PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Jika Anda ingin menjalin hubungan yang lebih baik dengan orang lain, dan berbagi interaksi yang lebih bermakna dan tulus, mungkin Anda perlu meningkatkan kesadaran sosial terlebih dahulu. Memiliki kesadaran sosial berarti menyadari perasaan orang lain dengan memperhatikan ucapan dan perbuatannya. Memiliki kesadaran sosial juga berarti menyadari kondisi lingkungan sekitar dan orang lain, serta pengaruh lingkungan terhadap diri sendiri. Dengan meningkatkan kesadaran sosial, Anda bisa meningkatkan keahlian untuk terhubung dengan orang lain, baik hubungan verbal, nonverbal, maupun hubungan di masyarakat.

Metode 1
Metode 1 dari 3:

Mengembangkan Empati

PDF download Unduh PDF
  1. Dengan berempati , Anda bisa memahami seseorang dari sudut pandangnya. Empati merupakan aspek penting dalam hubungan yang jujur, komunikasi yang tulus, dan pemecahan masalah. Karena kita adalah makhluk sosial, kita sering kali berada pada situasi yang (sebenarnya) mengharuskan diri untuk lebih berempati (atau setidaknya berempati pada orang lain). Cobalah bayangkan situasi-situasi berikut ini: [1]
    • Bayangkan Anda sedang mengantre di toko swalayan. Kasir yang bertugas bekerja dengan lambat karena ia baru menggeluti pekerjaannya. Meskipun Anda merasa kesal, Anda juga perlu mencoba memahami bahwa ketika seseorang mempelajari sesuatu, terkadang ia tidak bisa mempelajarinya dengan cepat. Bayangkan jika Anda menjadi kasir tersebut yang kemungkinan merasa tertekan karena orang-orang yang mengantre merasa kesal dan menggerutu. Jika Anda menunjukkan empati, Anda tentunya bisa lebih bersabar dan memahami keadaannya.
    • Bayangkan teman Anda mengetahui bahwa orang tuanya akan bercerai. Mungkin orang tua Anda masih menikah dan Anda tidak mengalami hal seperti itu. Akan tetapi, cobalah bayangkan seperti apa rasanya ketika mendengar berita seperti itu. Selain itu, tanggapi berita tersebut sebagaimana Anda ingin orang lain memberikan tanggapan ketika Anda yang berada di posisi tersebut. Anda bisa mengatakan, misalnya, “Aku ikut sedih mendengarnya. Sekarang, bagaimana perasaanmu?” [2]
  2. Anda tidak bisa memahami perasaan orang lain sebelum Anda belajar dan mengenali emosi-emosi sendiri. [3] Memang tidak selalu mudah untuk mengetahui apa yang Anda rasakan. Akan tetapi, ada beberapa langkah dasar untuk membantu mengenali perasaan yang ada:
    • Bicaralah dengan seseorang. Dengan berbagi perasaan pada orang lain, Anda bisa mendapatkan umpan balik dan mengelola/meluruskan pikiran dan perasaan yang ada sembari Anda mencurahkan isi hati. [4]
    • Tulislah jurnal. Tuliskan apa yang ada di pikiran, kemudian proses dan kenali perasaan-perasaan yang ada. [5]
    • Pikirkan tentang apa yang menjadi bahan pikiran Anda. Sebagai contoh, jika Anda berpikir, “Aku memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan! Rumah ini begitu berantakan dan akan ada tamu yang datang!”, Anda justru akan merasa tertekan. [6]
    • Bawalah catatan yang memuat daftar emosi-emosi yang sering dirasakan. Jika Anda baru mengenali emosi-emosi yang ada, ada baiknya Anda membawa catatan berisi daftar emosi yang berbeda untuk membantu mengenali apa yang sedang Anda rasakan.
  3. Dengan menjadi pendengar aktif, Anda bisa mengembangkan empati karena Anda benar-benar mendengarkan orang yang berbicara pada Anda (dengan mata, bahasa tubuh, dan juga telinga). Anda juga bisa menjelaskan kembali apa yang diucapkan oleh lawan bicara. [7]
    • Berfokuslah pada lawan bicara. Simpan ponsel atau benda-benda lain yang bisa mengalihkan perhatian, dan arahkan tubuh pada lawan bicara. Selain itu, tunjukkan kontak mata padanya.
  4. Parafrasa adalah teknik pengungkapan kembali apa yang diucapkan atau diutarakan orang lain menggunakan kata-kata sendiri. Sering kali, ini membantu Anda dan lawan bicara mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
    • Sebagai contoh, jika rekan kerja Anda mengeluh, “Aku tidak akan pernah bisa menyelesaikan proyek ini! Rasanya proyek ini tidak ada habisnya!”, Anda bisa mengatakan, “Wah, tampaknya kamu sangat kewalahan!”
    • Jika Anda melakukan kesalahan dalam memparafrasa atau menceritakan kembali ucapan lawan bicara, biasanya ia akan mengungkapkan ketidaksepakatannya. Sebagai contoh, ia mungkin mengatakan “Sebenarnya tidak begitu. Kurasa aku masih bisa mengendalikan proyek ini. Hanya saja, rasanya proyek ini tidak ada habisnya.”
  5. Tunjukkan padanya perasaan Anda setelah mendengar apa yang ia ucapkan. Ini membantu Anda untuk lebih memahami perasaannya. [8]
    • Anda bisa mengatakan “Aku ikut kesal setelah mendengar ceritamu tentang atasanmu.” Ia kemungkinan akan menyetujui tanggapan Anda (mis. dengan mengatakan “Ya! Aku gila dibuatnya!”) atau menjelaskan perasaannya yang sebenarnya (mis. dengan mengatakan “Aku sangat marah setelah rapat terakhir itu”). Apa pun tanggapannya, Anda bisa lebih memahami apa yang ia alami dan rasakan sehingga Anda bisa berempati padanya.
  6. Dengan mempelajari cerita-cerita orang lain, Anda bisa membangun empati untuk orang lain karena kita setidaknya telah mengetahui seperti apa rasanya berada di posisi orang tersebut. Manusia sebetulnya memiliki naluri atau pembawaan untuk menangkap makna dan belajar dari cerita-cerita yang didengarnya. [9] Banyak cerita-cerita dengan makna yang kuat yang cenderung tetap bisa diingat dalam waktu yang panjang sejak cerita tersebut diceritakan.
    • Dengarkan cerita orang lain. [10] Tunjukkan keingintahuan Anda tentang orang lain dan tanyakan tentang kisah hidupnya. Serign kali, orang-orang mau berbagi cerita tentang dirinya sendiri, terutama jika Anda menunjukkan sikap empati dan mendengarkannya secara aktif.
    • Cobalah untuk lebih banyak membaca buku. [11] Buku membantu kita untuk lebih berempati karena sering kali kita bisa membaca pikiran dan motivasi karakter dalam buku. Agar Anda mendapatkan dorongan yang lebih besar untuk berempati, cobalah baca karya-karya fiksi yang menggambarkan dinamika hubungan dan psikologi karakter yang lebih berkembang dibandingkan karya-karya atau jenis-jenis buku lainnya. [12]
  7. Carilah kesamaan atau minat yang sama dengan orang lain. Hal tersebut dapat menjadi batu loncatan untuk memahaminya dengan lebih baik. [13]
    • Mungkin ada murid baru di sekolah yang berasal dari luar negeri. Anda tidak mengetahui budayanya, tetapi Anda berdua sama-sama bergabung dalam tim tenis. Anda bisa menjadikan olahraga umum sebagai topik awal untuk memulai obrolan. Dari sana, Anda bisa mengobrol tentang pemain tenis dari negara asalnya, kemudian perbedaan antara budayanya dengan budaya Anda.
  8. Berbagi kesedihan dan keluh kesah dengan orang lain membantu Anda mengembangkan hubungan dengan orang tersebut. [14] Dengan mencurahkan isi hati, Anda bisa mendorong orang lain untuk berbagi perasaannya sendiri yang mendalam. Dengan begitu, kemungkinan besar Anda bisa membuat hubungan dengannya dan membangun empati terhadapnya. [15]
    • Berbagi perasaan yang mendalam tentunya harus dilakukan dalam situasi yang tepat dan setelah Anda membuat hubungan awal dengan orang yang bersangkutan. Jangan begitu saja mendekati orang yang Anda lihat di jalan dan menceritakan padanya seperti apa rasanya ketika ibu Anda meninggal. Kenali terlebih dahulu orang tersebut, dan lakukan percakapan yang lebih mendalam di situasi-situasi yang tenang dan tertutup, seperti ketika Anda berdua berkendara di mobil atau memainkan permainan satu-lawan-satu, bukan di pusat permainan yang ramai atau tempat-tempat lain yang memungkinkan orang lain mencuri dengar percakapan Anda.
    • Bayangkan percakapan sebagai sebuah spiral. Anda memulainya dari putaran terluar dengan obrolan-obrolan santai. Sembari Anda mengobrol lebih jauh dan membangun empati terhadap lawan bicara, Anda semakin bergerak ke pusat spiral dan semakin nyaman untuk berbagi perasaan-perasaan yang lebih mendalam.
    • Buatlah hubungan dengan cerita yang disampaikan orang lain. Sebagai contoh, Anda bisa mengatakan, “Ketika kamu mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang memahamimu, aku bisa mengerti. Aku juga merasakan hal yang sama. Terkadang, aku merasa aku tidak akan pernah bertemu dengan siapa pun yang benar-benar memahamiku.”
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 3:

Menangkap Petunjuk Sosial

PDF download Unduh PDF
  1. Perhatikan bahasa tubuh yang ditunjukkan orang-orang dalam situasi yang berbeda. Perhatikan pula seberapa banyak orang lain berkomunikasi dengan bahasa tubuhnya, baik melalui gestur, postur, atau gerakan kepala. [16]
    • Perhatikan bahwa gesture yang sama terkadang memiliki makna yang berbeda. Sebagai contoh, bayangkan seseorang yang mengangkat kedua bahunya. Gestur tersebut dapat berarti “Aku tidak tahu” atau “Aku tak peduli”. Atau, bayangkan apa yang seseorang tunjukkan ketika ia melipat kedua lengannya di depan dadanya. Terkadang, gestur tersebut menunjukkan bahwa ia ingin menjauh atau keluar dari obrolan yang ada (anggaplah gestur tersebut sebagai gestur untuk “melindungi diri”). Di sisi lain, gestur tersebut dapat menunjukkan kemarahan. Bahkan, gestur tersebut dapat menunjukkan bahwa orang tersebut merasa kedinginan!
    • Bayangkan Anda memiliki tombol khusus yang bisa menghilangkan semua suara. Apakah Anda bisa mengetahui konteks percakapan hanya dengan memperhatikan gerakan seseorang?
  2. Anda bisa mengatakan kata yang sama, tetapi dengan mengubah nada suara, kata tersebut bisa membawa makna yang berbeda. Nada suara seseorang menyampaikan emosi di balik kata-kata yang disampaikan. [17]
    • Sebagai contoh, bayangkan ketika kalimat “Aku baik-baik saja” dikatakan oleh seseorang dalam nada suara yang ramah dan bandingkan ketika kalimat tersebut diucapkan dalam nada suara marah.
    • Uji nada suara Anda dengan mengulangi sebuah kalimat sambil membayangkan perasaan-perasaan yang berbeda setiap kali Anda mengulangi kalimat tersebut. Terdengar seperti apa kalimat “Kau membuatku ketakutan!” ketika diucapkan dalam nada gembira, terkejut, marah, atau takut?
  3. Orang-orang memiliki wajah yang sangat ekspresif. Meskipun kita sebisa mungkin mencoba menyembunyikan emosi, sering kali emosi tersebut ditampilkan melalui ekspresi wajah.
    • Bercerminlah dan tunjukkan seperti apa ekspresi wajah Anda ketika sedang bosan, bahagia, kesal, atau gembira.
    • Ekspresi wajah sering kali tidak ditampilkan dengan jelas sehingga terkadang Anda tidak bisa melihatnya dengan cepat begitu saja. Sebagai contoh, ketika seseorang benar-benar bahagia, matanya bisa tersenyum. Anda bisa ada kerutan di sudut-sudut matanya. Akan tetapi, ketika senyuman tersebut tidak begitu tulus, tidak ada banyak perubahan pada matanya. Selain itu, biasanya bibir orang tersebut pun tetap terkatup. [18]
    • Pikirkan bahwa ekspresi wajah yang sama terkadang menyampaikan emosi yang berbeda. Sebagai contoh, dahi yang berkerut dapat menandakan kesedihan atau kemarahan, atau mulut yang terbuka bisa menandakan rasa takut atau keterkejutan. Jika Anda tidak bisa mengetahui perasaan seseorang melalui ekspresi wajahnya, perhatikan petunjuk nonverbal lainnya, seperti nada suara atau bahasa tubuhnya.
  4. Lihatlah seberapa dekat atau jauh seseorang berdiri dari lawan bicaranya. Anda bisa mengetahui banyak hal tentang hubungan dua orang melalui jarak fisik yang ada di antara mereka. Perhatikan juga jarak fisik yang Anda tunjukkan.
    • Orang-orang yang menjalin hubungan mesra mungkin saling berdiri tanpa adanya jarak di antara mereka. Sementara itu, orang-orang yang saling berteman mungkin berdiri dalam jarak yang lebih dekat dibandinkan dengan orang-orang yang menjalin hubungan sebagai rekan kerja saja. [19]
    • Ketika Anda berdiri terlalu dekat dengan seseorang, Anda mungkin melihat bahwa orang tersebut mencoba menjauh, berbalik, memundurkan tubuhnya, atau menyilangkan lengan atau kakinya. Sebaliknya, ketika Anda berdiri terlalu jauh dari seseorang, Anda mungkin melihat orang tersebut mencoba mencondongkan tubuhnya ke arah Anda, mengerlingkan matanya, mengerutkan alisnya, atau melihat ke arah lain dan menunjukkan ketertarikan yang kecil dalam obrolan yang diikuti.
  5. Tanggapan orang lain bisa membantu Anda menyadari perilaku yang Anda tunjukkan. Perhatikan petunjuk nonverbal yang orang lain tunjukkan dan dengarkan apa yang ia katakan.
    • Sebagai contoh, ketika seseorang berkata, “Wah! Itu keren!” sembari perlahan mundur dan menjauh, ada kemungkinan ia sedang tidak ingin mengobrol dengan Anda.
    • Sebaliknya, seseorang yang mencondongkan tubuhnya ke arah Anda, tersenyum dan membuat kontak mata kemungkinan memang tertarik dengan ucapan Anda. Dalam situasi seperti ini, Anda bisa melanjutkan obrolan dengannya.
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 3:

Menjadi Bagian dari Masyarakat

PDF download Unduh PDF
  1. Cobalah untuk terhubung dengan masyarakat. Tingkatkan keahlian empati Anda dengan, misalnya, memahami apa yang orang lain alami sebagai kelompok masyarakat atau budaya tertentu. Dengan begini, kesadaran sosial Anda akan berkembang dalam tingkat masyarakat atau, bahkan, tingkat global. [20]
    • Carilah kesempatan bekerja sukarela yang mengharuskan Anda untuk mendengar dan memenuhi kebutuhan orang atau kelompok masyarakat lain. Sebagai contoh, Anda bisa bekerja di dapur umum untuk memahami kebutuhan masyarakat yang kurang mampu. Anda juga bisa mengunjungi warga manula yang tinggal sendiri di rumahnya dan sering mengalami kesepian. Selain itu, Anda bisa membantu masyarakat pendatang mempelajari bahasa setempat di tempat tinggal barunya.
    • Cari tahu mengenai kesempatan untuk memberikan pelayanan di sekolah, pusat kebudayaan, organisasi politik, kelompok masyarakat religius atau aktivitas-aktivitas yang diadakan di lingkungan tempat tinggal.
  2. Temui kelompok masyarakat yang Anda minati. Bacalah buku-buku yang ditulis oleh orang-orang dalam kelompok masyarakat yang bersangkutan, atau dengarkan siaran (atau mungkin acara) yang dipandu oleh seseorang dari kelompok masyarakat tersebut. Dengan begini, Anda bisa mengetahui kehidupannya dan meningkatkan kesadaran terhadap masalah yang mereka hadapi.
  3. Berbaurlah dalam budaya yang berbeda. Keluarlah dari zona nyaman agar Anda bisa bertemu dengan kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda. Dengan mengekspos diri sendiri pada budaya dan cara hidup yang berbeda, Anda bisa mempeluar pola pikir dan pandangan terhadap dunia. Selain itu, berbaur dalam sistem kepercayaan, masakan dan gaya hidup yang berbeda juga berguna untuk memperluas lingkaran sosial dan membangun toleransi terhadap sudut pandang yang berbeda. [21]
    • Jika Anda adalah seorang siswa/mahasiswa, cobalah luangkan satu semester atau ikuti kursus di luar negeri.
    • Bicaralah dengan orang-orang yang Anda temui dalam perjalanan. Biasanya orang-orang akan bersikap ramah dan mau berbagi informasi tentang negaranya pada Anda.
    • Untuk benar-benar mempelajari tentang suatu negara, tinggalkan area-area wisata di negara tersebut dan masuklah ke daerah pemukiman setempat. Dengan begini, Anda bisa mendapatkan kesempatan yang lebih baik untuk melihat kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.
  4. Jika Anda tidak memiliki cukup dana untuk bepergian ke luar negeri, cobalah ambil kesempatan yang ada di dalam negeri (atau daerah sendiri) untuk mempelajari budaya yang berbeda. Anda mungkin terkejut dengan ragam kelompok masyarakat yang ternyata hidup dan berkembang di sekitar Anda.
    • Kunjungi museum di kota Anda yang menampilkan kelompok atau budaya etnik.
    • Luangkan satu hari di pemukiman etnis tertentu yang ada di kota Anda (atau mungkin yang ada di dekat kota-kota besar). Cobalah berjalan-jalan di sekitar pemukiman tersebut dan nikmati jenis makanan baru sebagai makan siang Anda.
    • Datanglah ke acara atau kegiatan keagamaan dari agama yang berbeda dengan agama yang Anda anut.
    Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 31.486 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan