PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Esai foto kini menjadi media yang semakin populer bagi jurnalis, blogger, dan pengiklan. Baik ingin berusaha menunjukkan sisi emosional liputan berita terkini ataupun membagikan hobi dengan teman dan keluarga, gambar dapat menangkap topik Anda dengan cara yang personal, emosional, dan menarik. Membuat esai foto semudah memilih topik, mengambil gambar, dan menyusun esai itu sendiri.

Bagian 1
Bagian 1 dari 4:

Mencari Topik

PDF download Unduh PDF
  1. Ini merupakan topik esai foto yang bagus. Orang-orang pada umumnya familier dengan topik ini, dan kemungkinan Anda akan mendapatkan audiens yang antusias. Anda bisa memilih topik yang sederhana seperti belanja liburan atau yang rumit seperti naiknya tingkat pengangguran di daerah Anda. Jika Anda tertarik menggali lebih dalam tentang topik tersebut, ada kemungkinan orang lain juga tertarik. [1]
  2. Kegiatan sekolah, penggalangan dana untuk kegiatan amal, dan festival jalanan tahunan semuanya merupakan topik menarik. Jika Anda membicarakan tentang rencana Anda dengan penyelenggara sebelum menghadiri acara, mungkin Anda akan mendapatkan tempat yang sudah disediakan untuk menerbitkan esai Anda di situs web mereka atau di koran lokal. [2]
  3. Ini adalah topik yang Anda sudah ketahui, sehingga mudah bagi Anda untuk merencanakan esai yang bermakna. Ambil gambar tempat Anda bekerja dan orang yang bekerja dengan Anda. Hal ini selain akan membantu mengenal lebih dekat rekan kerja dan bisnis Anda, Anda juga bisa menggunakan esai ini sebagai alat promosi perusahaan. Hobi adalah topik menarik. Mereka yang berhobi sama atau yang tertarik untuk menekuninya akan tertarik, dan Anda dapat membagi kerja keras dan kesenangan Anda dengan orang lain.
    • Tawarkan esai foto tempat bisnis Anda sebagai alat pelatihan.
    • Gunakan esai foto tentang bisnis Anda sebagai alat penjualan atau media sosial dengan menerbitkannya di situs web atau halaman media sosial.
    • Buatlah esai foto panduan untuk membantu orang lain mempelajari hobi Anda, jadi mereka juga bisa menekuninya. [3]
  4. Begitu Anda memiliki beberapa gagasan, pikirkan bagaimana Anda bisa memotret dan menyajikan gagasan-gagasan ini kepada orang lain. Pertimbangkan topik mana yang paling mudah untuk ditangkap dan disajikan dengan cara menarik. Yang terpenting, pilih topik yang menginspirasi Anda. Ada kemungkinan, jika Anda melihat sesuatu menarik, orang lain juga. [4]
  5. Tanyakan pada diri sendiri, “Siapa yang mau melihat esai foto ini?” Audiens itu penting dalam hal menentukan apa yang harus dipotret. Jika Anda terpikir siapa yang akan melihat esai tersebut, Anda bisa memilih topik dan gambar yang akan menarik bagi mereka. Jika Anda tidak terpikir tentang audiens atau tempat publikasi, tetaplah penting untuk memikirkan topik apa yang menarik bagi pemirsa. Banyak fotografer berpikir ini berarti memilih topik besar seperti kemiskinan dan ketimpangan, tetapi sering kali, semakin personal suatu topik, semakin menarik topik itu bagi orang lain. [5]
  6. Kedua jenis esai bisa jadi sangat ampuh, tetapi penting untuk memikirkan cara terbaik mendekati topik Anda sebelum memulai memotret. Ini memungkinkan Anda untuk mencari gambar spesifik untuk memenuhi kebutuhan Anda. Esai tematik melihat pada gagasan gambaran besar dan menunjukkan contoh spesifik, dan esai naratif mengisahkan cerita dengan pendahuluan, pertengahan, dan penutup. Esai tematik sering kali digunakan untuk memberikan penekanan pada liputan berita. Hindari pengumpulan foto secara acak. Masing-masing gambar harus menambahkan hal baru. Narasi biasanya lebih mudah disusun, tetapi Anda mungkin harus berusaha keras menemukan foto yang tepat.
    • Topik tematik adalah gagasan besar yang mencakup hal-hal seperti aturan kepemilikan senjata, anak muda bermasalah, atau penyambutan tentara.
    • Esai naratif bisa meliputi kehidupan harian, panduan cara, atau rangkaian perkembangan yang menunjukkan perubahan seiring waktu seperti melacak perkembangan sebuah proyek pembangunan.
    • Jika Anda sudah diberi penugasan atau publikasi khusus untuk pekerjaan Anda, mungkin Anda harus memilih topik yang sesuai dengan pendekatan tematik atau naratif yang diuraikan oleh penerbit. Pastikan Anda sudah tahu sebelumnya tentang panduan penerbitan tersebut. [6]
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 4:

Mengatur Pemotretan

PDF download Unduh PDF
  1. Jika Anda hendak menerbitkan foto, Anda perlu izin tertulis dari semua subjek dalam foto Anda. Meskipun Anda tidak berencana menerbitkan pada lembaga komersial tetapi berniat menggunakan gambar tersebut untuk blog atau situs web pribadi, akan sopan bila Anda meminta izin lebih dulu. Jika Anda hendak memotret anak kecil, mintalah selalu izin dari orang tua mereka. Buatlah agar subjek Anda mudah dan nyaman untuk menolak dipotret.
    • Pikirkan kesulitan untuk meminta izin memotret subjek Anda. Jika Anda sudah menjalin hubungan, akan lebih mudah. Jika tidak, luangkan waktu untuk mendapatkan izin.
    • Sekolah, tempat penitipan anak, dan tempat lain yang berisi anak-anak umumnya memiliki lebih banyak aturan tentang siapa yang boleh difoto dan untuk keperluan apa. Biasanya Anda harus mendapatkan persetujuan orang tua, selain izin dari pihak yang berwenang. [7]
  2. Sebelum tiba di lokasi pemotretan, lakukan riset daring, baca situs web dari topik yang Anda pilih, dan hubungi lewat telepon atau kirim email untuk mengetahui lebih jauh. Semakin Anda memahami subjek Anda sebelum hari pemotretan, semakin Anda siap untuk mengambil gambar yang benar-benar menangkap intisari dari subjek tersebut.
    • Pertimbangkan untuk melakukan wawancara dengan orang-orang yang terlibat sebelum pemotretan. Tanyakan hal-hal seperti, “Apa hal paling menarik yang Anda lakukan selama acara ini?” atau “Sudah berapa lama Anda terlibat dengan organisasi ini?”
    • Wawancara ini juga merupakan peluang besar untuk meminta izin.
    • Jika Anda akan menghadiri lokasi kerja, acara amal, atau kegiatan lain yang melibatkan banyak orang, mintalah orang-orang yang berwenang untuk menjelaskan apa yang Anda lakukan kepada semua orang sebelum Anda tiba di lokasi. [8]
  3. Setelah Anda mendapatkan subjek dan izin untuk memotret, luangkan waktu untuk merancang gagasan tentang foto apa yang Anda butuhkan. Kebanyakan esai membutuhkan berbagai gambar untuk menampilkan berbagai aspek dari suatu topik. Anda harus menyertakan setidaknya sebuah foto depan ( signature shot ), foto bersudut pandang lebar ( establishing shot ), beberapa foto detail, dan foto penentu ( clincher ) di bagian akhir. [9]
  4. Kadang-kadang disebut sebagai signature shot , gambar ini harus menangkap inti dari subjek Anda. Pikirkan tentang foto terkenal seperti foto “Migrant Mother” karya Dorothea Lange, yang menangkap seorang wanita dan anaknya pada masa Depresi Besar. Foto ini telah menjadi identik dengan Depresi Besar di AS.
  5. Foto ini haruslah foto bersudut pandang lebar dari keseluruhan cerita. Jika Anda sedang memotret keseharian kerja di kantor, gambar antrean pekerja yang sedang memasuki gedung pada pagi hari dapat digunakan sebagai establishing shot .
  6. Foto-foto ini harus menyertakan berbagai foto potret, foto close up tindakan tertentu, dan interaksi. Misalnya, Anda bisa menyertakan potret “karakter utama” Anda untuk sebuah esai tentang keseharian di kantor, sedang mengetik di depan komputer. Anda juga bisa menyertakan gambar interaksi dari karakter sedang memimpin rapat atau mengobrol sambil minum kopi di ruang istirahat. Gambar close up bisa mencakup hal-hal seperti gambar tangan subjek saat sedang mengetik atau foto detail layar komputernya.
  7. Gambar ini mungkin tidak terlihat pada saat awal, tetapi kebanyakan fotografer mengatakan bahwa mereka akan tahu saat melihatnya. Ini adalah gambar yang merangkum esai untuk pemirsa. Gambar ini harus menyatakan “tamat”, menyampaikan ajakan bertindak, atau menunjukkan akhir dari suatu hari dalam kehidupan atau kelanjutannya. [10]
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 4:

Memotret Gambar

PDF download Unduh PDF
  1. Ambil gambar uji coba untuk menentukan berapa ISO yang diperlukan. ISO menentukan seberapa banyak cahaya yang masuk ke lensa saat mengambil gambar, dan seberapa cepat gambar akan diambil. Anda harus menggunakan ISO rendah untuk subjek yang terang, bergerak pelan, atau diam. Naikkan ISO untuk menangkap gambar dalam penerangan redup atau subjek yang bergerak cepat.
    • Banyak fotografer pemula menghindari gambar ISO tinggi karena menghasilkan gambar yang “sibuk”. Namun, gambar ini biasanya lebih mudah diedit belakangan karena ada lebih banyak informasi yang bisa dikerjakan. [11]
    • Jika di lokasi Anda terlalu terang atau Anda telah memasang penerangan buatan, ISO rendah mungkin sudah mencukupi. Untuk area yang lebih gelap, Anda mungkin akan butuh ISO lebih tinggi.
    • Kebanyakan kamera memiliki ISO dasar sekitar 200. ISO meningkat sesuai perkalian, jadi ISO berikut adalah 400, lalu 800, dan seterusnya. Pada dasarnya ini menggandakan kepekaan lensa sehingga memungkinkan lebih banyak cahaya masuk dan menangkap gambar lebih cepat.
    • Jika Anda butuh satu detik untuk menangkap gambar dengan ISO dasar 100, Anda akan butuh seperdelapan detik untuk menangkap gambar dengan ISO 800. [12]
  2. Jika Anda fotografer berpengalaman, Anda mungkin memiliki berbagai metode komposisi foto yang biasa digunakan. Bagi para pemula dalam fotografi, mempelajari teknik dasar seperti aturan tiga bagian bisa menjadi langkah pertama yang tepat. Aturan tiga bagian adalah gagasan bahwa setiap foto dapat dibagi menjadi sembilan area khusus dengan membuat tiga bagian vertikal dan memotongnya dengan tiga bagian horizontal. Lalu, cobalah tempatkan subjek utama Anda di salah satu bagian yang merupakan titik fokus.
    • Bahkan jika Anda mengambil foto candid , yang mungkin harus diambil dengan cepat, luangkan beberapa saat untuk memikirkan tentang penempatan objek guna mendapatkan hasil terbaik.
    • Berpikirlah selalu tentang bagaimana lingkungan subjek utama berperan dalam keseluruhan gambar, dan cobalah untuk membuat tingkat dan pusat perhatian berbeda.
    • Kadang-kadang, Anda bisa mengubah komposisi sebagai bagian dari proses pengeditan, jadi jika Anda tidak bisa mengatur gambar dengan tepat, jangan biarkan hal ini menghalangi Anda mengambil gambar yang diinginkan. [13]
  3. Jika Anda ingin mendapatkan 10-15 gambar bagus untuk esai, Anda mungkin perlu mengambil beberapa ratus foto untuk mendapatkan apa yang persis Anda inginkan. Ambil tiap gambar dari berbagai sudut. Naiklah ke tempat tinggi atau ambil gambar dari permukaan tanah untuk menghasilkan berbagai sudut pandang kepada pemirsa Anda. Sorot dekat untuk mendapatkan detail dan sorot jauh untuk foto keseluruhan. Ambil setiap gambar beberapa kali untuk memastikan Anda mendapatkan apa yang diperlukan dan memberikan banyak pilihan. [14] .
  4. Meskipun Anda memulai pemotretan dengan sebuah kerangka, jangan membuat rencana yang kaku sehingga Anda merasa tidak bisa menyimpang darinya. Jika Anda memulai pemotretan dengan pemikiran akan mengambil serangkaian gambar yang menunjukkan keseharian kerja di kantor, dan akhirnya Anda melihat seorang pegawai yang tampaknya melakukan hal menarik, jangan ragu-ragu untuk mengikutinya. Ada kemungkinan, jika Anda berpikir inilah bagian yang benar-benar menarik dari pemotretan, pemirsa Anda juga akan berpikir serupa. [15]
    Iklan
Bagian 4
Bagian 4 dari 4:

Menyusun Esai

PDF download Unduh PDF
  1. Langkah pertama dalam menyusun esai adalah menyingkirkan gambar yang tidak penting. Hapus foto yang buram, tidak fokus, atau terlalu banyak paparan. Buang gambar yang tampaknya tidak menangkap bagian dari cerita yang Anda ingin sampaikan lewat esai. Anda mungkin tidak perlu menghapus foto-foto ini, karena mungkin akan berguna nanti, atau mungkin Anda berubah pikiran. Tujuannya adalah membatasi jumlah gambar yang Anda kerjakan menjadi gambar-gambar terbaik untuk menyampaikan cerita Anda. [16]
  2. Temukan gambar yang merangkum cerita Anda dengan baik. Bayangkan gambar ini sebagai gambar sampul buku. Gambar ini tidak menyampaikan keseluruhan cerita, tetapi harus memberikan gambaran yang bagus tentang isi buku. Gambar utama atau gambar depan harus menyampaikan tujuan utama Anda dalam membuat esai. Gambar ini harus mengundang perhatian calon pemirsa dan menciptakan daya tarik langsung terhadap cerita.
    • Jika Anda mengerjakan esai foto kehidupan keseharian tentang orang frustrasi yang bekerja di kantor, gambar orang itu sedang berusaha keras membuka pintu depan melawan angin mungkin akan menjadi gambar fokus yang sesuai.
    • Jika esai Anda tentang proses pembangunan rumah, gambar fokus Anda mungkin sesuatu seperti kontraktor atau arsitek yang sedang melihat cetak biru dengan gambar rumah terbingkai di latar belakang.
    • Jika esai Anda tentang reuni keluarga, gambar fokus bisa berupa gambar lucu seluruh keluarga yang memberengut, berpura-pura sedang bertengkar, atau foto serius keluarga berpose bersama. Ambillah apa pun yang terlihat alami bagi keluarga tersebut. [17]
  3. Setelah Anda menyingkirkan foto yang tidak digunakan atau tidak diperlukan dan memilih gambar fokus, kelompokkan sisa foto agar mudah diakses. Banyak fotografer mengelompokkan foto berdasarkan jenis gambar ( close up , interaksi, potret, dll.), dan yang lain berdasarkan susunan esai. Tujuan dari langkah ini adalah untuk memudahkan Anda menemukan foto tertentu, jadi gunakan kategori apa pun yang masuk akal untuk Anda. [18]
  4. Setelah foto dipilah, pilih sebuah gambar yang cocok dengan semua bagian esai Anda. Anda bisa mendesain esai dengan cara apa pun. Beberapa di antara pilihan narasi yang paling umum mencakup keseharian hidup, panduan, dan perkembangan (menunjukkan perubahan subjek Anda seiring waktu). Untuk esai tematik, Anda punya lebih banyak pilihan. Namun, sebagian besar esai tematik dimulai dengan satu gambar besar, lalu mengecil untuk menunjukkan contoh spesifik dari tema, dan kembali menyorot jauh untuk memberikan gambar penentu yang merangkum gagasan besar.
    • Apa pun jenis esainya, Anda butuh gambar fokus untuk menarik perhatian.
    • Gunakan gambar keseluruhan untuk memberi konteks pada esai Anda. Di mana, kapan terjadinya, siapa yang terlibat, apa yang terjadi, dan mengapa seseorang harus tertarik? Aturan 5W dalam jurnalistik merupakan cara yang tepat untuk menentukan apa yang harus ditangkap oleh gambar keseluruhan Anda.
    • Temukan gambar akhir Anda. Gambar ini harus provokatif yang meminta pemirsa memikirkan tentang topik.
    • Di antara gambar fokus, gambar keseluruhan, dan gambar penutup, sertakan serangkaian gambar yang menggerakkan pemirsa dari gambar-gambar pendahuluan ke gambar akhir. Gunakan gambar yang membangun intensitas atau menarik pemirsa lebih jauh ke dalam esai. [19]
  5. Setelah Anda menyusun gambar-gambar dalam urutan yang menurut Anda tepat, mintalah seorang teman atau sesama fotografer untuk melihatnya. Jangan beritahu mereka tujuan esai tersebut atau memberi mereka teks keterangan apa pun. Cukup biarkan mereka melihat foto beserta urutannya dan biarkan mereka mengatakan apa yang dilihat.
    • Jika gambar-gambar tersebut tidak bercerita, mintalah teman Anda melihat foto-foto lain dan tanyakan, “Saya ingin gambar ini menyampaikan maksud ini. Kamu punya pemikiran berbeda. Apakah salah satu gambar ini menyampaikan maksud ini lebih jelas?”
    • Jikapun orang lain menyukai gambar-gambar yang Anda pilih, tetap minta mereka untuk melihat-lihat foto Anda yang lain dan mengatakan kepada Anda apakah mereka berpikir gambar-gambar yang tidak Anda sertakan seharusnya ditambahkan. Mereka mungkin melihat sesuatu yang luput dari Anda. [20]
  6. Langkah terakhir Anda adalah menambahkan teks. Melakukan langkah terakhir ini membantu mencegah tendensi untuk menjelaskan esai dengan kata-kata, bukannya mengandalkan foto-foto Anda. Ada tiga cara utama untuk menggunakan teks di dalam esai foto. Anda boleh menambahkan gambar untuk mendukung esai tertulis, Anda boleh menambahkan teks keterangan pada gambar, atau Anda dapat membatasi teks hanya untuk judul dan sedikit kata pendahuluan atau penutup. Apa pun pilihan Anda, yang penting foto itu sendiri dapat menyampaikan cerita yang sama dengan esai tertulis.
    • Jika Anda ditugaskan menambahkan foto pada sebuah esai, pastikan foto tersebut mencerminkan tulisan, tetapi tambahkan juga emosi dan konteks yang tidak dapat ditangkap oleh tulisan. Misalnya, sebuah esai tentang kemiskinan mungkin menyertakan gambar orang tua dan anaknya tinggal di jalanan untuk menangkap lebih banyak konteks emosional.
    • Keterangan gambar hanya boleh menyertakan informasi yang tidak dapat diperoleh pemirsa dari foto itu sendiri. Misalnya, Anda boleh menyertakan tanggal, nama subjek, atau statistik yang relevan dengan subjek Anda dalam keterangan gambar.
    • Jika Anda memilih tidak menyertakan teks apa pun, atau cukup menyertakan judul dan kalimat pendahuluan dan/atau penutup, pastikan Anda menyampaikan semua informasi penting secara ringkas. [21]
    Iklan

Tips

  • Kreatiflah mencari topik. Sesuatu yang sederhana seperti "hal yang saya suka" akan memadai asalkan Anda tetap kreatif.
  • Pastikan Anda familier dengan kamera. Ini akan memudahkan Anda mengatur komposisi foto.
  • Tidak perlu ciut nyali. Mungkin butuh uji coba beberapa kali untuk mendapatkan hasil foto yang diinginkan.
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 16.904 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan