliki kesempatan untuk merebut kembali kekasih hati Anda. Jika kondisinya demikian, cobalah mengamati situasinya dari sudut pandang yang lebih realistis agar Anda bisa melenyapkan perasaan tersebut.
    • Pahamilah bahwa hubungan yang masih diwarnai bayang-bayang mantan sering kali berakhir rumit, terutama jika pasangan sudah memiliki anak dari hubungan terdahulunya dan memiliki ketidakcocokan dengan mantannya mengenai pola pengasuhan sang anak.
      • Rumit bukan berarti tidak menyenangkan. Beberapa orang membuat kesalahan karena berpikir bahwa “cinta sejati” pasti akan berjalan dengan mulus. Namun, sayangnya pemahaman tersebut hanyalah mitos. Dengan kata lain, Anda tetap bisa berbahagia meski menjalani hubungan yang kompleks dan menyulitkan. Kuncinya adalah kesabaran dan pengertian!
      • Terlepas dari situasinya, Anda harus mampu mengevaluasi kemampuan diri untuk mengelola hubungan semacam itu. Meski pasangan adalah sosok yang istimewa, Anda mungkin harus mengakhiri hubungan dengannya karena tidak sanggup menghadapi berbagai drama dalam kehidupan personalnya.
  2. Perasaan Anda kepada mantan suami/istri pasangan mungkin sesungguhnya mengakar kepada krisis kepercayaan tersebut. Jika muncul kecenderungan demikian, selalu ingatkan diri Anda bahwa pasangan memutuskan untuk menikahi Anda karena sudah tidak ingin menghabiskan hidupnya dengan mantan suami/istrinya. Percayai pasangan Anda! Jika merasa mengalami krisis kepercayaan, sekaranglah saat yang tepat untuk menyelesaikannya. [2]
    • Jika Anda pernah disakiti oleh mantan pasangan di masa lampau, ingatkan diri Anda bahwa Anda sedang menjalin hubungan dengan orang yang berbeda, dan dalam situasi yang juga berbeda.
    • Atau, Anda mungkin dipengaruhi oleh kehilangan yang pernah dirasakan oleh orang lain, seperti orang tua, karakter di televisi, atau bahkan selebritas. Jika situasinya demikian, selalu ingatkan diri Anda bahwa itu adalah pengalaman orang lain, bukan pengalaman Anda.
  3. 3
    Cobalah menganalisis segala bentuk kecemburuan yang Anda rasakan. Jika Anda merasa tidak nyaman saat melihat pasangan membicarakan, atau berinteraksi dengan, mantan suami/istrinya, kemungkinan besar Anda sedang merasa cemburu. Jika kecemburuan itu muncul, cobalah mengingat bahwa kehidupan pasangan di masa lalu tidak berhubungan dengan Anda.
    • Atasi rasa tidak aman yang menghantui hubungan Anda. Percayalah, ketika kepercayaan diri Anda di dalam hubungan sudah meningkat, niscaya kecemburuan itu akan menghilang dengan sendirinya.
  4. Sampaikan keluhan mengenai mantan suami/istri pasangan kepada pasangan . Cepat atau lambat, Anda harus mengangkat topik mengenai mantan suami/istri pasangan, bukan? Misalnya, Anda berdua harus mendiskusikan peran mantan suami/istri pasangan dalam hidup pasangan dan anak-anaknya di kemudian hari. Pada kesempatan tersebut, sampaikan pula seluruh ketidaknyamanan dan perasaan yang membebani Anda kepada pasangan. [3]
    • Percakapan tersebut dapat membantu Anda berdua dalam menemukan pendekatan yang paling tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
    • Tetapkan batasan untuk meminimalkan interaksi Anda dengan mantan suami/istri pasangan dengan menyaring seluruh proses komunikasi melalui pasangan.
    • Jika Anda juga sudah pernah menikah, sekaranglah saat yang tepat untuk mendiskusikan perasaan pasangan mengenai mantan suami/istri Anda.
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 4:

Melanjutkan Hidup

Unduh PDF
  1. Ingat, kenyataan bahwa pasangan memiliki mantan suami/istri tidak akan bisa Anda ubah. Meski mantan suami/istri pasangan tidak mau bekerja sama dengan Anda, terimalah pula kenyataan bahwa tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengubahnya. Satu-satunya hal yang bisa Anda lakukan adalah mencoba mengabaikannya dan tetap bersikap baik saat sedang di dekatnya. [4]
    • Cara terbaik untuk melawan sifat kekanak-kanakan adalah dengan mengabaikannya. Jika perilaku kekanak-kanakannya tidak direspons, kemungkinan besar cepat atau lambat dia akan berhenti melakukannya.
  2. Kemungkinan besar, pasangan menjalin hubungan dengan Anda karena ingin melanjutkan hidup yang baru, bukan? Oleh karena itu, jangan terus-menerus meratapi masa lalunya! Jika Anda terus-menerus mengeluhkan mantan suami/istrinya, niscaya hubungan Anda berdua akan terus dihantui oleh tembok pembatas yang sulit diruntuhkan. Tinggalkan masa lalunya di belakang, dan berfokuslah untuk membangun hubungan yang lebih positif dan berorientasi ke masa depan dengan pasangan. [5]
    • Berfokuslah untuk menjadikan seluruh momen yang ada di dalam hubungan terasa bermakna dan menyenangkan. Alhasil, cepat atau lambat, kenangan yang baru dan positif tersebut akan mulai menggantikan kenangan pasangan bersama mantannya.
  3. Belajarlah berbahagia . Caranya? Berfokuslah pada masa kini dan pada pernikahan Anda berdua. Bersyukurlah karena Anda dan pasangan bisa saling menemukan dan menjalani hidup dengan berbahagia. Jangan pula memandang diri Anda sebagai “istri kedua” atau “suami ketiga". Ingat, Anda adalah suami atau istri pasangan, dan saat ini dia adalah milik Anda. Faktanya memang sesederhana itu. [6]
    • Jaga agar hubungan Anda berdua tetap manis, sederhana, menyenangkan, dan langgeng.
    • Ingat, pasangan telah memanfaatkan seluruh kekuatan dan sumber daya yang dimilikinya untuk menyatukan Anda berdua. Oleh karena itu, bersyukurlah untuk setiap pengalaman pasangan di masa lalu karena tanpa peristiwa tersebut, Anda berdua tidak akan bisa bersama.
    • Untuk memperkuat hubungan pernikahan Anda dan pasangan, cobalah meluangkan waktu untuk berkencan dan melakukan aktivitas yang berkualitas berdua.
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 4:

Menyikapi Kesulitan yang Muncul

Unduh PDF
  1. 1
    Biarkan pasangan menjadi orang tua utamanya. Sering kali, anak akan kesulitan untuk mendengarkan atau menerima nasihat dari orang dewasa baru. Jika pasangan memiliki anak dari pernikahan terdahulunya, biarkan dia yang menentukan aturan, ekspektasi, dan konsekuensi untuk anaknya. Tugas Anda hanyalah mengingatkan pasangan untuk bersikap konsisten! Ketika terjadi masalah, libatkan pasangan dan tunjukkan bahwa Anda berdua merupakan satu kesatuan di hadapan anak. Seiring berjalannya waktu, dan jika anak sudah terbiasa melihat konsistensi di antara Anda dan pasangan, peran pasangan sebagai “orang tua utama” bisa mulai diubah.
  2. Perlakukan anak pasangan dengan penuh penghargaan dan kasih sayang, meski dia atau mereka tidak memberikan perlakuan yang sama kepada Anda. Namun, jangan mencoba bertindak sebagaimana orang tua biologisnya! Percayalah, hubungan Anda berdua pasti akan berubah seiring berjalannya waktu, dan izinkan anak pasangan menentukan tempo hubungannya sendiri. [7]
    • Ingat, anak mungkin tidak bisa melepaskan kesetiannya terhadap orang tua aslinya dan merasa terkhianati dengan pernikahan Anda di awal hubungan. Jika situasinya demikian, jangan memaksanya untuk membuat pilihan, dan biarkan perasaannya mengalir secara alami.
    • Selalu ingat bahwa cara anak memandang perceraian kerap berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu, jangan ragu mengajak anak berdiskusi mengenai perasaannya, dan jangan pernah merasa tersakiti dengan pengakuannya.
    • Jika usia anak pasangan sudah cukup dewasa, jelaskan bahwa keberadaan Anda bukanlah untuk menggantikan orang tua biologisnya. Misalnya, jika Anda adalah ibu tirinya, cobalah berkata, “Tante ada di sini bukan untuk menggantikan mamamu. Sampai kapan pun nggak akan begitu. Tante cuma mau jadi teman yang sangat baik atau ibu kedua buat kamu.”
  3. Jika seluruh pihak bersedia berkontribusi untuk menyukseskan hubungan, pastikan Anda juga melakukannya! Pahamilah bahwa mantan suami/istri pasangan adalah manusia biasa. Jika dia bersedia berusaha memperlakukan Anda dengan baik, tentu saja Anda juga harus melakukan hal yang sama. [8]
  4. Pahamilah bahwa Anda bukan hanya akan berbagi hidup dengan pasangan, melainkan juga dengan anaknya. Cobalah menganggap biaya hidup anak sebagai tanggungan yang hanya dimiliki oleh satu pihak, tetapi harus diterima dan dipertanggungjawabkan oleh kedua belah pihak, seperti tagihan kartu kredit. [9]
    • Jika merasa mantan suami/istri pasangan terlalu tamak atau menginginkan sesuatu yang bukan haknya, pastikan masalah tersebut Anda komunikasikan dengan sangat berhati-hati kepada pasangan. Sebaiknya, sampaikan segala keluhan Anda secara implisit dan biarkan pasangan mengambil kesimpulannya sendiri.
  5. Jika tidak bisa berhenti terobsesi dengan mantan suami/istri pasangan, cobalah berkonsultasi kepada seseorang yang dapat mengakomodasi pemikiran obsesif tersebut secara profesional. [10]
    • Proses konseling bisa Anda lakukan sendirian atau bersama pasangan, terutama jika tujuan Anda adalah untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan mantan suami/istrinya.
  6. 6
    Libatkan terapis keluarga. Jika hubungan Anda dan anak pasangan kurang baik, atau jika Anda dan pasangan tidak bisa meraih kata sepakat perihal pola pengasuhan anak, cobalah mengikuti terapi keluarga bersama seluruh anggota keluarga Anda. Metode ini terutama akan berguna jika pasangan memiliki beberapa anak dengan respons dan perilaku yang berbeda terhadap “orang tua” baru mereka.
    Iklan
Metode 4
Metode 4 dari 4:

Mengelola Pernikahan dengan Duda atau Janda

Unduh PDF
  1. Jika pasangan berstatus cerai mati, kemungkinan besar Anda akan merasa kesulitan menyesuaikan diri di dalam hubungan. Misalnya, Anda merasa sampai kapan pun tidak akan bisa berada di tempat yang setara dengan mantan suami/istri pasangan, dan mungkin saja pasangan Anda justru masih sibuk berduka. Alih-alih mengabaikan masa lalunya, berusahalah menerimanya. Ingat, pernikahan terdahulu pasangan adalah bagian dari hidupnya, sehingga wajar saja jika dia akan berduka dalam waktu yang lama. Itulah mengapa, Anda perlu membicarakan perasaan satu sama lain, baik yang bersifat positif maupun negatif. [11]
    • Misalnya, dorong pasangan untuk membagikan dukanya kepada Anda. Percayalah, aktivitas tersebut dapat membantu mempererat dan memperdalam hubungan di antara Anda berdua.
    • Sampaikan perasaan Anda kepada pasangan. Jika muncul rasa khawatir atau tidak aman akibat masa lalu pasangan, jangan takut menceritakannya.
  2. Sebagian besar duda atau janda yang berstatus cerai mati tidak akan bisa berhenti mencintai mantan pasangannya. Namun, bukan berarti dia tidak akan bisa membangun hubungan romantis yang bermakna dengan Anda, lho ! Oleh karena itu, cobalah melepaskan seluruh kecemburuan atau emosi negatif terhadap mantan suami/istri pasangan, dan terimalah kenyataan bahwa pasangan akan selalu mencintai mantannya. Namun, pada saat yang bersamaan, ingat pula bahwa pasangan juga mencintai Anda dan telah bersedia membangun hubungan baru bersama Anda. [12]
    • Pernikahan terdahulu pasangan tidak akan mengubah perasaannya kepada Anda. Meski Anda mungkin kesulitan memahami kalimat tersebut, percayalah bahwa cepat atau lambat, Anda akan tahu bahwa pasangan bisa mencintai Anda meski masih menyayangi mantan suami/istrinya.
    • Jangan berusaha mengubah diri menjadi mantan suami/istri pasangan, atau memaksakan diri untuk berperilaku sepertinya. Mengobservasi tradisi masa lampau pasangan memang dapat menjadi pengalaman yang bermakna bagi Anda berdua, tetapi tetaplah meminta pendapat pasangan sebelumnya. Dengan kata lain, pastikan pasangan benar-benar ingin menjaga tradisi tersebut dan tidak merasa sedih atau tersakiti karenanya.
  3. Kemungkinan, ada barang peninggalan mantan suami/istri pasangan yang ingin dia simpan, meski situasi tersebut tidak membuat Anda nyaman. Untuk menghindari konflik yang tidak perlu, cobalah mendiskusikan hal-hal yang boleh dan tidak boleh disimpan oleh pasangan. Jangan malas berkompromi dalam situasi semacam ini, ya! [13]
    • Misalnya, Anda bisa menyetujui keinginan pasangan untuk menyimpan seluruh foto mantan suami/istrinya serta satu atau dua kardus berisi barang-barang peninggalannya, sejauh pasangan bersedia menyumbangkan barang-barang lain ke badan amal.
    • Sebaiknya, jangan memaksakan kehendak Anda. Dengan kata lain, cobalah menawarkan ide yang dapat menguntungkan Anda berdua. Misalnya, pasangan harus menyimpan barang-barang peninggalan mantan/istrinya di dalam ruangan yang bisa Anda hindari, atau mengemasnya sedemikian rupa agar barang-barang tersebut tidak mengingatkannya kepada mantan suami/istrinya. Kemudian, sepakati bersama pasangan bahwa topik tersebut bisa kembali Anda berdua diskusikan setelah satu tahun atau lebih.
  4. Meski merasa perlu berempati terhadap kedukaan yang dirasakan pasangan, tetaplah memikirkan perasaan Anda sendiri! Dengan kata lain, jika pasangan melakukan atau mengatakan sesuatu yang menyakiti hati Anda, jangan ragu menyampaikannya. Tetapkan batasan mengenai hal-hal yang bisa Anda berdua toleransi, agar kebutuhan dan keinginan Anda berdua bisa sama-sama terpenuhi. [14]
    • Misalnya, jika pasangan merujuk mantan suami/istrinya sebagai “suami atau istri pertama” atau “pasanganku,” sangat wajar jika Anda merasa sakit hati, tidak dihargai, dan tidak aman ketika mendengarnya. Jika situasinya demikian, cobalah berkata, “Aku tahu kamu masih berduka dan menyayangi mantanmu. Tapi , kamu harus tahu kalau komentar itu menyakitiku.”
  5. Alih-alih terjebak di masa lalu bersama mantan suami/istri pasangan yang sudah meninggal, cobalah untuk lebih berfokus pada masa kini dan masa depan bersama pasangan. Ciptakan berbagai kenangan baru dengan pasangan, serta jangan ragu melakukan berbagai aktivitas yang belum pernah Anda berdua lakukan di masa lampau. Secara khusus, cobalah melakukan hobi baru, mengunjungi tempat baru, dan menyantap berbagai hidangan baru. [15]
    • Pertimbangkan untuk mendekorasi ulang rumah Anda berdua atau bahkan membeli yang baru. Pastikan tempat tersebut terasa seperti rumah Anda, bukan rumah yang pernah ada di masa lalu.
    Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 6.687 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan